Share

Rasa Yang Hilang

Author: Hielmy Muthia
last update Last Updated: 2022-01-18 17:11:34

 

 

Angin senja menerbangkan sisa   kemilau perak berganti dengan semburat kuning di ujung langit.

 

Haifa kembali membetulkan letak hijabnya yang meriap di terpa angin. Hari hampir magrib. Entah mengapa Haifa tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya.

 

Kalaupun saat ini dia berdiri di depan teras rumahnya yang sepi, dia tidak ingin menunggu siapapun. 

 

Semenjak Yudha pergi tadi pagi, tak sekalipun dia melihat gawai untuk mencari kabar suaminya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan selama ini, menunggu Yudha kembali dari tempat kerja, menanti kehadirannya dengan penuh rindu dan menyambut sosok imamnya dengan penuh cinta.

 

Duh, kemana larinya semua rasa itu? Kemana perginya segenap penantian  yang selama ini menemani hari-harinya? Rasa sayang dan cinta itu tidak hilang, hanya saja Haifa sadar, mungkin rasa itu tidak lagi pantas dia miliki.

 

Haifa mengerjap. Menghalau sinar senja yang melimpahi penglihatannya dan membuatnya silau. Gegas, berlalu ke dalam rumah setelah menyiram aneka bunga yang tumbuh dalam pot yang  berbaris di teras rumahnya dengan air yang dibawanya di dalam ember. 

 

Haifa menutup pintu dan bersiap mengambil wudlu, Maghrib sebentar lagi berkumandang,saat suara notifikasi pesan terdengar di gawai yang terletak tak jauh darinya, membuat Haifa menghentikan langkah menuju kamar mandi.

 

[Fa....]

 

Haifa tertegun, menatap pesan suaminya.

 

[Sedang apa?] Haifa mengerjap. Tumben Yudha berbasa-basi.

 

[Baik-baik, ya. Mas, besok pagi pulang.]

 

Belum dibalas,Yudha mengirimkan kembali pesan. Haifa menghela napas, tak ada sedikitpun semburat bahagia di hatinya mendapati pesan manis seperti itu. Ah, harusnya aku bahagia. Bukankah jika Yudha melakukan hal seperti ini luar biasa? Bukankah aku selalu merindukan hal seperti ini?

 

Kalau selama ini dia begitu terbuai dan meleleh dengan sedikit saja sikap manis palsu suaminya, tidak dengan saat ini. Bahkan Haifa tidak tertarik membaca pesan berikutnya yang dikirim Yudha dan memilih meletakkan gawainya begitu saja.

 

Drrrt.

 

Yudha memanggilnya. Sepertinya dia penasaran dengan pesan yang tidak terbalas.

 

"Assalamualaikum." Haifa mengangkat gawai dan menjawab panggilan Yudha dengan segan.

 

"Kenapa tidak membalas pesanku?" terdengar tanya Yudha di seberang.

 

"Aku mau wudhu. Di sini sudah mau Maghrib," jawab Haifa dingin. Wajah  lembutnya tampak sedikit memerah, suara deru mobil Yudha terdengar samar berbaur dengan celoteh seorang perempuan yang terdengar manja. 

 

Haifa tersenyum kecut. Dirinya tahu kemana dan dengan siapa Yudha pergi. Perempuan bernama Sekar itu pasti sedang bergelayut manja di lengan suaminya. Sekar, entah keberapa kali tiap Haifa menyebut nama itu selalu ada yang berdenyut di hatinya.

 

Sekar, perempuan lain di hati suaminya. Perempuan yang diperkenalkan Meri dan Shila beberapa waktu yang lalu. Bodohnya Haifa tidak menduga kalau Yudha berselingkuh dengan perempuan luknut itu. Bodohnya selama ini, dia juga tertipu dengan senyum Meri dan Shila.

 

Haifa menelan ludah, akankah mereka tengah saling berpelukan? Haifa merasakan dadanya panas.

 

Ish, tidak mungkin mereka berpelukan di jalan. Deru mobil Yudha masih terdengar jelas.

 

"Aku pamit dulu ya,Mas. Mau wudhu."

 

"Baiklah, bagaimana dengan Ibu?" 

 

"Aku akan menengoknya habis Maghrib."

 

"Hati-hati di jalan. Minta Mang Salim mengantarmu." Yudha menyebut nama supir kantor yang letak rumahnya tidak begitu jauh untuk menemani Haifa ke rumah Ibu yang jaraknya lumayan.

 

"Aku naik motor saja, Mas."

 

"Tidak, diantar Mang Salim. Aku yang akan menghubunginya."

