Главная / Romansa / GELORA HASRAT SANG MAFIA / 3 | Sebuah kebohongan, awal buruk bagi Sunny

Share

3 | Sebuah kebohongan, awal buruk bagi Sunny

Aвтор: Vieneze
last update Последнее обновление: 2023-09-05 18:50:29

Sunny menyesal telah membuat janji gila tak masuk akal seperti itu pada bibi Joyce. Bila pada akhirnya itu akan memisahkan dia dengan orang terkasihnya. Namun, Sunny juga cukup sadar bahwa perjanjian itu menyelamatkan nyawa ibunya.

Sunny tidak bisa berbuat apa pun selain menurut. Dia mengemasi beberapa lembar pakaian terbaik yang dia punya, menyiapkan obat herbal untuk ibunya minum nanti, dan membuat daftar pekerjaan untuk Rury. Sunny menaruh harapan pada adiknya itu, kendati sunny sedikit ragu, namun dia yakin Rury dapat dipercaya.

“Mama jangan menangis lagi,” ujar Sunny. “Aku baik-baik saja. Doakan saja aku selalu sehat di sana. Aku akan mengirimi surat pada mama nanti jika aku sudah sampai dan—aku menyayangi kalian berdua.” Sunny mendekap Jane sangat erat seolah itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka.

Sunny melirik Rury dan berkata, “Kakak percayakan semua padamu. Jagalah mama kita. Jangan menangis, kau pria tangguh.”

Rury mengangguk patuh. “Aku akan menjaga mama. Aku akan merindukanmu, Kak.”

“Jika hal buruk terjadi pada Sunny, aku sendiri yang akan menghabisimu, Joyce,” ancam Jane dengan ekspresi tidak terduga.

Menanggapi hal itu, bibi Joyce hanya memberikan seringai misterius. Seolah dia menyembunyikan niat tersembunyi lainnya.

Dan akhirnya mereka berdua pergi ke kota setelah mengucapkan selamat tinggal yang tidak diinginkan. Perjalanan mereka cukup hening. Sunny enggan berbicara pada Bibi Joyce, dia terlalu sibuk memikirkan keadaan ibu dan adiknya. Di antara pikirannya itu, terselip juga ketakutan yang mendalam terhadap Marco.

Sunny masih ingat perkataan bibi Joyce tentang Marco, dia pria brengsek dan gila. Bintil-bintil kengerian mendadak timbul di tengkuk Sunny, ketika dia membayangkan dirinya menikah dengan pria seperti itu. Dia akan jadi rempeyek! Oh, mungkin kabar buruknya dia akan disiksa setengah mati!

Bibi Joyce tidak melepaskan pandangannya dari Sunny. Dia memandanginya dengan sorot licik dan itu membuat Sunny sedikit risih. Sunny hampir saja melabrak bibi Joyce, tetapi mobil mereka mendadak berhenti di sebuah rumah bergaya klasik nan megah. Seluruh bangunannya ditutupi warna putih gading. Halamannya dipenuhi oleh tanaman palem hias dan beberapa pria stelan hitam berdiri di ambang pintu.

Sunny menduga di sinilah tujuan akhir mereka.

Sebelum mereka turun, Bibi Joyce buru-buru mengeluarkan lipstik merah muda dari dalam tasnya. “Kau harus tampak cantik. Marco tidak suka gadis yang polos.”

Kemudian dia mengoles bibir Sunny dengan lembut. Namun, Sunny tidak suka memakai benda krim lengket itu di bibirnya.

“Ini bukan seleraku,” ujar Sunny kesal. Dia hendak menyeka lipstik itu dari mulutnya, akan tetapi bibi Joyce segera menangkap tangan Sunny.

“Sudah kubilang hidup ibumu bergantung padaku. Jadi jangan macam-macam,” bibi Joyce tersenyum. “Setidaknya kau terlihat lebih menarik dari sebelumnya.”

Bibi Joyce menurunkan kaki kurusnya dengan elegan tanpa cela ketika sang supir membukakan pintu untuknya. Dia mengangkat dagu tinggi, kemudian menoleh sekilas ke arah Sunny, seolah memberikan isyarat untuk keluar dari mobil.

Sunny mengikuti bibi Joyce dengan enggan. Dia tidak terlalu penasaran oleh kemegahan rumah itu, Sunny lebih banyak menundukkan muka sembari melihat kakinya melangkah. Seolah dia tidak memiliki jiwa, kosong dan sepi.

