Home / Romansa / GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA / Program Bikin Anak Day 1

Share

Program Bikin Anak Day 1

Author: Tutur K. S
last update Last Updated: 2025-12-11 00:09:49

Cahaya biru kehijauan dari akuarium raksasa di langit-langit kamar mandi masih memantul lembut di kulit mereka. Raymond dan Ayara baru saja selesai di shower—air panas yang mengguyur tubuh mereka, sabun yang licin, dan dinding kaca yang dingin saat Ayara menempelkan punggungnya ke sana sementara Raymond mengangkat salah satu kaki Ayara tinggi-tinggi. Napas mereka masih terengah-engah, rambut basah menempel di wajah, tapi senyum di bibir keduanya menunjukkan kalau ini baru permulaan.

Raymond mengeringkan tubuh Ayara dengan handuk putih tebal, gerakannya pelan, sengaja menyentuh setiap inci kulit yang masih sensitif. Ayara menggigit bibir bawahnya, matanya tidak lepas dari mata Raymond.

“Lo belum capek, kan?” tanya Raymond dengan suara serak, jari-jarinya menelusuri dada Ayara yang masih basah.

“Capek?"

"Iya...Gue baru pemanasan sayang...” jawab Raymond sambil tersenyum nakal. Dia menarik handuk dari tubuh Ayara, membiarkannya jatuh ke lantai. “Ayo.... Gue pengen lo ngerasain yang lebih
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Fantasy Sex: LC dan Om-om Part 2

    Lampu redup merah-biru berkedip liar di private room karaoke. Sofa kulit hitam udah berantakan, rok mini latex Ayara udah terlipat di pinggang, crop top putih transparan nyaris robek karena tarikan Raymond tadi. Wig hitam Ayara masih terpasang, tapi rambut aslinya udah basah keringat. Choker “DADDY’S GIRL” masih melingkar di lehernya, tapi sekarang ada tambahan: handcuff renda hitam mengikat tangan Ayara di belakang punggung, blindfold satin merah menutup matanya, dan garter belt cadangan jadi tali pengikat kaki Ayara ke kaki sofa, bikin dia cuma bisa selonjor di sofa dengan posisi terbuka lebar.Raymond berdiri di depan Ayara, kemeja batik udah lepas, cuma celana pendek, badannya berkeringat, mata gelap penuh kendali dan nafsu.“Lo nakal banget tadi, LC,” suaranya rendah, berat, penuh otoritas. “Om udah bilang diem, lo malah jerit. Harus dihukum.”Ayara menggigil, badannya merinding karena nggak bisa lihat apa-apa, cuma bisa ngerasain. “Om mau hukum LC gimana?” suaranya manja, tapi a

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Kabin Panas di Bawah Aurora

    Di luar kafe, angin sudah lebih ganas, tapi aurora malah semakin ganas lagi.Hijau terang membelah langit, bergoyang seperti kain sutra yang ditarik pelan oleh tangan tak kasat mata.Ayara menatap ke atas, matanya berbinar. “Belum mau pulang,” katanya lirih pada Raymond. “Masih ada satu spot bagus di pinggir lava field. Dari sana aurora kelihatan full frame.”Raymond langsung mengangguk. “Aku ambil selimut di bagasi.”Freya menarik jaketnya lebih rapat. “Gue juga belum puas. Mau ke sisi lain Grótta, yang ada batu-batu hitam besar. Dari situ biasanya aurora kayak jatuh ke laut.”Erik melirik pergelangan kakinya yang masih bengkak, lalu melirik Freya.“Lo yakin jalan kaki? Gelap, licin.”Freya mengangkat bahu, senyumnya kecil tapi tegas. “Gue bawa headlamp. Lo boleh ikut, boleh nunggu di mobil. Terserah.”Ayara dan Raymond sudah berjalan duluan, saling bergandengan, lampu senter kecil mereka menari di kejauhan.Erik menatap punggung mereka, lalu kembali ke Freya.“Oke,” katanya pelan. “