 

What?  Haifa menyipitkan mata indahnya.

 

Sejak kapan pria di depannya perduli? Bukankah selama dia rutin menengok Ibu, selalu tak perduli denan apa Haifa  pergi ke rumah Ibunya? 

 

Haifa menelan ludah. Sakit sekali menyadari kalau Yudha melakukan segala kebaikan ini hanya untuk menutupi penghianatan belaka, hanya agar dia tidak berbicara banyak hal pada Ibu. Memuakkan.

 

"Fa."

 

"Kalau kau ke rumah, Ibu. Tutup mulutmu."

 

"Apa?" tanya Haifa bergetar, ini maksud segala sikapmu yang mendadak manis? Menyakitkan.

 

"Kamu gak usah bicara macam-macam tentang aku dan grup W* itu."

 

"Hmmm."

 

Haifa tersenyum pahit 

 

"Jangan hawatir, aku tidak akan mengadukan kelakuan bajingan seperti dirimu di saat Ibu sakit. Aku cukup punya nurani untuk tetap menjaga perasaan Ibumu sampai saatnya tiba."

 

"Apa maksudmu?"

 

Haifa sejenak terdiam. Entahlah, dia hanya merasa sangat muak saat ini.

 

"Aku solat dulu, Mas. Aku hanya ingin mengatakan, aku tahu kau bersama siapa saat ini. Aku hanya ingin mengatakan nikmati malam penuh dosamu bersama perempuan Jalang itu. Satu hal...apapun tentang kita, kini sudah selesai."

 

"Haifa..."

 

"Haifa .."

 

Haifa hanya menghela napas. Menutup panggilan  gawainya dengan perasaan datar.

 

***

 

"Astaghfirullah." Suara dzikir Haifa terdengar lirih.  Hatinya terasa teriris, meski ada rasa ikhlas saat menyadari Yudha tak pernah mencintainya, tapi menyadari pria yang teramat dicintainya itu tengah bersama wanita lain kini, tak urung air mata Haifa kembali meleleh. 

 

Bagaimanapun dingin dan diamnya sikap Yudha selama pernikahan mereka, tapi tak dipungkiri kalau hanya kepada laki-laki itu Haifa menyerahkan hati dan cintanya.

 

Dua tahun bersabar dan berharap kalau akan tumbuh cinta di hati Yudha, dua tahun berharap akan hadir keajaiban dengan tumbuhnya rasa di hati pria yang mengucap ijab kabul di hadapan orang tua dan saksi dengan suara tenang dan dalam. Dua tahun sudah membuktikan, kalau harapannya sia-sia belaka.

 

Cintanya meranggas sebelum mendapat balasan. Haifa menyeka sisa air matanya.

 

Cukup sudah air matamu tertumpah, Haifa.

 

Hapus apapun rasa di hatimu, kalaupun kau masih menyisakan sedikit waktu untuk bertahan hidup dengan seorang Yudha, bukan untuk laki-laki penghianat itu.

Tapi demi seorang Ibu mertua sebaik Bu Intan.

 

Haifa mengusap tangan ke wajah, mengakhiri doanya kali ini. Meyakini bahwa Allah selalu hadir dalam sepi dan kesendiriannya.

 

Haifa bergegas bangkit, malam ini dia akan pergi ke rumah Ibu mertua. Kondisi Ibu yang tidak stabil membuatnya harus bolak-balik menemaninya 

 

Sebetulnya mantu perempuan Ibu ada dua orang lagi selain dirinya, tapi mana mau Meri dan Shila menemani Ibu. Lagaknya yang sok sibuk dan angkuh, selalu saja membuat Ibu sungkan menyuruh mereka menemani dan menjaganya di kala sakit.

 

Drrrt 

 

Pesan dari Meri.  Haifa menghela napas. Malas.

 

[Fa, ada tas branded impor. Maukan?]

 

Tak tahu malu setelah kenyang menusuk dari belakang, dengan sok suci seperti biasa meminta dirinya membeli  jualannya.

 

[Berapa?] Balas Haifa. Meski malas, tapi dia ingin tahu sampai di mana  perempuan itu gak punya rasa malu. 

 

[Satu juta enam ratus ribu saja, Fa.] Rayu Meri kembali. Haifa tersenyum kecut.

 

Meski dingin dan tidak mencintainya, Yudha tidak pelit dan royal kalau  urusan duit. Selama ini, jika Meri memintanya membeli barang apapun yang ditawarkan Haifa tak pernah menolak. Bukan karena barang yang dijual bagus, hanya karena Haifa merasa ingin memajukan usaha perempuan yang  selama ini  dia pikir adalah keluarga.

