Jason menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Dirga. Di saat itulah, Reta menunduk dengan rambut panjangnya yang digerai ke depan semua. Reta menggerakkan kursi rodanya dengan kencang ke arah Jason.BRAK!“ADUH!” teriak Jason dan Dirga sama-sama terkaget dan kesakitan. Kaki dua pria dewasa itu tergilas oleh roda kursi yang Reta tumpangi.Reta tetap bergerak lurus dan berbelok ke arah kiri. Dia bergegas pergi kembali ke tempat di mana Rumi berada.Jujur saja hati Reta berdegup tak tenang. Dia takut jika Jason mengenali wajahnya. Pria itu sangat jahat. Dia takut jika Jason nantinya pura-pura baik pada Dirga dan kembali mengganggu Reta. Karena itulah, tadi Reta memutuskan memberikan kesan negatif secara langsung agar Jason ilfeel dan tak mau mendekati Dirga lagi.“Reta, kamu tadi ke mana aja?” tanya Rumi dengan senyuman lembutnya.“Ma, aku tadi lihat-lihat baju buat Pak Dirga,” ucap Reta menjawab pertanyaan Rumi. Dia menata rambutnya yang berantakan.“Kamu kok berantakan. Nggak ada yang gangg
“Ma, aku mau pulang ke rumahku aja,” ucap Reta saat dalam perjalanan pulang.“Nggak jadi nginep?” Rumi menatap sedih ke arah Reta. “Mama pengen banget kamu nginep padahal.”“Besok aja ya, Ma? Aku kan belum izin sama temenku. Kami biasanya berduaan. Kasihan kalau aku tinggal nginep mendadak,” terang Reta.“Ya udah. Temenmu ajak nginep juga aja gimana?” tawar Rumi. Dia masih ingin Reta menginap di rumahnya. Dia ingin mengobrol lebih banyak dengan Reta.“Ma, Reta ada perlu sama temennya. Biarin aja dia pulang,” sela Dirga sambil mengemudi di depan. “Sekalian nanti Mama kan bisa lihat di mana Reta tinggal.”“Ah, ide bagus itu. Kita belum pernah lihat di mana Reta tinggal,” ucap Zidan setuju.Rumi mengangguk paham. “Oke deh. Nanti sekalian beli makanan online ya?” ujar Rumi. “Mama mau cek juga apa Reta udah lengkah obatnya dan isi kulkasnya.”“Sayang, kamu kok kayak ibu-ibu sidak ke kosan anak sih?” timpal Zidan terkekeh.“Biarin aja, Pa,” balas Rumi. “Memang sih setelah menikah, nanti Ret
“Kak Doni?” Reta terkaget melihat kakak laki-laki Ninda yang datang.Dia menggerakakn kursi rodanya ke arah Doni. Dia menatap heran kedatangan Doni yang mendadak.“Kenapa ke sini, Kak? Ninda nggak kasih kabar sama aku kalau Kak Doni ke sini,” tutur Reta dengan sedikit antusias.Dirga menatap jutek ke arah Reta dan Doni. Dia merasa ada hubungan yang tak biasa di antara keduanya.Doni menatap bingung Dirga dan Reta. Dia memang mendengar cerita dari Ninda bahwa Reta akan menikah sebentar lagi. Namun, apa benar pria yang akan dinikahi oleh Reta adalah Dirga?“Kak Doni?” panggil Reta sekali lagi.Doni terbangun dari lamunannya. Dia kembali menatap ke arah Reta. “Ah, tadi Ninda minta tolong padaku untuk membenarkan pipa dapur. Katanya ada masalah. Sama dia minta buat ngecek atap. Katanya sekarang mulai sering hujan. Dia pengen aku ngecek semuanya,” jelas Doni. “Aku baru bisa mampir sekarang karena ada pekerjaan. Rencananya aku bakal menginap di sini.”“Menginap?” Dirga langsung menatap taja
Rumi mengangguk. Dia mencoba mempercayai ucapan Reta.Tak berapa lama, Ninda tiba. Dia langsung menyapa Zidan dan Rumi sambil menjabat tangan keduanya.“Saya Ninda,” ujar Ninda memperkenalkan dirinya. Dia tersenyum manis pada Zidan dan Rumi.“Ah, ini adiknya Doni ya,” balas Rumi.“Oh, Kak Doni udah sampai di sini?” Ninda terkaget. Dia kira kakaknya akan ke rumahnya besok pagi. “Aku kira datengnya bakal besok.”“Iya, udah sejam lalu sampai di sini,” terang Reta. “Sekarang lagi di dapur. Mulai nyicil beresin pipa cucian yang katamu ngadat.”“Iya, tadi ngadat waktu aku pulang bentar, Reta. Ya udah deh. Aku ke dapur duluan,” tutur Ninda. Dia kembali tersenyum pada Rumi dan Zidan. “Tante, Om, aku duluan ya? Mau bantu Kak Doni. Ini silakan dinikmati aja. Nggak usah sungkan di rumahku. Anggap aja rumahnya Reta. Kan kami udah kayak sodara sendiri.”“Iya, Nak Ninda. Makasih ya,” ucap Rumi lega.Ninda berlalu dari ruang tamu. Meninggalkan Reta bersama calon mertuanya itu.“Oh, ternyata beneran
