"Jadi kau memergoki suamimu sedang membawa wanita lain ke rumah kalian?"
Kedua sahabat Nabila, Moy dan Elice terkejut mendengar cerita Nabila yang luar biasa tidak masuk akal.
"Kenapa kau tidak menjambak rambutnya dan mencakar wajah wanita murahan itu!" gemas Moy mendengar cerita tenang Nabila ketika membahas penyebab dirinya menjadi janda.
"Aku pilih berpisah dari Mas Riko agar bisa hidup lebih tenang untuk membesarkan anakku."
Dari sejak mereka bertiga masih di bangku SMU memang Nabila yang paling slow meghadapi masalah.
"Dasar laki-laki sama saja!" Moy tetap tidak terima.
Moy juga bercerai dari suaminya karena suaminya berselingkuh. Moy memiliki bisnis kecantikan yang lumayan suksek dia mandiri secara finansial tapi malah diselingkuhi suaminya yang malas bekerja dan cuma bergantung hidup padanya. Parahnya suami Moy berselingkuh dengan sahabat Moy sendiri yang sudah Moy anggap seperti saudara perempuan.
Kisah perceraian Moy dan suaminya sudah tidak perlu diceritakan lagi karena pemberitaannya sempat viral di semua media. Moy yang sedang murka dengan wanita tidak tahu diri itu menghambur-hambutkan uang ratusan juta ke depan mukanya agar dipungut jika dia butuh makan dengan mengoda suami orang.
Setelah video tersebut viral, akun media sosial milik Moy dibanjiri pengikut dan dampaknya bisnis kecantikanya maju pesat. Sekarang Moy sangat sukses dan masa bodoh dengan mantan suaminya yang jadi gelandangan. Lagi pula Moy masih muda, belum punya anak dan bisa dibilang lima kali lipat lebih cantik dari wanita selingkuhan suaminya. Kulitnya glowing dan bodinya sintal. Kehidupan Moy lebih melenggang bahagia setelah berstatus janda dan jadi wanita bebas. Moy adalah contoh janda yang dikecewakan laki-laki kemudian pilih balas dendam dengan cenderung merusak image dirinya sendiri karena tidak mau dinilai kalah saing dan lemah sebagai wanita.
"Jadi sekarang suamimu menikahi peremuan itu?" tanya Moy pada Nabila yang baru melepas botol susu dari gengaman putranya yang tertidur.
"Ya, sekarang wanita itu juga sedang hamil."
"Lalu bagaimana dengan anak kalian apa dia masih bertanggung jawab?" kali ini Elice yang bertanya.
"Cuma ala kadarnya, apa lagi sejak istrinya hamil dan mereka akan memiliki anak mereka sendiri."
Setiap kali wanita yang harus menanggung anak setelah perceraian. Padahal anak seharusnya tetap menjadi tangung jawab laki-laki sepenuhnya.
"Apa kau bekerja, Nabila?" Moy bertanya dengan lemas ketika melihat kondisi Nabila dan menatap putranya yang sedang tidur di stroler.
"Aku berhenti bekerja sejak menikah dan hamil, sekarang aku masih tinggal bersama orang tuaku karena rumah juga ditempati mas Riko bersama istri barunya."
"Kenapa kau mau saja mengalah seperti itu? Jadi keenakan itu perempuan! " Moy semakin gemas.
"Aku hanya ingin hidup damai bersama putraku."
"Bagaimana menurutmu?" tanya Moy pada Elice yang dari tadi juga ikut menyimak cerita Nabila.
"Entahlah," jawab Elice cuma mengedikkan bahu karena jadi tidak tahu harus bicara apa.
Elice adalah janda yang memutuskan berpisah dari suaminya hanya karena alasan tidak ada kecocokan. Elice wanita karir yang sibuk demikian pulan dengan suaminya, mereka sering cekcok dan tidak ada yang mau mengalah. Ibarat dua alpha yang harus tinggal dalam satu kandang, akan sulit untuk disatukan karena semuanya ingin sama-sama jadi dominan. Elice dan suaminya sudah menikah selama tiga tahun tapi juga belum dikaruniai momongan mungkin itu juga salah satu pemicu perceraian mereka. Elice yang perfeksionis jadi sensitif jika membahas perkara anak-anak, dia sering merasa seperti dianggap cacat karena belum bisa memberi keturunan.
"Apa memang sudah nasip kita jadi janda seperti ini?" gerutu Moy dengan nada semakin lemas.
Mereka bertiga sudah bersahabat sejak di bangku SMU dan sekarang mereka kembali dipertemukan lagi ketika sama-sama jadi janda. Moy yang centil dan periang, Nabila yang pendiam dan selalu baik hati, Elice yang cerdas dan paling bijak. Ternyata mereka bertiga sama-sama tidak mampu mempertahankan pernikahan. Atau mungkin mereka hanya belum beruntung untuk bertemu dengan laki-laki yang tepat.
"Tapi mungkin kalian bisa ikut bergabung ke grup!" tiba-tiba Moy kembali bersemangat begitu ingat grup yang dia buat.