 

[Ayolah, suamimu banyak duit Fa. ] rayunya selalu.

 

[Bagaimana, Fa. Keren kan?]  Meri mengirimkan kembali  foto-foto tas, yang menurut Haifa biasa saja. Kamu pikir aku  tidak tahu,  selama ini kamu menjual barang biasa dengan harga mahal? Haifa mendengus pelan.

 

[ Maaf, Mbak Meri, kali ini  saya tidak tertarik untuk membeli.]

 

Send.

 

[ Lho, biasanya kamu selalu beli.]

 

[ Saya hanya sedang malas. Maaf, ya. Saya mau menemui Ibu dulu. ]

 

Haifa tersenyum. Menyimpan kembali gawainya dan tidak perduli rentetan pesan Meri, seperti biasa memaksanya membeli jualan on line nya.

 

Kamu salah telah menjadikanku  musuh , Meri. Bisik Haifa, membiarkan panggilan Telepon Meri menjerit-jerit, minta diangkat.

 

***

 

Haifa menghentikan langkah di teras  rumah Ibu, rupanya  Meri dan  Shila sudah menunggunya. Mereka sepertinya lebih dulu sampai karena jarak rumah mereka dengan rumah Ibu lebih dekat.

 

Terlihat wajah Meri tak bersahabat, buntut Haifa menolak membeli jualannya.

 

"Haifa, tunggu. Tumben kamu tidak membeli daganganku?"tanya  Meri ketus.

 

"Saya tidak tertarik. Maaf,saya mau menemui Ibu."

 

 Meri dan Shila saling tatap. 

 

" Sejak kapan kamu tidak mendukungku, Fa?"

 

What?

 

Haifa mengangkat wajah. Dipandangnya wajah ipar suaminya yang tidak tahu malu sama sekali itu.

 

"Sejak aku tahu kalian menusuk aku dari belakang."

 

"Apa maksudmu?" Meri membelalak.

 

Haifa mengeluarkan gawainya, menyodorkan semua screen Shoot percakapan mereka di grup W* rahasianya.

 

"Dengar Mbak, aku tahu kalau aku cuma seorang wanita kampung yang dijodohkan Ibu dengan Mas Yudha. Tapi, kamu jangan lupa, meski aku kampungan dan miskin, aku bukan segerombolan mahluk munafik yang berharap keuntungan  dari manusia yang kau tikam dari belakang. Aku mungkin tak secantik kalian, tapi aku bukan burung pemakan bangkai yang menari di atas penderitaan dan kematian saudaranya."

 

Meri dan Shila ternganga.

 

"Mbak, kalau kalian pikir aku adalah musuh kalian, siapkan tissue, jika kalian harus menangis dalam pertarungan ini."

 

"Haifa." Meri dan Shila mendelik. Tapi Haifa tak menjawab kembali, dengan tenang melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah untuk menemui Ibu.

 

"Tunggu." Haifa menghentikan langkahnya, rupanya Meri mencengkram tangannya dengan pandangan sinis.

 

"Kamu sudah tahu semuanya? Bagus, berarti kamu juga tahu apa perasaan Yudha padamu. Yudha muak padamu." Meri tertawa di iringi cemoohan Shila.

 

Jujur hati Haifa berdenyut saat mereka menyebut tentang perasaan Yudha pada dirinya. Haifa menelan ludah, tapi wajahnya datar dan tenang membuat Meri dan Shila makin terlihat geram.

 

"Kamu pecundang, Fa. Haha .." tawa Meri dan Shila terdengar membahana, mereka terus berusaha membuat Haifa hancur.

 

"Cukup."

 

Sebuah bentakan dari suara yang sangat mereka kenal membuat suasana mendadak sunyi.

 

"Yudha?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Kok nyeri hati ini acanya
goodnovel comment avatar
Ismimuji 3
gambaran manusia2 tak punya nurani
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Bagus Haifa tegas jgn mau ditindas. Lebih baik berubah penampilan jd modis lawan org yg jahat sm km, tinggalin suami pendosa&cari pengganti yg lbh baik. Biar mereka kecewa nyia²in org yg tulus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Manisnya Cinta Rio Dan Surti ( Extra Part)

    Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Akhir Cinta Terindah ( End)

    Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Karma Untuk Si Gadis Sombong

    Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Pertemuan Yang Menyakitkan

    Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Hati Yang Hampa

    Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Penyesalan Mama Mertua

    Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Awal Hidup Yang Indah

    Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Pengakuan Raka

    Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu

  • GRUP CHAT RAHASIA SUAMIKU   Awal Sebuah Kisah

    Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status