Pagi ini Lana memakai kebaya putih dengan panjang menjuntai sampai bawah, bawahan kain batik berwarna coklat. Luna tampak sangat anggun mengenakan pakaian tersebut. Baju akad nikah itu sangat cocok melekat ditubuhnya yang berkulit putih dan ramping.
Sementara itu, dikamarnya Bu Rika, perempuan paruh baya itu tampak sangat gembira sekali, senyumnya merekah lebar melihat uang 1 koper berjumlah 200 juta, dia timang-timang terus"Wah, Neng Lana cantik sekali. Tidak dirias saja cantik, apalagi kalau dipakein make up begindang. Seperti bidadari, sumprit deh!" Jessica sang MUA takjub melihat hasil riasan yang tampak ngeblend sempurna di wajah Lana.Mischa melirik adik tirinya itu dengan pandangan iri, dia iri dengan kecantikan adiknya. Namun dia segera menghibur diri, ah, bukannya sebentar lagi kecantikan itu bisa kusaingi, dengan menggunakan uang 200 juta, bisa lah untuk perawatan dan membeli skincare mahal, setelah itu, pasti bisa menyaingi kecantikan si adik tiri sialan itu."Wah iya, cantik banget calon istri Om Anton ini, Om-om keriput itu pasti akan terpesona melihat kecantikanmu, dan pasti sudah tidak sabar untuk menggarapmu diatas ranjang, hahahaa." Ucap Mischa, lalu tertawa terbahak-bahak, puas rasanya kalau sudah menertawakan adik tiri yang dibencinya itu."Diam kamu! Aku doakan kamu besok mendapatkan nasib yang jauh lebih parah dari aku!" Lana yang dalam hatinya penuh amarah, rasanya benar-benar tidak tahan untuk tidak membalas komentar mulut kakaknya itu."Oh kamu berani membalas omonganku sekarang ya, mentang-mentang sebentar lagi mau jadi selir orang kaya, aih kasihan sekali ya hidupmu, bisa keluar dari kemiskinan tapi dengan cara menjadi istri kakek-kakek tua!" Sinis Mischa.Lana yang selama ini menahan emosinya setiap kali diperlakukan tidak baik oleh kakak tirinya, merengsek berdiri dari tempat duduknya, dia hampiri kakak tiri bermulut pedas itu, lalu memukul mulutnya."Aku bernasib seperti ini gara-gara ulahmu dan Mama. Kalian benar-benar jahat, aku pasti akan membalas kalian berdua." Lana lalu menjambak rambut kakaknya hingga banyak yang terlepas dari akarnya.Mischa yang kaget bakal mendapat perlawanan, tidak sempat mengelak, dia berteriak kesakitan, lalu mencoba membalas menjambak rambut Lana, maka terurailah sanggul rambut hasil karya perias yang sudah rapi di belakang wajah Lana."Aduh, kalian jangan bertengkar dong, jadi rusak sanggul buatan eyke, dan riasan neng Lana, aduuuh rusak lagi kan? Susah payah eyke bikin riasan buat neng Lana loooh... Aduuh, Mamaa tolong doong! Everybody tolooong." Perias transgender kemayu itu panik lalu berteriak-teriak.Mama segera masuk karena mendengar kegaduhan didalam kamar."Hey, apa-apain sih ini, Jessica, kenapa riasan Lana belum selesai? Penghulu sudah datang, mempelai pria juga sudah menunggu dari tadi. Dan aduuuh Mischa? Kamu kenapa berantakan dan sudut bibirmu berdarah?" Mama gantian panik."Mama, ini semua dia yang berbuat, dia memukul mulutku dan menjambak rambutku, huhuuu sakit Maaa..." Mischa mengadu sambil tersedu-sedu."Lana, kasar sekali ternyata kamu. Kamu memang tidak pantas jadi anak kuliahan, tingkahmu saja liar sekali, dasar anak sialan...." Mama mau menampar muka Lana, namun dikejutkan oleh suara seorang lelaki yang tiba-tiba masuk ke kamar tersebut."Hey, kenapa lama sekali? Dan kamu kenapa mau memukul calon istriku? Penghulu sudah menunggu dari tadi, akad harus segera dimulai, aku sudah membooking hotel untuk bulan madu juga. Ayo cepat!" Perintah pemilik suara itu yang tak lain adalah Om Anton.Lana menatap lelaki tua yang dijodohkan kepadanya itu, seketika dia bergidik ngeri. Tak bisa membayangkan betapa masa depannya akan hancur begitu saja setelah ini, Cita-citanya melanjutkan kuliah harus dia relakan sebatas angan saja. Ah, ingin berteriak saja rasanya.Lana tak kuasa untuk memberontak ketika mama dan Mischa menggiringnya menuju ruang