Share

Bab 2

Mendengar suara teriakan Reno, Ellea langsung menjatuhkan ponsel yang ada di genggamannya. Seluruh tubuhnya terasa bergetar bahkan persendiannya pun terasa lepas dari tempatnya.

Perlahan Ellea membalikan tubuhnya menghadap sang suami. Terlihat lelaki itu sudah menatapnya dengan tejam seolah siap menerkamnya hidup-hidup.

"Untuk apa kamu mengundang mantan kekasihmu ke sini, hah? Apa kamu memang sering melakukan hal gila dengannya jika tidak ada aku, hah?" teriak Reno penuh amarah.

"Ti-tidak, Mas. Itu tidak benar. Aku tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu," sahut Ellea tergagap dengan bibir bergetar penuh ketakutan.

Reno yang sedang dikuasai amarah kini berjalan dengan cepat ke arah Ellea. Begitu laki-laki itu sudah ada di dekat Ellea, tangannya langsung mendaratkan tamparan yang begitu keras hingga sudut bibir Ellea mengeluarkan darah.

"Kamu masih mau berkilah, Ellea? Setelah semua kebenarannya aku dengar langsung, kamu masih mau berkilah jika, hah?"

Plak!

Plak!

Dua tamparan kembali mendarat di pipi kanan dan kiri Ellea membuat darah segar kini bukan hanya mengalir dari sudut bibirnya saja tapi juga dari hidungnya.

"Am-pun, Mas. Demi Tuhan aku tidak pernah melakukan apa yang Mas Reno tuduhkan," lirih Ellea masih berusaha membela diri.

"Diam! Jangan terus memancing kemarahanku dengan bersikap seolah-olah kamu tidak melakukan kesalahan, Ellea! Kamu benar-benar wanita paling menjijikan yang pernah aku temui! Bagaimana bisa kamu selingkuh dengan iparmu sendiri, hah? Apa kepalamu ini sudah tidak ada otaknya, Ellea?" tanya Reno sembari menoyor kepala Ellea.

"Mas, sumpah demi Tuhan, Mas Reno sudah salah paham. Rian ke sini bukan untuk menemuiku tapi untuk menyerahkan berkas yang harus Mas tandatangani," cicit Ellea hampir tidak terdengar karena rasa sakit yang berusaha wanita itu tahan.

"Bohong! Jangan mengatasnamakan Tuhan untuk menutupi perbuatan bejad yang kalian lakukan! Harusnya kamu itu sadar, Ellea, sekarang kamu itu istriku, bukan pacar Rian lagi. Untuk apa kamu masih berhubungan dengannya kalau memang tidak ada sesuatu yang kalian lakukan!" geram Reno mencengkram erat rahang Ellea.

Darah segar yang mengucur dari hidung Ellea seakan tak kasat mata di hadapan Reno hingga laki-laki itu tak sedikitpun memperlihatkan rasa iba kala melihat Ellea meringis kesakitan.

"Demi Tuhan, Mas, aku tidak bohong. Rian datang bukan untukku tapi untuk …."

Brak!

Reno langsung mendorong tubuh Ellea hingga gadis itu jatuh tersungkur ke lantai. Bahkan kepalanya membentur ujung nakas hingga terluka cukup dalam.

"Jangan bawa-bawa Tuhan untuk menutupi dosamu, Ellea! Jangan sampai kamu dikutuk karena terus membohongi …."

"Kakak! Apa yang Kakak lakukan? Kakak apakan Ellea?" teriak Rian begitu kaget dengan keadaan Ellea yang tampak meringis kesakitan dengan darah yang hampir memenuhi seluruh wajahnya.

"Jangan ikut campur! Ini urusan aku dengan wanita munafik ini! Kamu orang luar tidak berhak untuk mengetahui apa pun yang terjadi di dalam rumahku!" bentak Reno berbalik menatap nyalang adiknya yang kini ada di ambang pintu.

"Kakak bilang aku tidak boleh ikut campur sementara Kakak hampir membunuh istri Kakak sendiri, begitu? Gila namanya kalau aku diam saja saat melihat dengan mata kepala sendiri Kakak melakukan hal keji pada Ellea," kesal Rian sembari menyimpan berkas yang dibawanya di atas kasur lalu segera membantu Ellea bangun.

"Singkirkan tanganmu dari tubuh istriku, Rian!" bentak Reno sembari menyingkirkan tangan sang adik dari tubuh istrinya.