"Grup apaan?"Nabila yang lebih dulu merespon.
"Grup Janda dan Duda Bersatu!"
"Tungu-tungu, grup apa tadi namanya?" Elice pura-pura bertanya sambil memiringkan telinga untuk lebih sigap.
"GRUP JANDA DAN DUDA BERSATU!" ulang Moy dengan tegas.
"Apa tidak ada lagi nama yang lebih norak dari itu?" heran Elice sampai pupil matanya hampir terbalik karena pening oleh tingkah Moy yang dari dulu tidak pernah berubah.
Nabila lebih banyak bengong selama Moy terus menjelaskan mengenai 'Grup Kumpulan Janda dan Duda' yang dia buat. Rasanya imajinasi Nabila belum sampai seekstrim itu untuk sampai ikut bergabung ke dalam grup begituan. "Tidak apa-apa kalian bisa pakai akun samaran jika malu atau takut ketahuan identitas asli kalian. Ada banyak anggota yang benar-benar bisa bertemu jodoh di grup yang sudah kukelola satu tahun ini." Moy terus membujuk kedua sahabatnya untuk mau ikut bergabung. "Tidak aku tidak mau!" Elice tetap tegas menggeleng. "Kau, Nabila?" Moy menunjuk sahabatnya yang lebih datar. Nabila juga menggeleng. "Emang kau tidak mau anakmu punya bapak lagi yang bertanggung jawab?" "Dari mana kau tahu mereka malah bukan penjahat kelamin!" tegas Elice hampir jijik. "Berkenalan lewat media sosial juga bukan melulu penjahat kelamin, sekarang semua orang mengunakan media sosial karena lebih mudah dan bisa langsung to the point tanpa basa-basi canggung." Moy menggeser tempat duduknya agar le
Elice mengantar Nabila sampai di depan rumah orang tuanya dan bantu menurunkan stroller bayi Nabila sementara anak laki-lakinya terus minta gendong tidak mau turun. "Bagaimana koindisi ibumu?" tanya Elice. "Sudah lebih baik tapi masih harus rutin menjalani terapi." "Sampaikan salamku ke padanya, aku tidak sempat mampir karena harus buru-buru, mungkin lain kali nanti aku akan main ke rumah kalian. "Ya, terimakasih." Tadi pagi sebenarnya Elice yang menjemput Nabila setelah kemarin mereka tidak sengaja kembali bertukar komentar di media sosial dan Elice baru tahu jika Nabila telah bercerai dari suaminya. Elice menjemput Nabila dan mereka membuat janji bertemu dengan Moy. Ide yang awalnya hanya untuk sekedar kembali berkumpul setelah sekian tahun sudah tidak pernah lagi nongkrong bareng. "Da-da ... ganteng ... " Elice sudah duduk kembali di dalam mobil dan hendak mulai menjalankan mobilnya ketika melambai pada putra Nabila. "Ayo da-da sama tante Elice," Nabila berbisik sambil menge
Hari Senin siang Nabila kembali nekat menelpon Riko yang seharusnya sedang berada di kantor. "Selamat siang Mas." Nabila juga membuka dengan salam untuk tetap menghormati mantan suaminya seperti dulu, karena Riko tetap ayah dari putranya. "Ya kenapa?" nada sura Riko justru terdengar agak ketus hingga rasanya Nabila igin kembali menelan kata-katanya ke tengorokan. Rico memang jadi ketus seperti itu sejak Nabila bersikeras minta bercerai dan tidak mau mendengarkan perkataanya.. "Sudah dua bulan Mas Riko tidak memberikan jatah bulanan untuk Bagas." "Apa sudah habis lagi?" "Sudah dua bulan Mas Riko tidak mengirim apa-apa." Nabila kembali mengingatkan. "Dengar Nabila, sekarang Novie juga sedang hamil kami juga memiliki banyak kebutuhan sendiri jadi jangan terlalau bergantung terus padaku!" "Ini untuk Bagas, Mas. Bukan untuk kebutuhanku!" tegas Nabila mulai ikut tersulut Emosi degan perkatan suaminya yang juga sudah mulai mirip dengan Novie. Sepertinya dua orang yang tidur bersama l
"Ini untuk Bagas, cuma lima ratus ribu, Abang belum gajian bulan ini." Togar menyerahkan lima lembar uang seratus ribuan dari dompetnya ketangan Nabila. "Jangan Bang, minggu lalu Bang Togar sudah ngasih uang buat beli susu Bagas." "Tidak apa-apa ini uang simpanan abang sendiri, Mbak Fitri tidak tahu." "Jangan Bang, sungguh nabila gak enak sama Mbak Fitri." Sebenarnya kaka ipar Nabila sudah tahu jika tiap bulan suaminya akan menyisihkan uang satu setengah juta rupiah untuk Bagas dan terimakasihnya karena Nabila bantu mengurus ibu mereka. Tapi kadang Bang Togar juga masih sering tidak tega melihat kondisi Nabila. Biasanya Nabila baru akan menemuinya diam-diam seperti ini jika sudah sangat terdesak. "Sudahlah Nabila, terima saja, Abang tahu kau sedang tidak bisa minta pada mantan suamimu." Nabila malah kembali meneteskan air mata ketika Bang Togar memaksakan uang tersebut ke dalam genggamannya. Nabila memang sangat butuh uang tapi seperti ini membuat Nabila sangat sedih dan tidak be