depan. Didepan sudah nampak penghulu, saudara, dan beberapa tetangga yang diminta menjadi saksi pernikahan tersebut.Om Anton menegakkan badannya, sambil tersenyum bangga. Bangga karena mampu mendapatkan gadis perawan secantik bidadari di usianya yang menginjak kepala lima.Sedangkan Lana, tidak usah ditanya, air mata jatuh berlinangan begitu saja, tatapannya kosong. Dia tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang berbisik membicarakannya, kebanyakan dari mereka kasihan akan nasib gadis muda tersebut."Mama tirinya kejam sekali, konon dia diberi uang 200 juta oleh Om Anton kalau mau menyerahkan Alana untuk dinikahinya.""Astaghfirullah, kasihan Lana. Bukannya katanya itu untuk menutup hutang almarhum suaminya kepada Om Anton?""Oh begitu ya ceritanya, waduh kasihan anak itu, harus jadi korban orang tuanya."Begitulah bisik-bisik dari para tetangga yang diundang untuk menjadi saksi pernikahan Om Anton dengan Alana."Neng Lana, jangan nangis bombay terus dong Neng, riasan hasil karya eyke jadi luntur tauk! Ntar mata neng jadi kek kunti loh, masak cantik-cantik dibilang kunti." Bisik Jessica di sebelah Alana. jessica itu nama transgendernya, kalau di KTP sih aslinya namanya Joko."Gak perduli." Jawab Alana tanpa menoleh. Jessica langsung terdiam dan beringsut mundur."Apakah sudah siap semuanya?" Tanya bapak penghulu menatap kedua mempelai."Sudah pak penghulu." Jawab Om Anton dengan penuh semangat, raut mukanya menampakkan kebahagiaan penuh. Sungguh berbeda jauh dengan aura yang nampak dari mempelai wanita."Baiklah kalau begitu, akad nikah kita mulai.""Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan, Alana Melodi Zaskia binti Abdurahman dengan Antonius Sugiono dengan seperangkat alat sholat, dibayar tunai.""Saya Terima nikah dan kawinnya Alana Melodi Zaskia binti Abdurahman dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tuuunaaii..." Jawab Om Anton dengan mantap."Apakah sah?""Saaahhh." Suara para saksi bergema memenuhi ruangan."Berhenti! Pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan!" Tiba-tiba ada suara teriakan dari arah pintu rumah. Suara dari seorang cowok yang berdiri tegap dan sedang menatap proses ijab dengan tatapan mata nyalang.Sontak semua mata menoleh kearah asal suara itu. Om Anton terkejut, wajahnya seketika pucat. Dia tidak menyangka akan kedatangan tamu yang menghalanginya untuk mengawini gadis incarannya."Ba... Bara? Kamu?!" Pak Anton menunjuk-nunjuk cowok yang berdiri tegap di pintu sambil bersedekap itu, matanya melotot kearah Bara."Ya, Pa. Kami tidak pernah mengijinkan Papa untuk mengawini gadis lagi. Sudah berapa kali Papa menyakiti hati Mama?""Tapi semua sudah terlanjur terjadi, dan gadis ini sudah sah menjadi istri Papa, Papamu ini pria normal, mana mungkin bisa tahan hidup bersama orang lumpuh seperti Mamamu. Makanya Papa menikah lagi dengan seorang gadis cantik ini, iya kan sayang?" Om Anton menjadi dagu Alana, sontak Alana menepis tangan lelaki oaruh baya tersebut dengan kasar."Kenapa? Malu ya sayang? Tidak usah malu, kan sekarang kita sudah sah, hahahaha..." Om Anton tertawa terbahak-bahak, namun tiba-tiba tawanya terhenti, matanya melotot, dan Om Anton terjatuh sambil memegangi dadanya.Seketika suasana ruangan rumah berubah menjadi panik, semua khawatir dengan keadaan Om Anton yang semula sehat wal afiat namun sekarang tiba-tiba tak sadarkan diri. Mama sebagai tuan rumah langsung memanggil tenaga kesehatan terdekat dari rumah.Alana tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini, disaat semua perhatian terpusat pada Om Anton, dia langsung beringsut keluar ruangan, tanpa seorangpun menyadari kepergiannya.Suasana gaduh masih terjadi di rumah Bu Rika. Om Anton langsung dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan di luar rumah, Bara sedang bergulat melawan kedua anak buah Om Anton.Meskipun kedua anak buah tersebut memiliki