"Mau kemana kamu, Rian?" tanya Reno saat berpapasan dengan Rian di pintu keluar. Dia baru saja datang setelah bermain-main dengan Ellea sampai tanpa sadar ketiduran di rumah tadi. "Bukankah aku yang harusnya bertanya seperti itu padaku, Kak? Aku baru saja meeting dengan Tuan Arthur dan sekarang aku akan mengecek proyek kami. Sedangkan kamu, apa yang kamu lakukan? Ini sudah lewat jam makan siang tapi kamu baru datang? Sebenarnya kau itu niat bekerja atau tidak, Kak?" sarkas Rian menatap tajam kakaknya. Reno langsung berdecih sebal, "itu bukan urusanmu, Rian! Urus saja urusanmu sendiri dan jangan menggangguku!" ketus Reno langsung melangkahkan kaki meninggalkan Rian. Rian menatap kakaknya penuh kebencian. Tangannya terkepal erat hingga buku jarinya memutih. Kalau saja tak ingat dia ingin membereskan kakaknya dengan cara lain, sudah pasti Rian akan mengajak duel sang kakak saat ini juga. Akan tetapi, Rian tidak ingin kalau kakaknya malah bebas karena kesalahannya yang tidak sabaran.
"Ah, Tuan … Anda sangat mengagumkan …."Di sudut tempat aktivitas itu terjadi, ada seorang gadis cantik yang hanya bisa menangis pilu dengan tatapan yang tertuju ke arah ranjang. Dia dipaksa melihat pergulatan sengit antara suaminya dan juga seorang wanita malam. Wanita itu sengaja dipanggil oleh suaminya demi bisa kembali menggores luka di atas hati yang sudah koyak tak berbentuk."Lihatlah, Ell! Lihat! Pelajari bagaimana cara dia memuaskan aku, Ell! Jangan hanya bisa menangis saja!" Ellea Adisty hanya bisa semakin menangis pilu tanpa membalas perkataan Reno Atmadja—suaminya. Pernikahan yang baru saja terjalin 6 bulan itu, tak pernah satu hari pun tidak dihiasi dengan aktivitas menjijikan Reno dengan wanita panggilan yang setiap hari pasti selalu berganti-ganti.Tak ada yang bisa Ellea lakukan. Pernikahan yang terjadi antara dirinya dan juga Reno bukanlah terjadi karena cinta, melainkan karena keinginan orang tua mereka. Bahkan Ellea harus memutuskan hubungan dengan Rian Atmadja—sang
Mendengar suara teriakan Reno, Ellea langsung menjatuhkan ponsel yang ada di genggamannya. Seluruh tubuhnya terasa bergetar bahkan persendiannya pun terasa lepas dari tempatnya.Perlahan Ellea membalikan tubuhnya menghadap sang suami. Terlihat lelaki itu sudah menatapnya dengan tejam seolah siap menerkamnya hidup-hidup."Untuk apa kamu mengundang mantan kekasihmu ke sini, hah? Apa kamu memang sering melakukan hal gila dengannya jika tidak ada aku, hah?" teriak Reno penuh amarah."Ti-tidak, Mas. Itu tidak benar. Aku tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu," sahut Ellea tergagap dengan bibir bergetar penuh ketakutan.Reno yang sedang dikuasai amarah kini berjalan dengan cepat ke arah Ellea. Begitu laki-laki itu sudah ada di dekat Ellea, tangannya langsung mendaratkan tamparan yang begitu keras hingga sudut bibir Ellea mengeluarkan darah."Kamu masih mau berkilah, Ellea? Setelah semua kebenarannya aku dengar langsung, kamu masih mau berkilah jika, hah?"Plak!Plak!Dua tampara
"Karena apa? Kenapa Kakak malah menyalahkan aku untuk semua yang terjadi? Aku sama sekali tidak ….""Sudahlah, Rian, jangan ikut campur tentang urusan rumah tanggaku! Cukup kamu menjadi adikku dan adik ipar yang baik saja untuk Ellea, selebihnya biar itu jadi urusanku!" tegas Reno tak ingin adiknya ikut campur terlalu dalam dengan urusan rumah tangganya."Kak, aku bukan ingin ikut campur tentang urusan Kakak. Aku hanya ingin tahu saja kenapa Kakak sampai melakukan kekerasan pada Ellea? Kesalahan apa yang sudah dia lakukan hingga membuat Kakak begitu kalap?" cecar Rian benar-benar tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh kakaknya.Hening! Tak ada jawaban apa pun dari Reno. Laki-laki itu hanya fokus pada jalanan di depannya seolah tak mendengar pertanyaan yang Rian ajukan."Kak, kenapa diam saja?" tanya Rian kesal karena kakaknya tak menanggapi pertanyaan yang dia ajukan.Cit!Reno langsung menginjak rem sembari berbalik menatap tajam pada Rian."Turun! Aku tidak ingin konsentrasiku
