Share

bab 6

"Ya, Tuhan, jangan sampai di bawa Alea pergi," gumam Jessika dalam hati.

Jessika mengusap wajahnya, lalu dia pamit untuk kembali ke ruangannya.

Saat dia sampai di ruangan kerjanya, handphonenya berdering. Jessika langsung mengambil handphonenya dan tertera jelas kontak bernama Leon.

"Halo, selamat siang," ucap Jessika.

"Iya, siang juga, Jessi, saya di depan tempat kerja kamu," ujar pria bernama Leon.

"Oke, saya akan segera ke sana," jawab Jessika.

Jessika mematikan sambungan telfon dan berjalan keluar untuk menemui Leon.

"Maaf, lama nungguin saya," ucap Jessika pada Leon.

"Iya, enggak apa-apa," jawab pria yang berstatus sebagai dokter itu.

"Saya ke sini mau kasih tahu kamu dan Alea untuk makan malam di rumah saya," ujar Leon.

"Baiklah, sebentar malam saya akan ajak Alea ke sana," jawab Jessika.

Leon adalah orang yang bantuin Jessika selama lima tahun belakang. Pria berprofesi sebagai dokter itu menaruh hati pada Jessika, tetapi dia belum berani untuk mengungkapkan perasaannya pada Ibu anak satu itu.

Saat Jessika dan Leon, tetapi asyik berbicara, tiba-tiba Sean dan Alea datang menghampiri mereka.

Sean menatap datar ke arah Leon dan Jessika secara bergantian.

"Hai, Uncle," sapa Alea pada Leon.

"Hai, Lea, sebentar malam datang rumah Uncle, ya, Uncle akan beli jajan yang banyak untuk kamu," ujar Leon pada gadis kecil itu.

"Iya, Uncle, tapi Ibu juga ikut, kan?" tanya Alea.

Leon menganggukkan Kepala.

Setelah itu Leon, langsung pamit kembali ke rumah sakit.

"Ibu, Lea makan es krim loh," ucap Alea pada Jessika.

"Iya, tapi jangan terlalu banyak nanti kamu sakit," jawab Alea.

Sean membawa Alea masuk ke dalam perusahaan.

Jessika mengikuti langkah Sean yang membawa anaknya.

Mereka berjalan menuju ruangan Stella. Sedangkan Jessika langsung kembali keruangannya.

"Alea, sama Aunty dulu, ya," kata Sean dan mengusap lembut surai panjang putrinya.

"Iya, Uncle," jawab Alea dan tersenyum ramah.

Sean keluar dan berjalan menuju ruangan Jessika.

Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk ke dalam ruangan Jessika terkejut saat Sean berdiri di depan meja kerjanya.

Sean menatapnya datar.

"Jangan bawa anak saya untuk bertemu pria lain di luar sana!" seru Sean.

"Leon, bukan orang lain, tapi dia orang yang ...,"

"Tidak! Apapun alasannya tidak bawa putri saya!" Sean memotong ucapan Jessika. Dia melarang Jessika bawa Alea untuk pergi ketemu Leon.

"Dia akan saya bawa ke rumah. Silakan, jika Anda mau ketemu sama pria itu!" Setelah berkata demikian Sean langsung meninggalkan ruangan Jessika.

Sean kembali ke ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya.

"Saya tidak biarin kamu pergi untuk kedua kalinya," ujar Sean dalam hati.

Sean menyenderkan kepalanya lalu menekan tombol menelfon Stella.

"Bawa Alea ke ruangan saya," kata Sean pada Stella.

hanya dalam hitungan menit, akhirnya Stella datang dengan membawa Alea.

"Duduk sini, sayang," kata Sean dan menepuk tempat sebelahnya. Meminta Alea duduk di sampingnya.

Dengan senang hati, Alea turun dari gendongan Stella dan duduk di samping pria yang darahnya mengalir dalam tubuhnya.

"Kamu boleh keluar!" Sean meminta Stella keluar.

Stella langsung keluar membiarkan Alea bersama Sean.

Sean mulai berbicara dengan putri kecilnya dan mengajak Alea untuk ikut bersama ke rumahnya.

"Alea, mau ikut ke rumah Uncle?" tanya Sean.

"Alea, minta izin sama ibu dulu, ya,Uncle," jawab Alea.

"Iya, ibu kamu pasti izinin kamu ikut Uncle," kata Sean.

"Alea, Uncle boleh minta sesuatu?" tanya Sean pelan.

"Minta apa Uncle?" tanya gadis kecil itu penasaran.

"Uncle mau minta sama Alea buat panggil Uncle dengan sebutan Ayah, mau kan?" tanya Sean. Dia meminta putrinya untuk memanggilnya Ayah.

"Boleh, Uncle, tapi Alea tanya sama ibu dulu, ya, Alea takut ibu marah." Gadis kecil itu selalu meminta izinin pada ibunya.

"Iya,"

"Saya adalah Ayah kamu, sayang," gumam Sean dalam hati dan mengusap lembut pucuk kepala putrinya.

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status