postir tubuh tinggi besar, cowok jangkung tersebut tidak gentar melawan keduanya. Gerakannya lincah, terus menendang lawan sampai lawan tidak mampu berkelit.Salah satu lawan Bara terbangun, lalu dia hendak membanting Bara dengan cara membelit tubuhnya. Namun, dengan lihainya Bara menyodokkan sikunya pada perut lekaki kekar tersebut, gerakannya yang tepat sasaran mampu membuat lawannya langsung terjerembab. Dua lelaki kekar tersebut langsung dibuat Bara menjadi terbaring lemah tak berdaya di lantai.Baru saja mau menarik nafas sebentar, dari arah dalam keributan kembali terjadi. Bara lalu menangkap ucapan seorang tamu yang masih di situ, bahwa Alana hilang. Dan orang sebanyak itu tak ada satupun yang mengetahui kemana Alana pergi.Semua orang memanggil-manggil Alana, namun ga
Dengan penuh amarah, dihajarnya orang yang akan memerkosa Alana itu, ditendangnya alat vital pria tersebut berkali-kali hingga lelaki yang tak bercelana itu mengaduh kesakitan, pemuda yang dihajar itu langsung jatuh terkapar sambil memegangi alat vitalnya yang terkena tendangan oleh seorang pria yang mukanya tidak nampak jelas karena dia bertopi dan menggunakan masker."Heh, siapa kamu?! Berani sekali mencampuri urusan kami!" Teriak salah seorang pemuda yang sedang memegang kedua tangan Alana. Sedangkan Alana bingung menutupi dadanya yang terbuka akibat baju yang dikenakannya robek."Kamu sendiri siapa?! Dasar pengecut, pecundang! Beraninya hanya sama perempuan. Sini kalau berani, lawan aku!"Dua orang temannya yang saat ini sedang memegangi Alana, langsung terpancing emosinya, dia lepaskan Alana, dan pasang kuda-kuda untuk melawan pemuda bertopi dan bermasker itu.Mereka terlibat dalam perkelahian seru, dua lawan satu, namun karena kedua pemuda tersebut masih berada dibawah pengaruh
Bara terpekur dihadapan Papanya yang kini terbujur kaku tak bernyawa. Dibelakangnya terdapat para istri Om Anton kecuali Mamanya. Mereka itu adalah istri siri semua. Dan mama lah satu-satunya istri sah. Namun karena penyakit lumpuhnya, Mama tidak bisa hadir di kematian suaminya ini. "Maaf, Tuan. Jenazah Om Anton akan kita kebumikan sekarang." Ujar salah seorang petugas pemakaman. Bara mengangguk. Dia lalu berdiri dan menyilakan para petugas itu mengangkat Papanya. Hatinya tergugu, perasaannya campur aduk. Papanya meninggal karena ulahnya yang berusaha menggagalkan pernikahannya dengan seorang gadis belia. Dia memang membenci papa, namun dia tidak ingin Papa meninggal dalam waktu ini.Sambil berjalan menuju ke mobil yang akan membawanya menuju ke peristirahatan terakhir sang Papa, diperhatikannya para istri siri Om Anton yang jumlahnya ada 3 itu. Mereka semua perempuan muda berusia sekitar tiga puluh tahunan, penampilan mereka semua modis-modis. Begitu jauh sekali dengan kondisi Mam
"Hah, panjang umur akhirnya kamu datang juga. Kamar ini mau ditempati oleh orang lain. Perempuan tidak jelas seperti kamu tidak pantas tinggal di sini. Bikin citra buruk kontrakanku saja! Sekarang pergilah, bawa semua barang-barangmu!" Seru Bu Dewi sambil menunjuk kearah jalan. Barang-barang itu dilempar dan berserakan begitu saja di kaki Alana. Ingin sekali Alana membalasnya dengan kemarahan, namun dia tidak punya hak apapun terhadap ibu kost, dia jauh lebih berkuasa di sini. "Baiklah, Bu. Aku akan pergi tapi tolong kembalikan uang yang saya bayarkan kemarin." Ujar Alana dengan tegas. "Nih! Sudah sana pergi!" Ibu Dewi melempar uang sejumlah yang dibayarkan Alana kemarin, cara melemparnya pun tidak sopan sekali. Alana hanya bisa menarik nafas dalam, setelah itu dia punguti uang tersebut dengan perasaan campur aduk. Pergi membawa ransel yang penuh dan berat, langkahnya tertatih dibawah sinar matahari yang begitu terik menyengat, ditambah lagi dengan kondisi kakinya yang masih bel
