Share

Bab 5

Ceklek!

Suara pintu yang kembali dibuka membuat Ellea langsung mengalihkan pandangan. Ada setitik harapan di hatinya kalau yang datang itu adalah sang suami. Namun, dia harus kecewa karena ternyata itu adalah Rian, adik iparnya.

"Apa yang terjadi, El? Apa Kak Reno kembali menyakitimu? Kenapa Kak Reno keluar dalam keadaan marah?" tanya Rian terlihat begiti khawatir.

"Kamu bicara apa, Rian? Mas Reno tidak akan mungkin menyakitiku. Jangan menduga-duga seperti itu," sahut Ellea dengan suara yang begitu kecil karena menahan rasa sakit di tubuh dan juga hatinya.

"Benarkah itu, El? Apa kamu tidak sedang berbohong padaku?" tanya Rian dengan tatapan penuh selidik.

Jujur saja Rian tak percaya dengan apa yang Ellea katakan. Apalagi kemarahan kakaknya saat keluar tadi, ditambah dengan kesedihan Ellea saat ini jelas menggambarkan ada sesuatu yang tidak beres terjadi.

"Aku tidak apa-apa, Rian. Aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu pulang! Aku tidak ingin Mas Reno salah paham," usir Ellea benar-benar tak ingin kalau sampai Reno melihat keberadaan Rian di sana. Itu akan membuat kemarahan Reno semakin menjadi-jadi.

"Tapi Ellea, aku …."

"Pergilah, Rain! Aku ingin istirahat," usir Ellea lagi. Wanita itu bahkan memalingkan wajah, enggan bersitatap dengan Rian.

Rian yang mengerti Ellea tak ingin di ganggu memilih mengalah dan segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari sana.

"Aku ada di luar kalau kamu membutuhkan aku, El. Aku tidak akan pergi sebelum Kak Reno kembali," ucap Rian sebelum benar-benar keluar.

Ellea hanya diam seribu bahasa. Reno tak mungkin kembali lagi ke sana karena tadi pun Reno menyuruh Ellea pulang sendiri. Mungkin sekarang lelaki itu kembali melakukan hal yang begitu digemarinya. Apalagi jika bukan berpesta dan juga bermain wanita.

"Huft, sebaiknya aku harus segera pulang. Aku takut kalau Mas Reno semakin marah. Apalagi di sini ada Rian. Pasti Mas Reno akan kembali salah paham kalau aku tidak cepat-cepat pergi dari sini," gumam Ellea benar-benar takut kalau suaminya akan kembali salah paham.

Namun, baru saja Ellea akan melepaskan jarum infus di tangannya, dia kembali termenung. Kalau Reno sudah pulang lalu siapa yang akan membayar tagihan rumah sakit? Apa tadi lelaki itu sudah membayarnya, atau justru Ellea yang harus melakukan itu?

Sukur-sukur kalau Reno memang sudah membayar tapi bagaimana jika belum? Ellea tidak punya uang sedikitpun saat ini. Apalagi mengingat tadi dirinya di bawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri. 

"Sebaiknya aku tanya saja dulu pada suster. Aku harap Mas Reno sudah membayarnya," gumam Ellea segera menekan tombol yang ada di atas kepala ranjang untuk memanggil suster. 

Hati Ellea benar-benar dirundung kegelisahan. Takut dia tak bisa keluar dari rumah sakit sekarang sedangkan Reno sudah mewanti-wanti dirinya untuk pulang.

Ceklek.

"Ada apa, Nyonya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya suster yang baru saja datang menghampiri Ellea.

"Em, Suster, kalau boleh saya tahu apa biaya rumah sakit sudah dibayarkan oleh suami saya?" tanya Ellea begitu hati-hati. Takut kalau suster nanti malah berpikiran macam-macam padanya.

"Emm, saya kurang tahu, Nyonya. Tapi sebentar biar saya tanyakan dulu pada teman saya yang bertugas di bagian administrasi. Atas nama Nyonya Ellea Adisty, ya?" tanya suster memastikan.

"Iya, Sus," sahut Ellea sembari menganggukan kepala.

Ellea hanya berharap semoga saja tagihan rumah sakit sudah dibayar oleh Reno agar Ellea bisa pulang sekarang. 

Akan tetapi kalau belum, Ellea bingung harus seperti apa. Tak mungkin dia memilih pulang besok mengingat itu akan memicu amarah Reno kembali meledak.

