Share

Morning Surprise

Author: Anandita Z
last update Last Updated: 2023-11-04 10:45:54

Tok Tok Tok!

Dengan terburu-buru, Dita mengetuk pintu kamar kost sahabatnya tersebut setelah tahu jika Hana sudah ada di dalam kamarnya.

“Rihana… Buka cepetan….” desak Dita dengan penasaran.

“Iya, bentar…” jawab Hana sambil berjalan ke arah pintu yang pegangannya sedang Dita mainkan.

“Apaan sih buru- buru banget?” tanya Hana.

“Yaelah pake nanya… Gimana gimana? Si Smith jadi kan sama loe?”

“Menurut loe?”

“Ya jadi dong… Orang loe udah nggak ada kabarnya lagi tadi. Trus dia bilang apa aja? Dia ngasih loe duit jajan berapa? Kalian udah gituan?”

“Otak loe tuh ya, Dit… Emang paling susah diajak lurus. Ya loe ngasih tahu gue kek pertimbangan apa gitu supaya nggak usah jadi ani- ani kayak gini,” jawab Hana yang kemudian berbaring di atas tempat tidurnya dan diikuti oleh Dita yang juga berbaring di sampingnya dan langsung memeluknya dengan manja.

“Ya gue juga pengen ngomong gitu sama kayak loe dulu nasehatin gue. Tapi kita punya pilihan apa coba? Kita udah nyoba nyari di jalan lurus, tapi kok malah lama banget nyampenya. Mana lagi kebutuhan 3 adik- adik gue di kampung yang masih sekolah dan bapak yang mulai sakit- sakitan. Mereka butuh duit yang cukup banyak. Dan tahu sendiri gaji dan biaya hidup kita juga nggak sedikit. Loe sih enak masih ada duit pensiunan nenek loe,” ujar Dita dengan sendu mengingat bagaimana awalnya ia memutuskan untuk menerima tawaran Tony untuk menjadi Sugar Baby pria ekspatriat tersebut.

“Gue juga, Dit… Andai ya gue punya pilihan lain. Atau dinikahin tiba- tiba sama orang kaya dan gue bisa selesaiim kuliah dan hidup enak.”

“Realistis aja lah ya kita mah…” canda Dita yang kemudian menoleh pada ponsel Hana yang berada di atas meja kecil di sampingnya.

“Siapa yang telepon loe malam- malam?” tanya Dita sambil meraih ponsel tersebut dan sempat membaca nama si penelepon sebelum ia menyerahkannya pada Hana.

“Siapa? Nggak ada namanya.”

“Adam.” jawab Hana lalu hanya menggeletakkan ponselnya begitu saja.

“Hah? Adam? Adam mantan loe yang selingkuh itu?” tanya Dita.

“Hmm… Tadi gue ketemu dia waktu nungguin Christian. Dan—“

“Cie cie… Udah manggil nama aja… Emang dia bolehin loe manggil namanya?”

“Ya iyalah… Emang kenapa? Lagian aneh aja kalau gue manggil dia Mr. Smith terus.”

“Kadang sih mereka emang nggak suka langsung di panggil nama gitu… Eh, loe belum jawab pertanyaan gue. Loe udah gituan ama dia?”

“Apaan sih loe…”

Tring!

Ponsel milik Hana kembali berdering dan kali ini Dita berniat untuk menjawabnya dengan niat ingin memarahi Adam agar tidak mengganggu sahabatnya lagi.

“Han, ini kayaknya nomor lain deh… Bukan yang tadi. Ini nomor siapa?” tanya Dita.

“Mana? Iya sih… Udahlah… Mungkin Adam yang nyoba pakai nomor lain.”

“Dia mau lagi sih? Udahlah loe capek- capek move on, masa iya pengen balikan sama dia lagi.”

“Enak aja… Siapa juga yang mau balikan sama dia. Orang dia udah mau nikah kok.”

“Oh ya? Kapan?”

“Ya nggak tahu… Gue nggak— Astaga ini Christian.” ujar Hana yang kini membaca pesan dari nomor terakhir yang meneleponnya tadi.

“Serius?”

“Udah loe balik dulu sana… Nanti aja kita ngobrol lagi.”

“Gue pengen denger…” rengek Dita yang enggan bangun dari tempat tidur Hana meski sang pemilik sudah mendorongnya untuk turun.