Satu langkah penyesalan. Satu langkah lagi kerinduan pada ibunya dan satu langkah yang lain, dia hendak putar arah dan berlari. Tiba-tiba seorang pria mendadak muncul dengan mata yang mengawasi.

“Tuan sudah lama menunggu anda, madam. Dia sangat gelisah sampai-sampai kemarahannya itu membuat semua orang panik,” ujar seorang pria setengah baya ketika melihat kehadiran bibi Joyce dan Sunny.

“Jadi dia putrimu? Tapi kalian seolah orang lain. Kau terlihat necis dan dia sangat polos. Ah, jangan-jangan anda ingin bermain trik dengan tuan?”

“Berhentilah ikut campur. Itu bukan urusanmu, Don. Bawa saja kami pada Marco.” Bibi Joyce menyahut ketus perkataan pria itu.

Lelaki yang disebut Don itu mengulas senyum kecut. Dia adalah kepala pelayan di rumah Marco, juga orang yang bertanggung jawab dengan keperluan bisnis kotor Marco.

Don menuntun mereka berdua ke lantai atas melewati tangga putar berkarpet merah. Sehingga suara ketukan langkah mereka teredam.

Ketika mereka tiba di anak tangga terakhir, ruangan besar menyambut pandangan Sunny. Di sana, di antara jendela terbuka, Marco sudah menunggu kedatangannya sembari menggenggam sekaleng bir. Fitur wajahnya yang maskulin tampak semakin keras saat dia menyadari kehadiran bibi Joyce dan Sunny.

Marco menekuri bentuk tubuh Sunny. Dia memperhatikan setiap lekuk tubuh Sunny dan itu membuat Sunny tidak nyaman, seolah dia telah ditelanjangi. Kemudian, sudut bibir Marco terangkat membentuk senyum tipis.

“Kau membuatku kesal, Joyce,” ujar Marco pada akhirnya, sesaat dia beranjak malas ke sofa coklat kayu yang berjarak semeter dari sisinya.

Don segera meninggalkan ruangan itu, setelah dia memberikan hormat pada Marco.

Marco Edith, dia adalah sosok yang paling menonjol di antara para pebisnis night club lainnya. Selain memiliki lounge, dia juga menjalankan bisnis rentenir yang kini menjerat bibi Joyce. Dia terkenal dengan kekejamannya dalam menagih uang miliknya, bahkan Marco tidak segan-segan untuk melenyapkan korbannya jika itu diperlukan.

Sunny menatap wajah Marco beberapa saat lamanya dan dia menyadari satu hal, Marco memiliki wajah menawan yang angkuh. Tubuhnya yang kekar terlihat jelas dari balik kemeja putih yang dia pakai. Lengan tergulung, kancing dada terbuka, dan celana panjang segelap malam seolah menunjukan betapa senangnya pakaian itu berada di tubuh Marco.

Tanpa diduga, Marco menangkap pandangan penasaran Sunny. “Aku tahu kalau wajahku ini menarik, tapi kau tidak boleh menatapku dengan tatapan itu. Matamu bisa saja hilang.”

Marco tidak bercanda, dia serius dan itu membuat Sunny bergidik ngeri.

“Jangan menakutinya,” potong bibi Joyce tiba-tiba. “Aku menepati janjiku. Kumohon beri aku kesempatan, dia akan berada di sini bersamamu sampai aku mendapatkan uang.”

Marco kehilangan minatnya untuk menyesap bir yang dia genggam. Dia memutar pandangan kepada Sunny dan sekali lagi memperhatikan rupa wajah Sunny. Marco menyadari betapa Sunny terlalu polos untuk menjadi putri bibi Joyce.

Kaus krem longgar dan celana denim panjang yang dikenakan Sunny berbanding terbalik dengan penampilan bibi Joyce yang necis nan elegan. Bahkan Marco tidak melihat adanya kemiripan antara mereka.

Marco tersenyum simpul. “Dia bukan putrimu. Kau tidak bisa membohongi aku, Joy. Bagaimana bisa aku mengambilnya sebagai jaminan. Kau bisa saja kabur— dan aku tidak sebodoh itu.”

Jaminan? Satu kata itu menampar wajah Sunny. Dia yakin bahwa dia berada di sini untuk menikah dengan Marco, tapi kenyataannya dia hanyalah jaminan yang tidak lebih dari tawanan.

