Share

Ingin Kuliah Lagi

Author: Embun Manis
last update Last Updated: 2023-08-09 09:08:20

Tidak ada alasan untuk meninggalkan dapur di jam sepagi ini. Reno akan segera bangun dalam keadaan lapar dan aku harus mempersiapkan sarapan serta teh hangat untuknya.

Tawaran dari Pak Burhan tadi malam masih bergentayangan di dalam kepalaku. Sudah lama rasanya, aku ingin menebus rasa bersalah kepada kedua orang tua yang sejak aku duduk di bangku sekolah dasar selalu bangga atas prestasiku. Aku ingin sekolah lagi. Aku ingin mengukir prestasi lagi.

Masih terngiang saat Ayah bertanya kepadaku menjelang lulus SMA, “Kamu nanti mau kuliah jurusan apa?”

“Ayah maunya aku ambil jurusan apa?”

“Jurusan apa saja boleh asal kamu bisa mengikutinya dengan baik dan fokus.”

“Kayaknya aku ambil jurusan tata boga saja, ya, kan, Yah?”

“Boleh,” jawabnya saat itu.

Ibu datang menimpali, “Kuliah itu pegangannya buku, pena, kamus dan sejenisnya, bukan sendok dan panci!”

“Loh, Ibu ini kok sepele. Orang-orang pada bayar mahal ke luar negeri asal bisa belajar menjadi chef profesional. Bayangkan saja, sekali membuat masakan yang spesial, dia meraup untung jutaan rupiah bahkan ratusan juta rupian.”

“Tuh, kan, Bu. Dengar kata Ayah!” sahutku menyenggol Ayah.

“Memangnya kamu beneran mau kuliah jurusan tata boga?” tanya Ibu.

“Gak tau juga, sih, Bu. Kayaknya aku lebih memilih menikah dengan Mas Reno saja biar langsung praktek masak gak nunggu tamat kuliah,” jawabku yang kala itu mendapat respon tidak enak dari ke dua orang tuaku. Air muka Ayah tampak kecewa.

Kenangan itu masih terekam jelas di dalam ingatanku. Andai saja aku mewujudkan keinginan mereka untuk fokus menyelesaikan masa studiku dengan baik. Mungkin, saat ini aku sudah menyandang gelar sarjana salah jurusan di universitas terbaik di negeri ini.

Reno akhirnya bangun, mandi dan kini duduk rapi di meja makan.

“Kamu masak banyak sekali, Dek. Untuk siapa nasi goreng sebanyak ini?” tanya Reno mengambil piring yang sudah kusendokkan nasi goreng.

“Aku mau bawa ke rumah Rita, teman kuliah dulu. Sudah lama tidak berkunjung ke sana. Padahal, rumahnya tidak jauh dari rumah kita,” jawabku

“Kok pagi-pagi sekali ke sana?” tanya Reno penasaran.

“Iya, Mas. Sepertinya, Ibu akan sampai di rumah siang ini untuk mengantarkan Tania. Ibu masih betah di rumah Buk De Hasanah. Jadi, aku kira sempat untuk menemui Rita.”

“Sebenernya, ada perlu apa dengan Rita, hingga kamu harus menemuinya di sela waktu yang sempit?” tanya Reno menggenggam tanganku mesra.

“Aku ingin sekedar bertanya, bagaimana proses pendaftaran untuk melanjutkan kuliah sebab tahun lalu ia melanjutkan kuliah untuk gelar strata dua di Universitas Wijaksana,” jawabku ragu.

“Sudah kuduga. Kamu masih memikirkan tawaran Pak Burhan.” Reno melepas genggaman dan menatap wajahku penuh.

“Dek, Suamimu ini masih sanggup menafkahi kamu lahir batin dan tentang ini sudah pernah kita bahas. Jauh sebelum tawaran Pak Burhan ada. Kamu itu istriku, tidak baik membantah ketetapan yang sudah dibuat suami.”

“Tapi, Mas. Aku hanya ingin mengaktualisasi diri dan membuat Tania bangga di kemudian hari. Itu saja,” keluhku sedikit merengek.

“Tania akan tetap bangga padamu dalam keadaan memiliki gelar atau tidak,” tegas Reno mengangkat suara.

