Share

BAB-2  CALON SUAMI

 

Amanda melongo mendengar ucapan dari sang ibu. Sementara itu matanya tak berkedip menatap ke arah lelaki yang disebut oleh ibunya sebagai calon suaminya itu. Menatapnya dari atas kepala sampai ujung kaki.

Saat Amanda sibuk dengan pikirannya sendiri, Juna yang tahu jika dirinya tengah diperhatikan oleh Amanda lantas menyunggingkan senyum manisnya. Senyuman yang justru menyadarkan Amanda. Perempuan muda tersebut bergegas membuang muka. Dirinya tak ingin bermanis- manis dengan lelaki yang baginya begitu asing tersebut.

“Juna, tolong kamu periksa Manda. Kenapa dia jadi linglung begini sih? Apa karena dia demam kemarin ya?” Nampak suara Bu Linda terdengar begitu khawatir.

Bu Linda bergegas meminta calon menantunya itu untuk memeriksa kesehatan anak semata wayangnya itu.

Arjuna yang ternyata seorang dokter bergegas mengeluarkan peralatan medisnya. Amanda sedikit memicingkan mata saat melihat Arjuna yang tengah bersiap memeriksa keadaannya. Amanda baru menyadari jika pria berkemeja garis-garis dihadapannya itu membawa tas yang berisi perlengkapan bagi seorang dokter.

“Maaf, aku akan memeriksa kondisi tubuh mu.” Arjuna bersuara ketika tangannya akan menyentuh pergelangan tangan Amanda untuk dicek tekanan darah perempuan muda tersebut.

Amanda yang diperlakukan dengan lembut bukannya tersipu namun justru tersenyum sinis. Lelaki di hadapannya ini terlalu sopan bagi seorang dokter. Kalau tidak menyentuhnya, bagaimana dia akan memeriksa keadaan pasien.

“Dasar dokter aneh!” Amanda bergumam sangat lirih.

Sepertinya ucapan Amanda hanya didengar oleh dirinya sendiri. Itu terbukti dari sang ibu yang sibuk mengamati kinerja calon menantunya. Sementara sang dokter sibuk memeriksa keadaan dirinya.

“Tidak apa-apa, Bu. Amanda hanya terlalu lelah saja. Tekanan darahnya memang agak rendah. Namun untuk yang lainnya, keadaan Amanda sangat normal.” Arjuna menjelaskan dengan lembut, sambil tangannya sibuk memasukkan kembali perlengkapan miliknya.

“Lalu kenapa dia linglung Juna? Dia bahkan lupa kamu loh. Tapi malah menyebut-nyebut nama Bimo!”

“Bimo?” Arjuna mengulangi kata-kata yang dilontarkan oleh Bu Linda. Dahinya bahkan berkerut mendengar cerita dari calon mertuanya itu.

“Bimo itu suamiku! Kami sudah menikah dan hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang pertama. Aku tidak kenal kamu!”

Amanda memotong percakapan sang ibu dan Arjuna dengan ketus. Sementara itu Arjuna yang mendapat perlakuan tersebut hanya tersenyum.

“Juna, bisa kamu jaga Manda sebentar, Nak! Mamah mau buatkan minuman dulu untuk kamu.”

“Mah! Jangan tinggalin Manda mah!” Amanda bergegas memegang erat tangan bu Linda agar tidak meninggalkannya. Namun tangannya justru ditepis oleh sang ibu.

“Aduh, kamu jangan membuat Mamah dong, Manda!” Bu Linda tersenyum kembali ke arah Arjuna dan menghiraukan tatapan memelas dari Amanda.

“Tolong jaga Amanda ya, Juna.” Lagi Bu Linda bersuara.

Arjuna menanggapinya dengan senyuman dan anggukan kepala.

“Mah!” Amanda berteriak.

Mendengar teriakan Amanda. Bu Linda tetap saja beranjak Pergi. Meninggalkan putrinya dengan Arjuna.

Arjuna mengambil kursi yang berada di depan meja rias, menariknya, hingga dirinya bisa duduk di samping ranjang tempat Amanda terbaring. Badannya sedikit membungkuk, dengan kedua siku bertopang di paha dan jemarinya bertautan menutupi mulutnya. Mata elang lelaki tersebut menatap lurus Amanda. Amanda yang diperlakukan seperti itu pun menjadi salah tingkah.

“Apa!” Amanda berkata ketus.

