Mata Surti merem melek menerima layanan premium di salon mewah dan mahal yang menjadi pilihan Haifa saat ini. Bukan hanya tempatnya bagus dan nyaman tapi juga pelayanannya yang sangat memuaskan.Cukup lama Haifa dan Surti menikmati paket lengkap perawatan di salon itu, mulai dari ujung kuku sampai ujung rambut.Surti perlahan bangkit, wajahnya terlihat cerah dengan mata berbinar. Rangkaian perawatan lengkap yang dipilih Haifa telah selesai. Terlihat Surti menghela nafas dengan lega saat gadis tomboy itu merasakan seluruh tubuhnya ringan dan kulit menjadi kinclong.Diliriknya Haifa yang juga terlihat pangling. Bukan hanya rambutnya yang tampak indah , tapi juga wajah dan tubuh terlihat bersih dan lembut.Untuk pertama kalinya Surti memperhatikan wajah Haifa, selama ini mer
Ternyata antara benci dan cinta hanya dipisahkan oleh sehelai benang yang sangat halusJuga antara muak dan memuja hanya berbatas selembar kertas yang sangat tipis dan tak berjarak.Tak salah jika ada pepatah yang mengatakan, jangan terlalu benci dan jangan terlalu memuja, karena saat benci berubah cinta atau sebaliknya, tak seorang pun sanggup menolaknya.Yuda tersengal, jantungnya mendadak melompat-lompat tak berirama. Belum pernah dia melihat perempuan sesempurna sosok yang tengah memandangnya dengan tatapan memuja.Tatapan yang bukanhanya mampu membuat jiwa laki-lakinya bangkit, tapi juga sekaligus meruntuhkannya dalam pesona yang memabukkan."Ha-haifa?" Yudha masih tak percaya jika yang tengah menatapnya adalah Haifa. Istri cu
Yudha mengurut keningnya yang terasa berdenyut tidak karuan. Enggan melirik jam dinding yang menempel di atas kepala tempat tidurnya, pukul setengah lima kurang sedikit. Tidur hanya sebentar saja, itupun mimpinya aneh-aneh.Semalam dia hampir blas gak bisa tidur, gegara fikirannya terus traveling ke kamar sebelah. Beruntung menjelang dini hari, Yudha baru bisa terlelap. Pantas kepalanya terasa kliyengan. Semalaman pikirannya terus mengembara ke dalam kamar dimana Haifa tidur dengan memakai baju yang sangat irit bahan.[Yudha, aku ingatkan untuk berhati-hati dengan istri kampungan mu. Sepertinya dia sudah edan.] Pesan Meri siang tadi dan baru dibuka semalam, sangat misterius.[Apa maksudmu.][ Bukan hanya sudah gila, dia sangat membahayakan.]Yudha
Tahukah engkau, apa hal yang paling menyakitkan dari pada membangun tembok tinggi, merendahkan, menghina dan menolak hubungan dengan seorang wanita yang ternyata bukan hanya baik, cantik tapi juga sangat menggemaskan.Entah berapa kali aku menelan ludah melihat ke arah jendela, dimana ada seorang bidadari yang bukan hanya telah melayaniku dengan sempurna selama ini, tapi juga hampir membuat jantungku melonpat dan berhenti berdenyut, tersenyum tenang ke arah wanita yang dengan buas menggamparku. Sekar.Jika Haifa diam melihatku berpaling kepada wanita lain. Jika Haifa hanya menelan sakit hatinya sendirian, jika Haifa hanya mengadukan lara dan lukanya kepada Allah, Sekar sangat emosional dan reaktif.Seperti saat ini, dia menarikku dengan paksa ke luar. Sekar juga memukul dan mencakarku dengan ganas, membuat bilur ditangan dan dileherku yang menyisakan
"Fa, tidak adakah kesempatan kedua untukku?Aku sadar, hanyalah pria durjana yang sekian lama telah menyia-nyiakanmu. Aku pria lemah yang dengan mudah diperdaya oleh cinta semu seorang Sekar." Aku tersendat.Aku tahu Haifa sakit dan dosaku tak terukur kepadanya, tapi setidaknya di ujung waktu yang tersisa, aku ingin mengatakan yang sesungguhnya, jika sekarang dadaku selalu berdebar jika mengingatnya.Haifa, dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk membiarkanmu tak tersentuh, maafkan.Maafkan jika aku terlambat menyadari rasa cintaku padamu. Maafkan jika aku baru mengerti bahwa kau begitu luar biasa.Maafkan aku, pria tolol yang memuja sampah dan melupakan permata. Dadaku berdebar bukan main, saat Haifa perlahan beringsut menjauhiku.Berulangkali mataku
Yudha tertegun di ruangan kerjanya. Hatinya benar-benar resah. Wajah tampannya terlihat kusut karena Sudah dua hari ini kurang tidur. Berkali mengurut kening yang terasa nyut-nyutan tidak karuan.Entah sudah berapa kali pria itu menghela napas. Meski otaknya meyakini Haifa baik-baik saja, tapi hatinya tidak lah demikian.Secara logika Yudha percaya Haifa sudah dewasa untuk bertahan dan tetap selamat, tapi jiwanya tidak sanggup membayangkan perempuan yang jarang ke luar rumah itu, berjalan sendirian tanpa tujuan dan tanpa uang.Hatinya tak rela jika wanitayang pesona dan ketulusannya mulai menghiasi hati dan mimpinya terdampar di tempat yang tidak seharusnya.Haifa sudah tidak memiliki orang tua, meski masih memiliki beberapa orang kerabat dan beberapa teman.Yudha tahu karena beberapa kali pernah mengantar Haifa menemui mereka, itu pun atas de
Grup WA 17Terlihat Sekar memegang dadanya, sejenak terhuyung dan menahan sesak yang tiba-tiba terasa menindih jiwanya. Matanya memandang murka ke arah pria yang baru saja memutus cintanya sebelah pihakEnak saja. Aku bukan wanita lemah yang bisa seenaknya kau lepeh sesuka hati. Aku tidak biasa ditolak, dihina dan dicampakkan."Kau memutuskan cinta dan harapanku, Mas?" Ulang Sekar yang dijawab Yudha dengan anggukan kecil tapi yakin."Kita selesaikan hubungan diantara kita. Aku muak.""Tidak bisa."Sekar menggeleng. Bagaimana mungkin dia bisa melepas pria yang selama ini memanjakannya dengan limpahan materi dan perhatian."Kenapa tidak bisa? Dulu kau yang merayuku untuk menjadi kekasihmu, tapi kini aku yang memutuskan, kalau ikatan diantara kita bukan hanya tidak halal tapi tidak seharusnya.""Kau bi
Rio memperhatikan wajah Boss nya yang terlihat sangat emosional. Hal yang begitu jarang didapatkan. Selama ini Yudha di mata Rio adalah pria tegas, realistis dan dingin.Bahkan Rio baru tahu wajah istri bossnya lewat foto yang dikirim kepadanya agar dia bisa melacak keberadaannya. Selama ini, Yudha tidak pernah berbicara personal, tertutup dan sangat berwibawa. Satu -satunya perempuan yang pernah Rio temui bersama Yudha adalah Sekar, seorang model dan selebgram ternama di kotanya."Rio, tapi dia baik-baik saja?" tanya Yudha masih diliputi kekhawatiran, mengangkat wajahnya setelah sekian lama terpaku pada potret perempuan berhijab krem yang sedang tersenyum bersama seorang temannya, Yudha sejenak menggerakkan genggaman tangan yang memegang ponsel yang mendadak terasa kaku."Saya lihat baik-baik saja, Pak.""Syukurlah."