Share

Bab 4

Reno kembali menatap geram pada adiknya. Kemarahan lelaki itu terlihat begitu jelas saat ini. Bagaimana bisa Rian malah mengaku-ngaku sebagai suami Ellea padahal jelas Reno lah suami dari wanita itu.

Rian yang menyadari kesalahannya, langsung garuk-garuk kepala. Jelas dia tidak ingin membuat kakaknya salah paham dan membuat Ellea semakin tersiksa nantinya.

"Maaf, Dokter, saya adik ipar Ellea dan ini suaminya—Kak Reno—kakak saya," ralat Rian benar-benar tak ingin membuat Ellea semakin kesusahan karena dirinya.

"Ya, dokter, saya suaminya. Katakan apa yang terjadi pada istri saya?" tanya Reno memilih mengabaikan kekesalannya pada Rian sekarang karena dia ingin tahu keadaan istrinya saat ini.

Dokter langsung mengalihkan pandangannya ke arah Reno dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang terjadi hingga membuat dokter menatap Reno seperti itu.

"Apa Anda yakin kalau istri Anda tersandung dan bukannya mendapatkan KDRT?" tanya dokter itu setengah menuduh Reno.

"Apa yang dokter maksud dengan bertanya seperti itu? Apa dokter berusaha membuat saya terlihat sudah melakukan hal tidak baik pada istri saya padahal dia terluka memang karena terjatuh, hah!" bentak Reno benar-benar kesal pada dokter yang menuduhnya seperti itu.

Meskipun kenyataannya memang Reno melakukan kejahatan yang dituduhkan sang dokter padanya. Tapi tentu Reno tak ingin dipermalukan dengan dokter yang mengatakan hal itu secara terang-terangan.

"Saya bukan menuduh, Tuan, saya hanya bertanya saja. Tentu saja saya bertanya seperti itu karena mendapati luka pada pasien yang merujuk pada dia yang sudah mendapatkan kekerasan. Anda tidak perlu marah kalau tidak melakukannya," ucap dokter itu begitu santai. Seolah, kemarahan Reno sama sekali tidak berpengaruh padanya.

"Sudahlah, dokter, jangan banyak basa-basi! Sekarang katakan apa yang terjadi pada istri saya?" tanya Reno tak ingin lebih lanjut membahas apa yang tidak seharusnya mereka bahas.

"Istri Anda hanya mengalami luka kecil di bagian kepalanya dan juga syok yang membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa saat. Namun sekarang pasien sudah sadar," jawab dokter apa adanya.

"Ya sudah, kalau begitu minggir! Saya ingin bertemu dengan istri saya!" kesal Reno segera menyingkirkan dokter yang menghalanginya masuk ke dalam ruangan UGD.

"Tapi, Tuan, sebaiknya Anda jangan menemui pasien sekarang. Dia butuh istirahat," ucap dokter berusaha menghentikan aksi Rian.

"Ellea itu istri saya, Dokter! Saya tahu benar mana yang baik dan mana yang tidak untuk dia! Jadi, jangan coba menghalangi saya!" tegas Reno penuh penekanan.

Setelah mengatakan itu, Reno langsung masuk ke dalam ruangan UGD tanpa peduli larangan dokter. Kekesalan di hatinya benar-benar membuncah saat ini setelah mendengar apa yang dokter itu katakan.

Pasti Ellea sudah mengadu sesuatu makanya dokter memojokkan Reno. Benar-benar keterlaluan wanita itu.

Sampai di dekat ranjang yang ditempati Ellea, terlihat wanita itu memang sudah sadar meskipun wajahnya begitu pucat. Tak lupa ada seorang perawat yang membenarkan posisi infus yang memang sudah terpasang ke tangan Ellea.

"Mas," panggil Ellea begitu lirih.

"Suster, tolong tinggalkan kami! Saya ingin berbicara dengan istri saya," ucap Reno pada suster tanpa memperdulikan panggilan istrinya.

"Baik, Tuan. Tapi tolong jangan terlalu lama berbicara dengan pasien karena pasien membutuhkan istirahat agar kondisinya bisa segera …."

"Saya akan cepat menyelesaikan urusan dengan istri saya jika kamu keluar sekarang juga!" ucap Reno begitu geram pada suster yang malah mengoceh tidak jelas.

"Maaf, Tuan, kalau begitu saya permisi dulu," pamit suster itu.

"Hem," jawab Reno acuh.