“Memangnya apa yang salah jika aku kuliah lagi, Mas?”

“Tidak ada yang salah sebenarnya,” jawab Reno

“Lalu?” tanyaku tidak sabar.

“Mas Cuma gak suka rumah tangga kita dikemudikan oleh dua supir. Biarlah, Mas saja yang mencari nafkah sedangkan tugas kamu di rumah melayani suami dan mangurus anak. Kamu ingatkan, kita sudah sepakat tentang ini sejak kita masih berpacaran,” jelas Reno.

Aku kesal bukan main. Tapi, Reno benar tentang kesepakatan bodoh yang dulu kujanjikan. Aku terlalu polos dengan hanya memikirkan bahwa menjadi Ratu dari Reno adalah akhir cerita indah layaknya kisah Cinderela.

Tidak perlu menjadi wanita karir karena Cinderela saja Bahagia tanpa harus berkarir, begitulah pemikiranku dahulu. Pemikiran lugu yang tidak tau jika banyak wanita buas yang siap menerkam lelaki yang sudah beristri.

Aku juga tidak tahu bahwa Pangeran Cinderela juga bisa main mata. Dan Ratu terkadang lupa, bahwanya banyak selir yag jauh lebih cantik dan lebih baik dari dirinya.

Sebuah panggilan telepon masuk. Siapa yang menelpon Reno sepagi ini. Langit saja belum lama bertukar dengan gelap shubuh. Sebuah nama terpampang di layar handphonenya. Nama Budi. Gila. Reno benar-benar sudah gila.

Apakah aku harus memberitahukan padanya bahwa aku sudah tahu bahwa pemilik kontak yang ia tulis “Budi” itu adalah “Anggi”. Kekesalan tentang larangan kuliah saja masih belum hilang. Aku masih harus kesal dengan tingkah gadis penyihir itu. Dasar tidak tahu malu.

“Ia, Budi. Apa? Harus sepagi ini bertemu urusan kantor?” Reno berdiri dan menjauh dari ruang makan. Diam-diam aku mengikuti dan mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu ruang kerja Reno di rumah.

“Hari ini aku tidak bisa ke kantor. Aku ingin menemani Istriku di rumah. Jane itu perlu dinasehati agar tidak tergoda untuk melanjutkan kuliah.” Reno terus berbicara dan sesekali terdiam mendengarkan perempuan itu berbicara.

“Iya Aku mengerti tapi…,Halo… Halo….?” Reno terdiam lalu gelagatnya seperti berusaha menelpon kembali.

“Halo. Iya sudah. Mari bertemu, tapi tidak bisa lama. di restoran yang dekat saja. Kita sarapan di sana,” Tegas Reno bergerak menuju pintu. Aku langsung mengambil Langkah seribu dan berusaha sampai di meja makan terlebih dahulu.

“Dek, Mas ketemu dengan rekan kerja dulu ya?”

“Budi?” tanyaku pura-pura

“Iya. Benar. Ada-ada saja dia harus mengganggu hari libur Bersamamu.”

“Tidak apa-apa, Mas. Aku juga tetap ingin bertemu dengan Rita.”

“Loh, kan sudah Mas bilang tidak boleh,” potongnya sejenak Kembali duduk.

“Cuma bertemu saja. Saling bertukar pikiran, kan tidak masalah. Aku bosan di rumah terus. Apa aku ikut Reno saja menjumpai Budi?” tanyaku usil.

“Oh jangan!”

“Kenapa?” Aku terus mengintainya

“Aduh, ya sudahlah, tidak apa-apa ke rumah Rita. Nanti Mas jemput.”

“Tidak usah, Mas. Aku akan pulang sendiri jika urusanku sudah selesai.”

“Ka-kamu ini! Mas sedang terburu-buru. Jadi, jangan menggunakan kesempatan ini untuk berlama-lama di luar tanpa Mas dan Tania. Ingat! Kamu ini sudah menjadi seorang istri sekaligus Ibu,” tegas Reno berhambur pergi.

‘Kamu juga seharusnya ingat, Mas. Kamu sudah menjadi Suami sekaligus Ayah’ Aku berbicara sendiri melihat bayangan Reno menghilang.