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Sore di Reykjavik

    Sore itu Reykjavik berbau garam dan roti panggang. Angin dari pelabuhan menggigit telinga, tapi pasar akhir-pekan tetap ramai. Di deret paling ujung, Freya merapikan stand kecilnya: kotak-kotak poskort berilustrasi mercusuar, sketsa paus biru, dan seri “Aurora yang Tersesat”—gradasi hijau yang seolah patah di tengah.“Kalau gue jadi London, beneran nggak ada yang kangen?” gumamnya, menatap pesan pemesanan yang belum ia kirim.Suara tawa lelaki memecah pikirannya.Erik datang dengan coat hitam, scarf dililit asal, senyum yang terdengar seperti ajakan main. Freya mengangkat alis, datar tapi ramah. “Hari ini ‘open space’. Mau beli atau cuma bikin keributan?”Erik tertawa, mengambil satu set kartu pos. “Yang ini kayak kita.”“Kayak lo,” koreksi Freya. “Gue sih enggak.”Bel kafe di belakang mereka berdenting. Ayara masuk dengan syal krem dan tote bag kain. Raymond menyusul, telinganya memerah oleh dingin. Wajah mereka cerah tenang, seperti orang yang rajin mempraktikkan keputusan baru.“St

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   One last kiss good bye

    Bar kecil di tepi pelabuhan itu hampir gelap seluruhnya. Hanya sisa dua lampu gantung kuning pucat yang bergoyang pelan tertiup hembus angin laut yang merembes lewat celah pintu. Rak botol memantulkan kilau samar; kaca-kaca tinggi berkabut tipis, menyisakan garis-garis lembap yang mengalir perlahan. Di luar, Reykjavik tertidur: denting tiang bendera, desir ombak halus menyapu dermaga, dan sesekali bunyi langkah turis yang tersesat malam-malam.Erik tertidur tengkurap di meja bar, pipi menempel pada lengan, rambut pirangnya acak-acakan. Nafasnya berat, menyisakan wangi bercampur antara whiskey, garam laut, dan parfum maskulin yang mahal. Di sampingnya, gelas kosong berderet seperti saksi nakal: terlalu banyak tawa, terlalu sedikit kendali. Lelaki itu tetap tampan bahkan dalam kekalahan kecil begini; sialnya, hal itulah yang membuat banyak hati—termasuk hati Freya—selalu memaafkannya.Freya berdiri beberapa langkah darinya. Mengenakan mantel wol abu-abunya yang bergelayut di bahu; dari

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Freya dan Erik

    Sore di Reykjavik mulai redup. Cahaya matahari musim dingin hanya tersisa sedikit, membuat langit berwarna oranye pucat. Di sebuah bar kecil dekat pelabuhan, Erik duduk santai di kursi tinggi, satu tangan memutar gelas whiskey, sementara matanya sibuk menatap layar ponsel. Senyum tipisnya muncul sesekali—senyum khas Erik yang entah untuk siapa, tapi selalu berhasil menyalakan rasa penasaran orang di sekitarnya.Freya masuk. Seorang wanita cantik mengenakan kemeja flanel motif kotak-kotak dan jeans keluar dari pantry. Tubuhnya kurus tapi payudaranya yang besar terlihat mencuat menantang diantara 2 kancing yang terbuka. Rambut pirangnya diikat setengah, mantel panjang wolnya menutupi tubuh mungil tapi anggun. Begitu melihat Erik, ia langsung menegang. Ada banyak pria di kota ini, tapi hanya Erik yang bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan.“Hey,” sapa Freya, mencoba tenang, meski senyumannya agak ragu.Erik menoleh, lalu tersenyum lebar seolah benar-benar baru sadar ada dunia sel

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Kamu Butuh Dibantu?

    Pagi itu Reykjavik diselimuti kabut tipis. Dari jendela apartemen, terlihat burung-burung beterbangan rendah, mencari santapan ikan di danau. Raymond sudah duduk di meja kerja, laptop terbuka dengan tiga jendela zoom meeting sekaligus. Rambutnya agak acak-acakan, matanya fokus penuh.“Gue harus rapat sampai jam makan siang, sayang. Lo mau ngapain hari ini?” tanya Raymond tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Ayara mengikat syal di lehernya, tersenyum kecil. “Gue harus ke pasar. Mau beli bahan makanan. Biar lo gak kerja sambil ngeluh lapar terus.”Raymond mengangkat alis sekilas, lalu tersenyum hangat. “Hati-hati ya honey. Jangan nyasar. Pake google maps.”“Siap, boss.” Ayara mencium cepat pipi Raymond sebelum mengambil tote bag kanvas besar.Pasar Reykjavik bukan seperti pasar di Jakarta yang bising dan penuh teriakan. Di sini, deretan kios kayu berwarna pastel menjual ikan segar, sayur organik, dan roti hangat. Bau laut bercampur dengan aroma kopi hitam dari gerobak kecil di ujung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status