Suster itu pun segera pergi meninggalkan Reno dan juga Ellea. Sepertinya dia tidak ingin membuat Reno marah dan memancing keributan hingga akan membuat pasien lain merasa terganggu.

Sementara Reno yang melihat kepergian suster itu, langsung mengalihkan pandangannya kepada sang istri. Tatapan laki-laki itu begitu tajam seolah ingin menelan bulat-bulat Ellea.

"Ada apa, Mas? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Ellea dengan suara yang begitu lemas.

"Katakan apa yang sebenarnya kamu inginkan dengan mengadu pada dokter kalau aku sudah menyakitimu, Hem?" tanya Reno dengan gigi gemelutuk menahan kemarahan.

"Ma-maksud, Mas, apa?" tanya Ellea tergagap saking takutnya dengan kemarahan Reno.

"Sudah katakan saja yang sebenarnya, Ellea! Jangan pura-pura bodoh seperti ini!" kesal Reno karena Ellea malah terlihat seperti orang yang tidak bersalah padahal jelas-jelas wanita itu sudah membuat dokter menuduh Reno sembarangan.

"Tapi aku benar-benar tidak mengerti, Mas. Aku tidak mengatakan apa pun pada dokter," sahut Ellea meyakinkan karena memang dia tidak melakukan apa yang suaminya tuduhkan.

"Alah, jangan terus ngeles seperti itu, Ellea! Barusan dokter mengintrogasi aku dan mengatakan kalau aku sudah melakukan kekerasan padamu! Harusnya kamu itu sadar Ellea, apa yang terjadi padamu itu adalah karena ulahmu sendiri!

Harusnya kamu belajar menjadi istri yang baik, yang patuh pada suami, dan bukannya membangkang seperti saat ini! 

Kamu pikir kenapa aku memperlakukan kamu seperti sekarang, hah? Itu karena salahmu sendiri yang masih terus menyimpan nama lelaki lain dalam hatimu padahal aku adalah suamimu!

Kamu juga bahkan tidak becus melayani aku di atas ranjang sampai aku harus memberikan contoh padamu setiap hari agar kamu mengerti bagaimana caranya memuaskan suami.

Bukannya berterimakasih karena aku sudah begitu berbaik hati padamu, kamu malah mempermalukan suamimu ini di depan dokter! Benar-benar keterlaluan!" cerocos Reno meluapkan kekesalannya tanpa jeda.

Ellea hanya diam mendengarkan kemarahan suaminya. Bukan dia tidak bisa membalas apa yang lelaki itu katakan kepadanya saat ini. Hanya saja Ellea akan semakin tidak baik-baik saja jika berani melawan laki-laki itu.

"Heh, kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak punya mulut untuk bicara?" geram Reno sembari mencengkram kuat rahang Ellea.

"Ampun, Mas, aku benar-benar tidak melakukan apa yang Mas tuduhkan. Mungkin tanpa sengaja dokter melihat luka di tubuhku hingga langsung mengambil kesimpulan sendiri," ucap Ellea membela diri sembari meringis menahan sakit.

"Jadi kamu juga menyalahkan aku, hah? Kamu ingin bilang kalau aku yang salah karena sudah meninggalkan jejak luka di tubuhmu, begitu?" bentak Reno sembari menghempaskan kasar tangannya dari wajah Ellea.

Ellea berusaha sekuat tenaga menahan sakit dan juga tangis yang hampir meledak. Dia kembali menatap laki-laki di depannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Aku tidak pernah mengatakan itu, Mas. Aku hanya …."

"Sudah! Aku tidak ingin mendengar basa-basi lagi dari bibirmu itu! Pulanglah sendiri dari sini dan bayar sendiri biaya rumah sakitnya! Awas kalau besok pagi aku tidak mendapati kamu ada di rumah. Aku pastikan kamu akan menyesal untuk selamanya!" ucap Reno penuh ancaman.

Laki-laki itu langsung pergi meninggalkan Ellea sendirian tanpa sedikitpun rasa kasihan. Ellea hanya bisa menahan tangis sembari menggigit bibirnya agar isakannya tidak akan terdengar oleh orang lain.

"Tuhan kenapa harus sesakit ini saat menjalani takdir yang Kau gariskan untukku? Tolong kuatkan aku, Tuhan. Kuatkan aku menghadapi segalanya," lirih Ellea menahan segala kepedihan di hatinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eka Supriyadi
awas aj reno kalau menyesel biar tau rasa ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status