Detak jantung Sunny terasa menyakitkan di dadanya. Dia telah dijebak. Seharusnya dia tidak boleh mempercayai bibi Joyce.

“Dia putriku. Uh, setidaknya kami masih memiliki hubungan darah. Dia memang keponakanku yang berharga. Aku sangat menyayanginya seperti putriku sendiri,” ujar bibi Joyce gugup, namun dia menutupinya dengan tersenyum sembari memeluk Sunny.

Perut Sunny mendadak melilit oleh perkataan bibi Joyce. Itu adalah dusta yang menjijikkan. Hampir saja Sunny mendorong bibi Joyce dari tubuhnya, namun tindakan itu terhenti ketika bibi Joyce membisikkan Sunny untuk tetap berpura-pura.

“Aku tidak suka kebohongan. Ini sudah jatuh tempo—dan aku tidak berminat untuk mengulur waktu.”

“Kumohon beri aku kesempatan. Tengah malam nanti aku akan membawa uangnya.”

Marco terkekeh, “jika tidak, kau dan gadis ini akan mati.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Mannae
kok ada ya bibi macam ini. untungnya ini hanya dalam cerita ...
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA     33 | Kecupan terakhir

    Sunny menatap Ryuse dengan mata terbelalak ketika tangan lelaki itu mendekapnya erat. Raut wajah Sunny menggambarkan kebingungan dan ketidakpercayaan. Detak jantungnya berdegup kencang dan Sunny bersumpah bahwa napasnya seolah berhenti—memikirkan apakah yang terjadi benar-benar nyata. “Ryu, apa yang kau lakukan?” Sunny berusaha menyusun kata-kata, namun suaranya terdengar seperti bisikan lembut. “Tetaplah seperti ini sebentar,” sahut Ryuse berbisik. Tangan Ryuse mengusap lembut punggung Sunny. Ryuse tidak tahu mengapa dia harus melakukan hal konyol dan tidak tahu malu seperti ini. Tindakannya yang tiba-tiba ini bukan menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Perbuatan romansa dan hubungan intim antara lelaki dan wanita, Ryuse tidak peduli dengan semua itu sebelumnya. Namun kehadiran Sunny merubah segalanya. Ryuse pun tidak menyadari perasaan itu. Dia hanya tahu itu adalah perasaan empatinya terhadap kisah Sunny. “Jangan salah paham,” imbuh Ryuse. “Aku melakukan ini sebagai ucapan perp

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    32 | Ryuse tidak ingin Sunny pergi

    “Namun, itu hanyalah sebuah benda,” ujar Ryuse. “Aku masih bisa membelinya. Melihatmu yang bertanggung jawab, aku akan membiarkanmu.” “Maafkan aku, Paman. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Ryuse memijat keningnya dan mendengus. “Jangan panggil aku paman. Aku tidak setua itu. Panggil saja aku sesukamu asal jangan sebutan yang tua.” Rury mengangguk dan tersenyum ceria. “Baik, Kakak keren.” “Kakak keren?” Ryuse menaikkan satu alis. “Tentu saja. Aku melihatmu bertarung waktu itu dan itu sangat keren,” ungkap Rury gembira. Ryuse tersenyum tipis dan menimpali dengan wajah tenang, “Itu tidak buruk. Aku suka.” Sementara Marvin tersenyum puas melihat sikap Ryuse terhadap Rury. Dia menang taruhan. Makan malam sepuasnya di Cozy resto akan menjadi hal yang paling menyenangkan untuk Marvin. Setidaknya dia terbebas dari makan roti lapis setiap harinya. Pekerjaannya yang sering menghabiskan waktu di malam hari, membuat Marvin sering mengabaikan makan malam. “Hei, aku menang. Jangan lupakan

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    31 | Mari bertaruh

    Ketika Rury pertama kali memasuki rumah mewah milik Ryuse, matanya terbuka lebar. Dia terdiam sejenak di pintu masuk, menelan ludah dengan pemandangan yang begitu mewah di hadapannya. Langit-langit tinggi, lukisan-lukisan mahal, perabotan klasik, dan hiasan-hiasan yang tersebar di seluruh ruangan. Rury bisa merasakan jawaban di ujung lidahnya, bibirnya bergerak tanpa suara saat dia mencoba untuk menggambarkan betapa takjubnya dia pada kekayaan dan keindahan rumah Ryuse. "Wow, ini... ini luar biasa," gumamnya gemetar. Rumah ini jauh lebih baik dari rumah mereka, jauh lebih nyaman. Tidak ada nyamuk yang akan mengganggu tidur mereka, atau angin laut yang merebak masuk melalui lubang dari jendela mereka. Tatapan Rury berkeliling dengan takjub, membenamkan diri dalam keelokan dan berharap dalam hatinya bahwa dia ingin mempunyai rumah sebesar ini. Itu adalah Rury di hari pertama. Namun yang terjadi sekarang di hadapannya bukanlah hal baik. Setelah tiga hari terlewati dengan bersenang-b