"Maaf, Nyonya, menurut teman saya pasien atas nama Nyonya Ellea Adisty belum melakukan pembayaran. Apa mau dibayar sekarang atau besok pagi saja, Nyonya?" tanya Suster itu lagi.

"Em, biar saya bilang dulu ke suami, Sus. Mungkin suami saya lupa karena panik tadi," jawab Ellea.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit, Nyonya. Nanti kalau ada apa-apa bisa beritahu kami," ucap Suster itu  sembari beranjak meninggalkan Ellea sendirian.

Ellea kembali termenung memikirkan semuanya. Reno benar-benar keterlaluan hingga meninggalkan Ellea di rumah sakit tanpa melakukan pembayaran dulu. 

Bagaimana Ellea bisa pulang sesuai keinginan Reno jika biaya rumah sakit saja belum dibayarkan. Masih untung tadi Ellea segera ditangani meskipun belum melakukan pembayaran. Tapi kalau pulang, tak mungkin pihak rumah sakit akan mengizinkan Ellea pergi begitu saja.

"Astaga aku harus bagaimana! Aku tidak mungkin kabur dari sini agar bisa segera pulang. Mas Reno benar-benar keterlaluan," kesal Ellea sembari menghembuskan nafas kasar.

Ingin menghubungi suaminya pun Ellea tidak bisa.  Ponselnya ketinggalan di rumah dan dia memang tidak membawa apa-apa ke rumah sakit.

Bagaimana bisa Ellea akan membawa sesuatu jika dia saja dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Rian? Apa aku harus meminta bantuan pada Rian? Aku tidak mau terus di sini karena pasti Mas Reno akan semakin menjadi," gumam Ellea benar-benar bingung saat ini.

Hanya Rian yang bisa membantu Ellea saat ini, berhubung lelaki itu mengatakan tidak akan kemana-mana sebelum Reno kembali. Pastilah sekarang Rian masih ada di luar. Ellea cukup berjalan sebentar untuk menemuinya saja.

"Ya, aku tak punya pilihan. Aku harus meminta bantuan pada Rian."

Tak ingin membuang waktu, Ellea segera beringsut turun dari ranjang. Rasa pusing di kepalanya benar-benar luar biasa. Namun, Ellea harus kuat. Dia tidak boleh lemah Apalagi hanya untuk berjalan beberapa langkah saja.

Ellea segera menggapai infusan yang tergantung di sebelahnya lalu berjalan sempoyongan keluar dari kamar. Semoga saja memang Rian belum pergi kemanapun dan mau meminjamkan uang padanya.

Begitu sampai di luar, Ellea langsung menghela nafas lega begitu melihat Rian yang masih duduk di kursi tunggu. Lelaki  itu tampak fokus pada ponsel di tangannya

Perlahan Ellea berjalan mendekati Rian. Itu membuat Rian yang sedang fokus tampak terganggu hingga langsung mendongak menatap Ellea.

"Kamu kenapa keluar? Apa kamu butuh sesuatu? Kenapa tidak memanggilku saja?" tanya Rian terlihat begitu khawatir.

"Aku takut kamu tidak mendengar kalau aku panggil jadi aku ke sini. Maaf sudah membuatmu tidak nyaman," ucap Ellea sembari menundukan wajah.

"Bukan begitu, El, tapi sekarang kamu masih sangat lemah. Bahkan infusanmu saja belum habis, El. Kamu malah sudah jalan-jalan," decak Rian gelang-gelang kepala. "Ya sudah, sini duduk!" titah Rian sembari membantu Ellea duduk di kursi 

"Terima kasih," ucap Ellea dan dijawab anggukan kepala oleh Rian.

"Sekarang katakan kamu membutuhkan apa, El?" tanya Rian menatap lekat manik mata Ellea.

"Em, apa boleh aku pinjam uang, Rian?" tanya Ellea takut-takut.

"Uang? Uang untuk apa? Apa kamu ingin membeli makanan? Biar aku belikan kalau begitu, El. Kamu enggak usah pinjam segala," ujar Rian tak suka mendengar Ellea ingin meminjam uang padanya.

"Bu-bukan begitu, Rian. Aku tidak sedang ingin makan. Aku butuh uang itu untuk membayar biaya rumah sakit."

Deg.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status