Tidak lama kemudian, aku tersadar lalu bangkit dari kursi makan. Membereskan seadanya lalu mengambil jubah coklat yang mirip mantel milikku saat masih duduk di bangku kuliah dulu. Sebuah topi hitam dan kaca mata besar. Aku berharap, wujudku tidak bisa dikenali oleh mereka berdua.

Hari ini aku resmi menjadi detektif. Kita lihat, apa-apa saja kasus yang terpecahkan di TKP.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   ENDING

    Malam hari, sambil menyandang ransel besar yang penuh terisi buku-buku hukum. Jane berjalan cepat menuju mobil meninggalkan rumah ibunya yang sudah sepi karena semua penghuni sudah tertidur pulas. Belum sampai ke mobil, sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah Ibu Jane. Itu adalah mobil milik Haikal. Jane tertegun menurunkan tas ranselnya karena terlalu berat jika terus-terusan dipikul. Haikal keluar dari mobil dengan senyuman, lalu mendekati Jane.“Kamu mau ke mana, Jane?”“Ke rumah teman, dia berprofesi sebagai pengacara. Jadi, aku mau tanya banyak hal ke padanya.”“Tengah malam begini?”Jane terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sebab, mulanya ia ingin ke rumah Haikal untuk memastikan secara langsung tentang sejauh mana kasus ayahnya kini bergulir. Haikal lantas mengangkat tas ransel milik Jane, lalu menggiringnya masuk ke dalam rumah.“Ibu sudah tidur?”“Iya, sudah. Oh, iya. Mau aku buatkan teh atau kopi?” tanya Jane.“Kopi saja, Jane.”“Baiklah kalau begitu. Sebentar ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Strategi Jebakan

    Jane menutup buku yang sedari tadi ia baca. Ia mempelajari pasal-pasal kuhp yang diarahkan Haikal untuk ia pelajari. Masalah hutang ayahnya sudah lunas secara tuntas kepada pihak-pihak rentenir dengan menggunakan sebagian uang claim asuransi perusahaan. Dimana salah satu rentenir tersebut adalah Sania yakni Ibu mertuanya sendiri.Jane telah berbicara secara serius dengan ayahnya tentang konsekuensi strategi yang akan mereka tempuh setelah ini. Ayah Jane menyatakan ia siap untuk semuanya asal ia bisa kembali menyandang nama asli, lalu bisa bertatap muka dan berbicara langsung dengan Istri dan anaknya. Mendengar itu Jane terharu meski awalnya ia ragu. Sedangkan masalah ganti rugi yang pasti juga akan menjadi masalah sudah diantisipasi oleh Haikal.Sejak awal, Ayah Jane memberikan sejumlah saham dan uang kepada Haikal untuk dikembangkan demi hari ini. Hari dimana Ayahnya Jane akan mengakui kesalahannya di mata hukum atas pemalsuan kematian serta membayar ganti rugi atas uang asuransi ya

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kembalinya Haikal

    lBerminggu-minggu sudah terlewati menjadi istri yang memiliki madu. Jane tidak merasa semakin bahagia dan tidak pula merasa rumah tangganya semakin sakinah. Reno tidak bisa membagi waktu secara adil dan Anggi terlalu possesif kepada Reno.“Pokoknya, Jane tidak boleh hamil sebelum aku berhasil hamil dan melahirkan anak!” tegas Anggi di depan Jane dan Reno di sebuah kantin kampus, tempat Jane kuliah. Reno mengunjungi Jane untuk memberikan paket makanan untuk Tania. Tidak lama kemudian, tanpa diundang, Anggi hadir dan langsung bergabung di meja yang sama dengan mereka. Pada awalnya, Anggi hanya diam, tetapi melihat Jane dan Reno mulai bercanda gurau. Anggi menjadi cemburu dan membahas hal yang tidak nyambung dengan maksud pertemuan itu.“Waduh, tapi bagaimana ya? Aku sepertinya sedang hamil anak kedua.” Jane menjawab usil.“Kalau begitu gugurkan!” tegas Anggi.“Kamu sudah gila yaa, Nggi. Kamu tidak berhak mengatur hidup Jane,” bentak Reno.“Terima kasih untuk paketnya, Mas. Aku masuk

