Share

Bab 6

"Biaya rumah sakit? Bukannya Kak Reno sudah membayar biaya rumah sakit, El?" tanya Rian kaget dengan perkataan Ellea.

Ellea langsung menggelengkan kepala, menolak perkataan Rian. "Enggak, Rian. Mas Reno belum membayar biaya rumah sakit. Barusan aku sudah tanya sama suster dan katanya memang biaya rumah sakit belum dibayarkan," jawab Ellea apa adanya.

"Kurang ajar!" Rian langsung meninjau tembok di depannya untuk menyalurkan kekesalan pada apa yang dilakukan oleh kakaknya.

Tentu itu membuat Ellea kaget karena selama ini Rian tidak pernah berbuat kasar. Tapi sekarang, entah apa yang terjadi? Rian begitu marah hanya karena Ellea ingin meminjam uang. Mungkin lelaki itu tidak mau meminjamkan uang pada Ellea atau memang Rian pun tidak sempat membawa uang tadi.

Entahlah! Ellea pun tidak tahu.

"Rian, kalau kamu tidak punya uang, tidak apa-apa. Semoga saja besok Mas Reno ke sini lagi kalau pekerjaannya sudah selesai. Kamu tidak usah marah-marah," ucap Ellea tak ingin Rian marah-marah apalagi ini di rumah sakit yang pastinya akan membuat kenyamanan orang lain terganggu.

Sedangkan Rian yang mendengar perkataan Ellea, langsung mendelik sebal. Alasan kemarahannya jelas bukan karena Ellea tapi karena Kakaknya yang terkesan tidak tanggung jawab dengan meninggalkan Ellea sendirian dalam keadaan belum membayar biaya rumah sakit.

"Tunggulah di dalam biar aku bayar dulu biaya rumah sakit nya," titah Rian mengabaikan perkataan Ellea.

"Memang kamu ada uang, Rian?" tanya Ellea takut kalau Rian tidak mempunyai uang.

"Kamu tenang saja, aku membawa uangnya," jawba Rian menenangkan.

Ellea pun tersenyum kecil lalu menganggukkan kepala. Wanita itu pun segera masuk ke dalam kamar dan berniat kembali memanggil suster untuk melepaskan infus yang masih tertanam di tangannya.

Bagaimanapun juga, Ellea harus pulang sekarang. Dia tidak ingin memicu pertengkaran dengan Reno lagi.

Begitu sampai di dalam, Ellea kembali memencet tombol panggilan agar suster bisa segera datang. Masalah pembayaran sudah selesai dan waktunya Ellea pulang.

"Ada apa, Nyonya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Suster yang baru saja datang.

"Tolong bantu saya melepas jarum infus, Sus. Saya tidak berani kalau asal cabut. Takutnya nanti malah keluar darah," pinta Ellea mengutarakan alasan nya memanggil suster.

"Melepas infus? Tapi itu belum habis, Nyonya. Selain itu badan Anda juga masih lemas," ucap suster itu heran dengan permintaan Ellea.

"Tidak apa-apa, Sus. Saya hanya ingin segera pulang saja. Tubuh saya sudah sehat kok. Barusan adik ipar saya juga sudah membayar biaya rumah sakit. Jadi saya rasa tidak akan ada masalah kalau saya pulang sekarang," ujar Ellea kekeh ingin pulang.

"Bukan itu maksud saya, Nyonya. Masalah biaya memang harus diselesaikan mau pasien tetap di rawat atau pun pulang. Tapi masalahnya sekarang tubuh Anda belum pulih. Setidaknya satu malam ini saja menginap dan besok baru pulang," saran Suster benar-benar takut kalau akan ada hal buruk pada Ellea..

Bukan apa-apa. Kalau sampai ada hal buruk terjadi sedangkan pasien baru saja keluar dari rumah sakit, pasti pihak rumah sakit yang akan disalahkan. Sudah banyak kasus seperti ini dan suster tidak ingin kalau sampai terjadi lagi hal yang akan mencermari tempatnya bekerja.