Tubuh Ellea yang terlepas dari tangan Rian, kembali tersungkur ke lantai. Ringisan wanita itu terdengar begitu kecil seiring dengan hilangnya kesadaran karena tak mampu menahan rasa sakit lagi.

"Berhentilah egois, Kak! Kalau Kakak hanya bisa melukainya, biar aku yang mengobatinya! Minggir dan jangan halangi aku lagi! Kalau Ellea sampai mati, maka Kakak sendiri yang akan masuk ke penjara karena melakukan tindakan kekerasan! Dan aku, aku akan menjadi saksi atas tindak kejahatan yang kakak lakukan ini! Aku tidak akan membiarkan Kakak bisa melenggang bebas setelah melukai istri Kakak sendiri!" sengit Rian berapi-api.

Reno langsung mematung mendengar perkataan Rian. Apa yang adiknya katakan itu benar jika sampai Ellea kenapa-napa maka dialah yang akan disalahkan. Bukan hanya oleh keluarganya tapi juga oleh seluruh dunia. Mereka akan menghardik Reno yang membuat Ellea sampai terluka.

Akan tetapi kalau sampai Rian yang membawa Ellea ke rumah sakit, sungguh Reno tak akan pernah terima. Adiknya itu tak boleh menyentuh tubuh Ellea barang sedikitpun.

"Minggir! Biar Kakak yang bawa Ellea ke rumah sakit!"

Reno langsung menyingkirkan tubuh Rian hingga adiknya itu terjatuh ke atas kasur. Sementara dirinya buru-buru menggapai tubuh Ellea lalu menggendong wanita itu untuk segera keluar dari rumah.

Rian yang melihat kelakuan Kakaknya tidak tinggal diam. Lelaki itu pun segera menyusul sang kakak keluar dari rumah. Apalagi Rian tak ingin jika sang kakak kembali berbuat kasar dan menyakiti Ellea lagi.

Sampai di luar, tampak sang Kakak yang kesulitan membuka pintu mobil. Gegas Rian menghampiri kakaknya itu dan membukakan pintu mobil.

Reno diam saja tak mengucapkan satu patah kata pun pada adiknya. Lelaki itu segera memasukan sang istri ke dalam mobil lalu memasangkan sabuk pengaman dengan benar dan memposisikan kursi senyaman mungkin untuk Ellea.

Setelah memastikan posisi istrinya nyaman, Reno segera menyusul masuk ke dalam mobil. Begitupun dengan Rian yang memutuskan untuk ikut ke dalam mobil Reno untuk berjaga-jaga agar kakaknya itu tidak kembali lepas kendali.

"Ngapain kamu ikut masuk ke mobil Kakak, Rian?" bentak Reno tak suka melihat Rian yang malah ikut masuk ke dalam mobil yang sama dengan dirinya dan juga Ellea.

"Aku hanya ingin memastikan kalau Kakak tidak akan kembali kalap. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin kalau sampai Kakak menyakiti Ellea lagi!" tegas Rian membuat Reno langsung berdecih kesal.

Namun tak urung Reno tetap melajukan mobilnya. Sepertinya lelaki itu juga tak ingin kalau sampai Ellea kenapa-napa mengingat memang keadaan istrinya itu sudah tidak baik-baik saja saat ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Kak? Kenapa Kakak menyakiti Ellea seperti ini? Bukankah Kakak sudah berjanji untuk tidak menyakitinya?" tanya Rian benar-benar geram dengan Kelakuan kakaknya.

Reno diam saja enggan menanggapi adiknya. Lagipula, menurutnya Rian terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Meskipun memang benar Rian itu mantan kekasih Ellea, tapi itu dulu sebelum status Ellea berubah menjadi kakak ipar untuk Rian.

Kak, kenapa tidak menjawab? Katakan apa yang membuat Kakak menyakiti Ellea, Kak?" desak Rian benar-benar penasaran kenapa sang kakak menyakiti istrinya sendiri.

"Ini semua karena kamu, Rian! Semua yang terjadi itu karena kamu! Ellea terluka juga karena kamu, PUAS!" tuding Reno begitu lantang.

"Aku? Kenapa aku? Apa yang aku lakukan hingga membuat Kakak menyakiti Ellea, hah?" tanya Rian benar-benar tidak mengerti kenapa sang Kakak menyalahkannya.

"Itu Karena …."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status