Sengaja Amanda matanya melotot demi bisa menutupi rasa gugupnya. Bagaimanapun juga Arjuna adalah sosok lelaki yang begitu tampan paripurna, tanpa cacat sedikitpun. Bahkan Bimo suaminya kalah jauh. Terlebih seolah Arjuna juga memiliki karismanya sendiri dan memancarkan aura tertentu. Aura yang membuat bulu roma Amanda berdiri.

“Lupakan dia!” Arjuna bersuara lirih.

“Hah?” Amanda yang tak paham hanya melongo mendengar perkataan lelaki dihadapannya.

“Lupakan dia!” Arjuna bersuara kembali.

Kini Amanda tak menjawab, namun dirinya justru fokus dengan bola mata Arjuna. Entah mengapa sorot mata lelaki itu terlihat begitu misterius dan mengeluarkan aura yang begitu aneh. Pancaran mata itu terlihat begitu mempesona namun juga mengerikan di waktu yang sama. Amanda seolah dipaksa untuk menatap iris mata yang berwarna kecoklatan tersebut.

Tanpa sadar Amanda memeluk lengannya sendiri karena suasana di kamar yang tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Bahkan giginya saling beradu karena rasa dingin yang menyebar ke seluruh persendian tubuhnya.

Pintu kamar terbuka perlahan. Bu Linda masuk dengan membawa nampan berisi kan segelas teh hangat. Entah kenapa, atmosfer kamar yang tadinya dingin perlahan mencair dan menghangat. Pandangan Amanda yang tadinya terkunci juga gini terlepas dari mata Arjuna.

Amanda terbatuk-batuk karena akhirnya dirinya merasa bisa bernafas dengan lega. Dirinya tadi merasa seolah tercekik oleh suasana yang begitu mengerikan dan mencekam. Suasana yang begitu dingin hingga merasuk ke sumsum tulang seluruh tubuhnya.

Amanda diliputi oleh beribu pertanyaan di kepalanya. Tentang lelaki yang ibunya sebut sebagai calon suaminya tersebut.

Juna....

Arjuna Nitis Sukma....

Siapakah dia sebenarnya?

Kenapa lelaki ini bisa menjadi calon suaminya?

Kenapa sorot matanya begitu mengerikan?

Namun pancaran matanya juga seolah memberikan perlindungan yang begitu mendalam.

Siapakah lelaki ini sebenarnya?

“Jadi, bagaimana keadaan Manda, Juna? Apa pernikahan kalian harus dibatalkan?” Bu Linda berkata sambil menyodorkan teh hangat kepada Arjuna.

Suara Bu Linda membuyarkan lamunan Amanda tentang siapa sosok Arjuna Nitis Sukma sebenarnya.

Pertanyaan yang sekaligus juga membuat Amanda menjadi takut.

“Menikah? Maksudnya apa, Mah?” Amanda bicara dengan terbata-bata.

“Pernikahan, Manda! Kamu dua hari lagi akan menikah dengan Juna. Semua sudah siap. Tapi entah kenapa kamu malah demam selama 3 hari, lalu jadi linglung seperti ini. Bahkan kamu sampai lupa sama calon suami kamu sendiri.”

“Tapi, Mah! Manda sudah menikah dan tak boleh dalam hukum dan agama seorang perempuan mempunyai dua suami. Jadi tak mungkin Amanda untuk menikah dengan Arjuna.” Amanda berbicara dengan gemetar. Suaranya pun bergetar.

Bu Linda menggelengkan kepalanya frustasi karena melihat tingkah putrinya yang aneh tersebut. Detik kemudian Bu Linda menatap kearah Juna yang sedari tadi diam tak bersuara, nampak lelaki muda tersebut sibuk meminum teh buatan Bu Linda.

“Kamu masih perawan Manda! Itu bukti kalau kamu belum menikah.” Akhirnya Arjuna bersuara.

“Dari mana kamu tahu kalau aku masih perawan? Menyentuhku saja tadi kau meminta izin!”

“Aku tahu dari nadi di tanganmu, Manda. Bersiaplah, lusa kita akan menikah. Aku akan menerima keadaanmu saat ini dengan ikhlas, karena tak mungkin pernikahan Ini dibatalkan.”

Kali ini ini Amanda tidak bisa menjawab balik perkataan lelaki yang bernama Arjuna tersebut.

Lidahnya mendadak kelu. 

“Bersiaplah! Bersiaplah menjadi bagian dari keluarga Nitis Sukma, Amanda!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status