"Tidak apa-apa, suster. Saya sudah kuat kok. Lagipula ada adik ipar saya yang akan mengantar pulang. Saya tidak nyaman kalau harus lebih lama lagi di rumah sakit. Saya janji kalau ada apa-apa saya akan kembali lagi ke sini," ucap Ellea meyakinkan kalau dia akan kembali lagi jika memang ada hal buruk yang terjadi pada kondisinya.

Suster itu tampak menghela napas mendengar perkataan Ellea. Pasien seperti Ellea ini memang luar biasa keras kepala. Sepertinya memang tak ada pilihan lain selain menuruti keinginan pasien. Tentunya dengan perjanjian hitam di atas putih agar tidak ada tuntutan apa pun ke depannya.

"Baiklah, saya tidak punya kekuatan untuk menahan Anda lagi, Nyonya. Tapi sebelum saya mengijzinkan Anda pulang, Anda harus lebih dulu menandatangani perjanjian untuk tidak menuntut rumah sakit jika ada hal buruk yang terjadi begitu keluar dari rumah sakit," ujar suster itu tak punya pilihan.

"Baik, Sus, saya setuju," sahut Ellea tanpa ketaguan.

"Baiklah kalau begitu saya ambil dulu berkasnya," ucap suster itu dan dijawab anggukan kepala oleh Ellea

Suster itu pun segera keluar dari kamar rawat Ellea untuk mengambil surat perjanjian yang harus ditandatangani oleh wanita itu.

Ellea hanya bisa menunggu dengan tidak sabaran di tempat tidurnya. Berharap suster itu bisa segera kembali agar dia bisa pergi. Apalagi waktu yang terus bergulir membuat Ellea semakin tidak sabaran saja.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya suster itu kembali dengan membawa berkas di tangannya. Ellea pun diminta menandatangani surat perjanjian untuk tidak menuntut rumah sakit karena memaksa pulang padahal belum waktunya.

Tanpa keraguan Ellea pun melakukan apa yang dipinta suster. Ellea memang tidak peduli lagi pada dirinya karena yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya agar amarah Reno bisa reda.

Selesai menandatangani apa yang harus Ellea tandatangani, suster pun melepaskan jarum infus yang tertancap di tangan Ellea. Ellea hanya bisa meringis kesakitan sembari memejamkan mata karena tak berani melihat apa yang dilakukan oleh suster.

Setelah selesai dengan semuanya, Ellea pun segera berpamitan untuk pergi. Suster yang melihat kelakuan Ellea hanya bisa geleng-geleng kepala tanpa bisa melayangkan protes apa pun.

Begitu Ellea membuka pintu, terlihat Rian yang kembali duduk di tempat semula. Namun saat mendengar pintu terbuka, Rian mendongak hingga tatapannya bertemu dengan Ellea.

"Mau ke mana? Ini sudah hampir pagi. Sebaiknya kamu istirahat dan jangan jalan-jalan terus Ellea," titah Rian benar-benar heran dengan kelakuan Ellea yang tidak bisa diam.

"Aku mau pulang, Rian. Aku tidak suka di rumah sakit," jawab Ellea sembari menunduk tak berani menatap Rian.

"Pulang? Kenapa kamu tiba-tiba ingin pulang, Ellea? Apa kamu tidak sadar kalau sekarang keadaanmu masih sangat lemah dan membutuhkan istirahat?" tanya Rian dengan tatapan yang begitu tajam penuh kekesalan pada Ellea.

"Ta-tapi aku enggak mau di sini, Rian. Aku enggak suka," sahut Ellea semakin menunduk dalam.

"Masuk, Ellea! Kamu butuh istirahat! Bahkan infus kamu saja belum habis kenapa kamu sudah ingin pulang, hah? Apa kamu tidak menyayangi tubuhmu?" kesal Rian yang langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Ellea.

"Bukan begitu, Rian. Aku hanya tidak suka bau rumah sakit. Aku mohon jangan halangi aku dan biarkan aku pergi! Aku berjanji tidak akan menyusahkamu, Rian. Aku hanya ingin pergi dari sini dan jangan halangi aku," ucap Ellea memelas berharap Rian tak akan menghalanginya lagi.

"Kenapa kamu ingin pulang, Ellea? Apa Kak Reno yang memaksamu untuk pulang sekarang, hah?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status