Reno kembali menatap geram pada adiknya. Kemarahan lelaki itu terlihat begitu jelas saat ini. Bagaimana bisa Rian malah mengaku-ngaku sebagai suami Ellea padahal jelas Reno lah suami dari wanita itu.Rian yang menyadari kesalahannya, langsung garuk-garuk kepala. Jelas dia tidak ingin membuat kakaknya salah paham dan membuat Ellea semakin tersiksa nantinya."Maaf, Dokter, saya adik ipar Ellea dan ini suaminya—Kak Reno—kakak saya," ralat Rian benar-benar tak ingin membuat Ellea semakin kesusahan karena dirinya."Ya, dokter, saya suaminya. Katakan apa yang terjadi pada istri saya?" tanya Reno memilih mengabaikan kekesalannya pada Rian sekarang karena dia ingin tahu keadaan istrinya saat ini.Dokter langsung mengalihkan pandangannya ke arah Reno dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang terjadi hingga membuat dokter menatap Reno seperti itu."Apa Anda yakin kalau istri Anda tersandung dan bukannya mendapatkan KDRT?" tanya dokter itu setengah menuduh Reno."Apa yang dokter maksud
Ceklek!Suara pintu yang kembali dibuka membuat Ellea langsung mengalihkan pandangan. Ada setitik harapan di hatinya kalau yang datang itu adalah sang suami. Namun, dia harus kecewa karena ternyata itu adalah Rian, adik iparnya."Apa yang terjadi, El? Apa Kak Reno kembali menyakitimu? Kenapa Kak Reno keluar dalam keadaan marah?" tanya Rian terlihat begiti khawatir."Kamu bicara apa, Rian? Mas Reno tidak akan mungkin menyakitiku. Jangan menduga-duga seperti itu," sahut Ellea dengan suara yang begitu kecil karena menahan rasa sakit di tubuh dan juga hatinya."Benarkah itu, El? Apa kamu tidak sedang berbohong padaku?" tanya Rian dengan tatapan penuh selidik.Jujur saja Rian tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Apalagi kemarahan kakaknya saat keluar tadi, ditambah dengan kesedihan Ellea saat ini jelas menggambarkan ada sesuatu yang tidak beres terjadi."Aku tidak apa-apa, Rian. Aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu pulang! Aku tidak ingin Mas Reno salah paham," usir Ellea benar-benar t
"Biaya rumah sakit? Bukannya Kak Reno sudah membayar biaya rumah sakit, El?" tanya Rian kaget dengan perkataan Ellea.Ellea langsung menggelengkan kepala, menolak perkataan Rian. "Enggak, Rian. Mas Reno belum membayar biaya rumah sakit. Barusan aku sudah tanya sama suster dan katanya memang biaya rumah sakit belum dibayarkan," jawab Ellea apa adanya."Kurang ajar!" Rian langsung meninjau tembok di depannya untuk menyalurkan kekesalan pada apa yang dilakukan oleh kakaknya.Tentu itu membuat Ellea kaget karena selama ini Rian tidak pernah berbuat kasar. Tapi sekarang, entah apa yang terjadi? Rian begitu marah hanya karena Ellea ingin meminjam uang. Mungkin lelaki itu tidak mau meminjamkan uang pada Ellea atau memang Rian pun tidak sempat membawa uang tadi. Entahlah! Ellea pun tidak tahu."Rian, kalau kamu tidak punya uang, tidak apa-apa. Semoga saja besok Mas Reno ke sini lagi kalau pekerjaannya sudah selesai. Kamu tidak usah marah-marah," ucap Ellea tak ingin Rian marah-marah apalagi
Mendengar perkataan Rian, tentu saja membuat Ellea cukup gelagapan. Namun sebisa mungkin Ellea tetap menguasai diri. Jangan sampai adik iparnya itu tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangganya."Enggak ada, Rian! Kamu jangan asal menebak. Mana mungkin Mas Reno meminta aku pulang cepat sementara keadaanku belum benar-benar pulih. Ini semua murni karena keinginanku. Bukan karena paksaan dari siapa pun," sangkal Ellea tak ingin kalau Rian mencurigai suaminya.Rian hanya diam saja dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jelas jika lelaki itu tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Namun sebisa mungkin Rian diam saja karena tak ingin membuat Ellea tak nyaman."Hem, baiklah. Kalau kamu memang ingin pulang, ayo kita pulang!" ajak Rian tak ingin banyak berdebat. Terlebih Ellea yang masih dalam keadaan lemah harus segera istirahat."Ah tidak usah, Rian. Kamu tidak perlu mengantarku. Emm, kalau boleh aku pinjam saja uang untuk ongkos taksi. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman ap