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    30 | Diam-diam memperhatikanmu

    Ryuse terkekeh dan memberikan tatapan pengertian. “Sansan, setiap hal yang kuberikan padamu adalah tulus. Kau jangan berpikir yang aneh-aneh,” ujar Ryuse dengan santai tanpa menyadari bahwa Sunny mungkin saja menyukainya. Sunny bergumam dalam hati saat menatap Ryuse, “Aku hanya takut berharap terlalu banyak dan aku takut melakukan kesalahan dalam membaca perasaan ini.” Dalam momen itu, dokter tiba-tiba datang dan membuat Sunny melompat dari kasur dengan tergesa-gesa. Dokter tersebut, dengan sorot penuh perhatian menilik wadah infus yang hampir habis dan berbicara dengan senyum lebar. “Selamat pagi, pak Ryuse. Bagaimana perasaanmu hari ini?” “Halo dokter. Rasanya lebih baik dari kemarin.” Dokter melakukan beberapa pemeriksaan dan melihat catatan medis, kemudian dia mengangguk puas. “Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan yang baik. Saya pikir anda sudah cukup pulih untuk pulang ke rumah. Tapi tetaplah menjaga kesehatan dan lakukan kontrol rutin di rum

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    29 | Pelukan pagi yang tak terduga

    Sunny merasa malu dengan kecerobohannya sendiri yang dengan tidak sengaja mengungkapkan bahwa dia menyukai seseorang. Matanya yang bercahaya dan senyumnya yang manis kini terasa begitu berat, dihiasi oleh rasa gugup dan keraguan. Dia berlari ke kamar mandi, berdiri lama menatap wajahnya di depan cermin. Tangan Sunny menyentuh pipinya yang telah memerah, seketika dia menjadi malu dan Sunny membasuh wajahnya untuk menghilangkan rona itu dari wajahnya. Ryuse merasakan ada sesuatu tidak biasa yang terjadi pada Sunny dan pertanyaan-pertanyaan pun mulai mendominasi pikirannya. “Mengapa dia terlihat begitu tergesa? Apa aku salah bicara?” pikirnya sambil mencoba mencari jawaban. Hatinya berdebar, tak bisa menolak rasa ingin tahu yang muncul begitu saja. Tanpa dia sadari, Ryuse pun mulai penasaran dengan pria yang dikagumi oleh Sunny. Pikirannya mencoba membayangkan siapa sosok pria yang dapat membuat Sunny begitu terpana dan membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang siapa pria itu, apa y

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    28 | Kau yang bersinar

    Luigi Kasto, seorang pimpinan dari Red Dragon, sebuah organisasi kriminal yang menyelundupkan senjata dan mengoperasikan rumah perjudian. Dia lelaki yang paling ditakuti di seluruh Rosentown. Tindakannya selalu lebih sulit dipahami, liar, dan keji. Tak seorang pun berani menentangnya. Namun, pria yang di hadapannya itu tidak pernah menunjukkan rasa takut padanya. Pria yang dulu pernah dia 'pelihara' dan dia besarkan untuk menjadi sama dengannya. Ya, pria itu selalu membangkang terhadap perkataan Luigi. Satu-satunya orang yang berani melawan Luigi, Ryuse Adam. Ryuse bukan tidak ingin membalas kebaikan Luigi terhadapnya, apa pun akan dia lakukan—tapi tidak untuk Camila. Hanya Camila. Ryuse tidak pernah memiliki perasaan romantis terhadap Camila. Dia selalu memandang Camila seperti saudara perempuan. Ryuse pernah mencoba memaksa dirinya untuk mencintai Camila, namun dia tidak berhasil melakukan itu. Demi membalas jasa Luigi, Ryuse berkali-kali mencoba membuat dirinya jatuh cinta pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status