Seketika seluruh tubuh Alana membeku, menatap sosok di hadapannya yang tersenyum penuh arti. "Ka-kamu...?"Orang di hadapannya tersenyum smirk. Sambil menyeruput es teh, matanya menatap ke arah Alana. "Iya, eyke kenapa, harusnya eyke yang bertanya sama elu, kenapa kabur pas dinikahin kakek-kakek tajir. Hahahaa malah minggat. Jam segini masih keluyuran ntar ditangkep arwahnya Om Anton baru nyaho luh." Ujar si Jaka alias Jessica dengan tangan melambai. "Arwah Om Anton? Maksudmu?" Alana tidak paham dengan perkataan banci kaleng itu. "Iyeu Arwah Om Anton gentayangan nyariin elu, gara-gara elu dia sekarang metong, jasadnya udah di makan cacing, hiiiy...." Ucap Jessica dengan mimik muka jijik. "Ja-jadi orang tua itu udah mati?" Pekik Alana. "Iyey Alana sayaang, gara-gara elu tuh. Hati-hati aja cynnn, ntar elu dicariin polisi buat dimintain pertanggungjawaban kematian Om Anton, hahahaa..." Si cewek jadi-jadian itu ngakak garing. "Aku tidak takut." Jawab Alana ketus. "Iya iyaaa, berca
"Sini lu!" Seru Jessica.Alana berjalan mendekati juragannya."Lu ngerti gak sih, pengering ini kalau kena kulit rasanya pansos, kulit bisa melepuh dan sakyiit, kerja yang bener cyn, jangan sampai eyke kapok menolong elu, mempekerjakan elu, ngerti?!" Nasihat Jessica."Maaf, Jes. Tadi kak Mischa memang sengaja menyuruhku untuk segera mengambilkan katalog. Padahal rambutnya belum selesai aku keringkan, tapi dia memaksa terus supaya aku cepetan mengambil katalog ini." Alana tidak Terima disalahkan, karena ini memang Mischa sendiri yang menyuruh."Tapi naruh pengeringnya gak di pinggiran begini, elu udah eyke training berkali-kali kagak juga ngerti, ciiih...." Ujar si banci kaleng sambil melambaikan tangannya dengan kemayu."Pegawai keras kepala, susah diberi pengertian begini kenapa kamu pertahankan sih, Jess. Kayak gak bisa cari pegawai saja kamu?" Mischa semakin mengompori Jessica."Kalau aku jadi kamu, pasti langsung kupecat. Di luar sana masih banyak orang yang butuh pekerjaan, dan p
"Kak Lana, kakak mau pergi kemana? Apakah sudah ada tujuan?" Gadis berambut panjang itu bertanya sambil nafasnya terengah-engah. "Mau cari kost, kamu siapa?" Alana heran, ada orang asing yang mengenalnya di kota yang baru seminggu dia singgahi. "Aku yang tadi antre di salon Jessica. Aku tadi lihat dengan mataku sendiri bahwa orang tadi sengaja menjatuhkan hairdryer mengenai tangannya. Maaf, Kak, aku tidak bisa membela kakak tadi," Gadis itu menunduk. Alana terkejut mendengar penuturan gadis tersebut, namun sejurus kemudian dia tersenyum. "Iya, mungkin memang rejeki aku bukan di situ." Jawab Alana."Berarti kakak sudah tidak bekerja di salon Jessica lagi ya?"Alana menggeleng, lalu tersenyum dan memalingkan muka, karena tidak ingin memperlihatkan raut kesedihannya. Jika harus mencari kost, dia harus mencari yang sesuai dengan budget yang dia miliki, sedangkan uang di dompetnya sudah semakin menipis. Alana mengira bahwa kuliah dengan beasiswa penuh itu sudah tidak perlu bayar ini i
Namun Alana dengan cepat segera menguasai dirinya. "Syukurlah, Tante. Kalau sudah dapat perawat buat ibunya Tante. Kalau begitu Alana pamit dulu." Ujar Alana. "Mau pamit kemana? Bukankah ini sudah malam?" Oh, ternyata selain cantik, perempuan itu juga memiliki rasa simpatik. Alana kebingungan, dia memang tidak tahu harus kemana lagi. Namun bagaimana caranya mencari alasan agar di ijinkan menginap di rumah ini barang semalam saja?"Emmm....""Kamu boleh tetap bekerja di sini. Mulai besok bantu-bantu Bibik Indah dan Bibik Sari bersih-bersih dan masak. Sekarang karena sudah malam, sebaiknya kamu membersihkan diri dan beristirahat.""Terimakasih, Tante. Tapi...." Alana bingung, haruskah posisinya yang masih menjadi seorang mahasiswi ini diberitahukan? Apa tidak ngelunjak namanya, jika sudah dikasih pekerjaan, masih minta kompensasi waktu untuk kuliah? "Tapi apa?" Si Tante cantik bertanya kepada Alana. Ramah sekali dia, ah, pasti ibunya juga ramah seperti dia. Bukankah buah jatuh tak j