Share

bab 5

"Jangan pernah berniat kabur dari saya! Jika Anda berani kabur, maka Anda tahu akibatnya!" ancam Sean tegas.

Jessika, hanya menghela nafas berat mendengar perkataan atasannya, sekaligus mantan suaminya. Ralat! Mereka masih suami istri karena belum ada perceraian di antara mereka.

"Baiklah, Tuan, boleh ketemu Alea kapan saja, tapi aku mohon jangan bawa dia pergi dari saya," ujar Jessika.

"Oke, sore ini saya akan bawa dia ke rumah saya dan seminggu ke depan dia akan tinggal bersama aku di sana." Sean akan membawa Alea, putrinya untuk tinggal di rumahnya selama satu minggu ke depan.

"Tidak! Saya tidak menginginkan Alea tinggal di rumah, Tuan, dia tetap di tinggal bersama saya. Jika Tuan ingin bertemu dia, bisa datang ke rumah saya," kata Jessika melarang Sean untuk membawa putrinya untuk tidak dibawa ke rumah keluarga Sean.

Sean terdiam dan menatap Jessika, lalu dia menarik tangan wanita itu untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya.

Dengan tatapan nyalang, Sean menatap wanita yang berada di bawanya itu.

"Apa Anda sudah lupa kalau Anda berhutang pada saya dengan senilai satu miliar rupiah?!" tanya Sean tegas.

"Sa--saya masih ingat," jawab Jessika gugup dan sekaligus takut.

"Bagus! Berarti saya berhak bawa putri saya untuk tinggal bersama saya!" seru Sean penuh penekanan.

Sean menjauhkan tubuhnya dari tubuh Jessika, lalu dia merapihkan dasinya dan juga rambutnya, kemudian berjalan keluar menuju ruangan Stella.

Tanpa.mengetuk pintu, Sean masuk ke dalam ruangan sepupunya itu dan tersenyum ramah pada Alea yang tengah duduk di sofa sebelah Stella.

"Hai, Alea beli es krim, yuk!" ajak Sean dengan suara lembut.

"Alea, tidak punya uang, Uncle," jawab Alea jujur, karena uang jajan yang diberikan oleh Ibunya sudah dia belanja di kantin sekolah tadi.

"Uncle, yang beli buat kamu, sayang, ayo, kita berangkat." Sean langsung menggendong Alea dan keluar dari ruangan Stella.

"Kak? Jangan di bawa pergi anak orang. Nanti aku dimarahin mamanya loh," kata Stella menahan Sean membawa ponakannya.

Sean, tidak menghiraukan perkataan Stella, dia terus keluar dengan membawa Alea. Saat dia keluar berpapasan dengan Jessika.

Mata mereka saling bertemu dan mereka saling bertatap.

"Ibu, Alea mau beli es krim sama Uncle," pamit Alea pada Ibunya.

jessika hanya mengangguk lemah.

"Jangan nakal, ya, Nak," ujar Jessika dan membiarkan putri pergi bersama Sean.

Tanpa berkata-kata Sean melangkah pergi dari hadapan Jessika.

Sedangkan Jessika wanita itu masuk ke dalam ruangan kerja Stella.

"Kenapa pasang wajah tekuk kayak gitu?" tanya Stella.

"Kalau ada masalah cerita sama aku," ucap Stella lagi.

"Enggak ada, aku hanya kecapean saja," jawab Jessika berbohong.

"Ya, sudah duduk dulu sini." Stella menuntun temannya untuk duduk di sofa.

''Maaf, ya, kalau aku biarin Sean bawa Alea pergi, tapi tadi aku sudah larang loh. Tapi Sean tetap kekeh mau bawa Alea," ujar Stella meminta maaf karena dia merasa bersalah pada sahabatnya itu.

"Iya, enggak apa-apa," jawab Jessika.

"Eh, tapi kalau di lihat-lihat, Alea mirip sama Sean?" tanya Stella yang merasa ada kemiripan antara Sean dan Alea.

"Kebetulan saja," jawab Jessika.

"Atau jangan-jangan orang yang bayarin kamu satu miliar itu adalah Sean?" tanya Stella mulai curiga.

Jessika yang tidak mau ketahuan oleh temannya, dia menggelengkan cepat.

"Tidak! Bukan dia!" jawab Jessika tegas.

Jessika menghela nafas panjang lalu menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa dan memejamkan matanya.

"Ya, Tuhan, jangan sampai dia bawa Alea pergi," gumam Jessika dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status