Riko beruntung karena ketika dia tiba kebetulan Bang Togar pas ijin pulang, jadi tinggal Nabila dan putra mereka. Padahal sudah dari tadi Bang Togar mau ngajak Riko kelahi karena sampai lewat tengah hari dia belum muncul juga."Bagaiman kondisinya?" tanya Riko yang baru tiba karena Bagas sedang tidur."Masi demam Mas." Sebenci apapun Nabila terhadap Rico nyatanya ketika sedang dalam kondisi seperti ini dia sedang sama sekali tidak sempat memikirkan kebenciannya. Nabila hanya terus mencemaskan Bagas yang demamnya sama sekali belum turun sejak kemarin."Kupikir Bagas cuma flu." Rico menempelkan punggung tangan ke dahi putranya yang masih tertidur."Mungkin Bagas rindu sama Mas Riko."Riko tidak bicara apa-apa begitu mendengar ucapan Nabila, dia hanya ikut duduk di samping ranjang untuk memperhatikan putranya. Sebenarnya tadi malam Riko juga tahu jika Nabila mengirim pesan dan menelpon beberapa kali tapi Novie juga berulang kali mengatakan jika Nabila hanya berusaha mencari-cari alasan u
Novie kembali menelepon Riko tiap hampir sepuluh menit sampai suaranya membuat telinga gatal, padahal Riko masih belum bisa menigalkan putranya yang sedang sakit. "Mas Riko lama banget, cepat bawain makanan pesanan aku. Ini lagi mual, gak bisa makan apa-apa dari pagi," rengek Novie terdengar manja untuk minta perhatian. "Ya, sebentar tunggu Bagas selesai minum obat." Nabila dan Moy ikut mendengarkan percakapan mereka karena Riko mengangkat panggilan telepon sambil menggendong Bagas untuk minum sirup penurun demam yang disuapkan Nabila. "Aku tunggu sepuluh menit lagi, jangan lama-lama sama mantan!" Novie pura-pura ngambek kemudian menutup telepon lebih dulu. Akhirnya Riko berpamitan pulang karena Novie pasti akan terus ribut, bahkan Moy yang ikut mendengarkan saja jadi jengkel. "Rasanya pingin kucekik itu leher perempuan tidak tahu diri! Sudah merebut suami orang masih juga sok-sokan paling minta dimanja kayak cuma dia aja yang pernah bunting!" gerutu Moy setelah riko pergi. "Pa
Begitu Riko pulang dan meletakkan ponselnya di atas meja, Novie segera mengambil benda tersebut dan memeriksa semua jejak percakapan suaminya. Novie kaget ketika melihat laporan pesan SMS banking transfer dana yang dikirimkan Riko ke rekening Nabila. Dada Novie langsung bergemuruh panas mengetahui Riko mengirim uang lima juta rupiah ke pada mantan istrinya. Bukan hanya masalah jumlah nominalnya yang membuat dada Novie seperti sedang direbus, tapi Novie juga sedang sangat cemburu karena menduga Riko masih suka memperhatikan mantan istrinya. Meskipun Nabila kalah muda dari Novie yang baru dua puluh tiga tahun tapi Nabila juga masih cantik, badannya Bagus, pantas untuk dicemburui. "Jadi Mas Riko ngasih uang lima juta buat mantan istri Mas?" tanya Novie begitu Riko keluar dari kamar mandi. "Itu untuk bagas." "Lima juta hanya untuk anak umur satu tahun?" sewot Novie sama sekali tidak percaya. "Mas yakin itu bukan untuk ibunya juga? Ingat Mas, dia sudah mantan istri, sudah bukan tanggun
[Boleh kita kenalan, Nabila?][Ya] balasan Nabila benar-benar singkat hingga sulit ditebak dia kurang suka atau bagaimana.[Namaku Sunan, aku sudah mendengar banyak cerita dari Moy tentangmu. Semoga aku tidak mengganggumu malam-malam begini][Tidak Mas][Terimakasih Nabila] sebuah pesan yang di belakangnya ditambah emoji senyum.Usia Nabila sudah dua puluh delapan tahu, sebelum menikah Nabila dan Riko sempat berpacaran selama dua tahun, mereka menjalani pernikahan selam tiga tahun sebelum akhirnya bercerai. Selama itu Nabila tidak pernah berpikir dirinya akan kembali terlibat obrolan chatting dengan lawan jenis yang membuatnya berdebar-debar lagi seperti ini. Padahal Sunan baru mengajaknya berkenalan dan jari Nabila hampir gemetar ketika balas mengetik pesan. Rasanya menggelikan menyadari dirinya sepanik ini hanya karena diajak berkenalan oleh seorang laki-laki melalui chat."Nabila, aku ingin langsung terus terang dengan maksudku, apa kau tidak masalah?][Ya Mas tidak apa-apa] Nabila