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Sup Iga Asin

    BAB 34Sup IGA Asin Untuk AnggiLama Reno termenung selepas ia mendirikan shalat shubuh hari ini. Ia sengaja mengunci kamar dari dalam agar Anggi tidak tidur dengannya malam tadi. Namun, di balik rasa kecewa terhadap perbuatan Anggi kepada putri yang amat ia sayangi, Reno juga kasihan dengan Anggi.Ia tahu bahwa Anggi tidak berniat untuk melukai Tania. Ia hanya mempermudah cara menjaga Tania dengan cara yang amat salah. Sejak kecil Anggi dibesarkan dengan gelimang harta dan kemewahan. Termasuk, dengan penjaga, pelayan dan pembantu di dalam hidupnya. Pastilah sulit untuk menerima tanggung jawab menjadi Ibu sambung dan harus menyisihkan waktu untuk bertugas menjaga anak tirinya.Meski begitu, ia belum tampak lunak terhadap Anggi karena rasa bersalah yang besar kepada Jane. Ia malu karena takut pada akhirnya ucapan Jane benar yakni tidak mungkin ada yang bisa menggantikan posisinya menjadi Ibu Tania.Reno bingung dan belum bisa berpikir jernih untuk hal yang harus diperbuat setelah ini.

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Pujian Sania Untuk Jane

    BAB 33“Aku bisa jelaskan, Mas!” Kini Anggi mulai menangis dengan raut muka ketakutan.“Sebaiknya kamu diam!” ujar Reno membantu Jane membuka rantai.“Dasar wanita tidak berperasaan! Jangan mentang-mentang Tania bukan anakmu, kamu bisa berbuat seperti ini!” bentak Sania.Jane hanya menangis dan segera menggendong putri kesayangannya. Tidak lama kemudian, ia mengemasi barang-barangnya dengan tetap menggendong Tania. Reno bertanya ia sedang melakukan apa? Jane menjawab bahwa ia akan pulang ke rumah Ibunya.Jane dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak terima dengan perbuatan Anggi kepada anaknya dan tidak pernah lagi bisa percaya kepada Anggi untuk menjaga anaknya. Reno berusaha menenangkan dan berkata ia bisa menegur Anggi, tetapi Jane tidak boleh pergi. Reno menjamin bahwa semua akan baik-baik saja. Jane kemudian berteriak.“Cukup, Mas! Cukup!” geram Jane.“Jane….” Reno panik.“Aku tidak mau lagi tinggal di sini!” ujar Jane sangat yakin.“Tapi….” Reno masih berusaha menahan Jane.“Tapi,

  • GODAAN CANTIKNYA PELAKOR   Kaki Anakku Dirantai

    “Sayang!”“Biasa saja memanggilku, Mas. Aku merinding mendengarnya!” keluh Jane.“Kapan kamu pindah ke rumah baru kita?”“Kamu mau aku satu atap dengan kalian, Mas? Kamu sudah gila ya?”“Tidak. Aku hanya memikirkan kebaikanmu. Aku sudah berbicara pada Mama tentang impianmu untuk pendidikan. Mama siap membantumu mewujudkan impianmu sebab kini sudah ada Anggi yang akan membantu mengurusku.”Di dalam benak Jane ia menyesalkan sifat suaminya yang sedikit-sedikit harus lapor Ibunya seolah tidak punya pendirian. Tapi sejenak Jane berpikir tentang tawaran yang diberikan oleh Reno. Melanjutkan pendidikan memang merupakan hal yang ia inginkan ditambah lagi keadaan baru ini sedikit membuatnya merasa rumit dan aneh. Mungkin, ia bisa mencoba dunia baru untuk sejenak lepas dari sebuah kenyataan yang ia anggap beban.“Maksud kamu, aku bisa kuliah lagi, Mas?”“Iya. Tentu saja!”“Lalu, bagaimana dengan Tania?”“Biar Anggi yang mengurusnya.”“Kamu percaya dengan Anggi?”“Tentu saja aku percaya. Dia ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status