Pagi sekali Dirga menggunakan sepeda kayuhnya pergi ke rumah Ninda. Dia akhirnya memilih menggunakan sepeda kayuhnya agar tidak mudah terdeteksi oleh Reta saat sedang mengintai.Di sana, dia mengintip dari seberang rumah. Pandangannya terus memperhatikan rumah milik Reta dari kejauhan dengan menggunakan teropong jarak jauh.“Jam segini kok belum ada yang keluar sih? Pemalas sekali,” decak Dirga mulai mengomel. Entah mengapa, dia jadi ingin mengomel terus. Padahal, tidak ada sesuatu yang seharusnya bisa membuat dia kesal.Dirga menatap jam tangannya. Sudah pukul setengah 6 pagi.Terdengar suara orang dari depan rumah. Dirga bersembunyi di belakang pohon akasia yang biasanya dijadikan sebagai pohon pelindung di tepian jalan.Dari sana, dia meneropong lagi. Tampak Doni bersama dengan Reta. Keduanya mengobrol dan bertukar tawa.Dirga mendengkus kesal. “Dia itu ya bisa-bisanya ketawa seperti itu dengan pria lain. apa dia nggak ngerasa bersalah sama aku? Harusnya dia itu kan tetap di rumah
Reta dan Doni sama-sama terkaget saat mendengar suara teriakan dari depan rumah. Reta familiar dengan sura itu.“Kak Doni, tolong dong lihatin siapa yang teriak? Kayaknya jatuh gitu,” pinta Reta cemas. Entah mengapa dia sudah bisa menebak bahwa yang ada di depan rumah adalah Dirga.“O-oke. Kamu tunggu di sini ya?” Doni berlari keluar rumah.Doni celingukan ke sisi kiri dan kanan jalan. Dia mendelik kaget saat melihat Dirga yang berada di dalam selokan dan ada seekor anjing yang menggonggong ke arah Dirga.“Argh! Tolong! Tolong! Ada anjing gila!” teriak Dirga kesakitan dan membutuhkan pertolongan.Doni berusaha menahan tawanya. Dia masuk ke dalam rumah dan mengambil selang air yang dibawa Reta.Dengan cekatan, Doni menyemprot anjing itu dengan air dari selang. Alhasil, anjing itu kedinginan dan kabur meninggalkan Dirga.Reta ikut mengintip dari dalam rumah. Dia menghentikan kursi rodanya dan syok melihat Dirga berada di dalam selokan.“Duh, sakit banget itu,” celetuk Reta meringis. Dia
“Kak Doni, udah ah. Jangan berantem,” pinta Reta menengahi. “Mending bantu Mas Dirga bersihin kaki. Biar baunya nggak ke mana-mana.”“Ah, iya. Kukira yang bau memang si Dirga,” kekeh Doni mengejek Dirga.Dirga benar-benar marah. Namun, kondisinya memang sangat memalukan sekarang. Dia tak bisa seenaknya karena ponselnya rusak. Sialnya satu-satunya yang bisa menolongnya saat ini hanyalah Doni.Doni melangkah ke kamar mandi. Dia mengambil air seember untuk mengguyur tubuh Dirga yang kotor. Lantas, dia membantu mengobati luka Dirga.“Lhoh, kok ada calon suami Reta ke sini?” celetuk Ninda. Dia menguap dan menggaruk-garuk rambutnya yang berantakan karena baru bangun tidur.Pandangan Ninda memicing menatap heran Dirga yang banyak luka dan tampak kotor. “Ugh, bau banget suamimu, Ret. Ganteng-ganteng jorok ya?” lanjut Ninda sambil menutup hidungnya.“Tadi Mas Dirga jatuh di selokan depan rumah, Nin. Tahu kan selokan depan kayak gimana,” terang Reta padat dan jelas.“Owalah, naas banget,” ucap
Dirga menggelengkan kepala. “No, no,” tolak secepat kilat.Dia memang tidak suka Reta. Namun, dia tak ada niatan untuk mencelakai Reta. Benci dengan seseorang dan mencelakai seseorang adalah dua hal yang berbeda. Jika dicampuradukkan justru akan membawa petaka bagi Dirga. Ditambah lagi, Reta sudah lumpuh di usia muda.“Why? Lu kan nggak suka dia,” ucap Jason keheranan.“Orang tuaku bakal ngebunuh aku,” balas Dirga. Dia sengaja membawa kedua orang tuanya karena tahu Jason tak suka dengan Rumi dan Zidan.“Ya udah sih. Terserah aja,” ucap Jason menyerah. Tepat seperti yang diperkirakan oleh Dirga.Percakapan terhenti. Dirga memilih tak berucap apapun. Dia hanya butuh kasur dan ingin beristirahat. Hanya itu.Sementara itu, Reta masih cemas memikirkan Dirga. Dia memegangi ponselnya dan ada nomor Rumi di bagian layarnya.Reta tentu saja ingin menghubungi Rumi. Namun, Dirga tadi melarangnya berulang kali untuk melakukan itu.“Ret, aku mau keluar sama Kak Doni,” ucap Ninda seraya masuk ke dal