“Besok aja… Udah sana…” usir Hana yang kali ini sudah bangkit dari tempat tidurnya dan dengan cepat menarik Dita untuk keluar.

“Iya… Iya…” ucap Dita yang akhirnya keluar dari kamar tersebut dengan dongkol.

***

“Halo…. Rihana…” sapa Christian.

“Ng… Halo…”

“Kamu sedang apa? Aku telepon sejak tadi dan kamu nggak angkat? Kamu ingat isi perjanjian kita kan?” tanya Christian yang sepertinya kesal karena Hana tidak menjawab teleponnya.

“Aku nggak tahu kalau itu kamu.”

“Oke… Kamu boleh simpan nomor aku karena itu nomor telepon selama aku di sini. Dan jangan buat aku menunggu seperti ini lagi. Oke?”

“Oke…”

“Kamu sedang apa?”

“Oh… Itu… Aku lagi bacain kontrak perjanjian kita tadi.”

“Kenapa? Ada yang kamu nggak suka?”

“Nggak ada… Aku setuju sama semuanya. Itu cukup adil. Lagian ini hanya kerja sama sementara.”

“Yes… Dan ingat, kamu nggak boleh terbawa perasaan. Kamu dilarang untuk jatuh cinta sama aku.”

“Tenang aja… Aku bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta.” jawab Hana yang meski kalimat Christian barusan cukup sarkas, namun ia sama sekali tidak tersinggung.

Akan jauh lebih baik jika mereka memang tidak melibatkan hati mereka dalam hubungan seperti ini.

“Bagus… Aku senang karena kamu cukup realistis.”

“Oh ya… Kamu bilang tadi ngantuk banget. Kenapa belum tidur?”

“Yeah… Aku berubah pikiran. Ternyata habis mandi tadi, aku langsung segar kembali. Tahu gitu, tadi aku nggak minta kamu untuk pulang.” jawab Christian.

“Kamu mau… Aku ke sana?” tanya Hana dengan ragu.

“Kalau kamu ke sini, kamu mau kita ngapain?”

“Ya kita bisa baca buku, atau jalan- jalan di taman hotel, atau mungkin ngobrol- ngobrol ringan aja. Aku juga bisa bantuin ngetik kerjaan kamu. Sekalian aku juga mau revisi skripsi aku.” jawab Hana dengan santai dan membuat Christian tersenyum di seberang sana.

“Oke… Ide yang bagus. Kalau gitu, kamu istirahat aja dulu. Nanti aku telepon lagi.” ujar Christian.

“Oh… Ya udah… Kamu juga istirahat. Dan makasih ya untuk makan malamnya dan… Kontraknya.”

“Kamu nggak perlu bilang makasih karena itu sudah menjadi hak kamu selama dalam hubungan kita. Dan kalau kamu butuh sesuatu, kamu boleh kasih tahu ke aku.”

“Nggak ada. Aku nggak butuh apapun lagi.”

“Oke… Selamat malam, Rihana.”

“Selamat malam, Christian…”

***

“Jadi, loe turun di sini?” tanya Dita ketika mereka sudah sampai di depan kampus Hana yang menumpang di mobil miliknya.

“Iya. Gue mau ketemu dosen pembimbing gue. Makasih ya, Dit.” jawab Hana sambil meraih tote bag miliknya yang berisi laptop dan segala barang bawaannya.

“Semoga berhasil ya…”

“Doain gue biar cepat kelar. Gue udah kelamaan jadi mahasiswa.” ucap Hana sambil mengecup pipi sahabatnya dengan singkat.

“Kita makan malam diluar ya nanti malam. Ntar gue telepon.”

“Oke. Bye, Pradita…”

“Bye…” jawab Dita sambil melambaikan tangannya.

Hana kemudian berjalan sambil memeluk skripsi dan juga buku yang ia pinjam dari perpustakaan dan sesekali tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya. Hana memang cukup dikenal di kalangan mahasiswa setelah menjadi duta kampus periode tahun lalu dan wajah cantiknya dipajang dalam brosur juga spanduk- spanduk milik kampus.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia melewati gerbang besar tersebut dan sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya dan membuatnya sedikit terkejut.

“Siapa sih?” gumam Hana yang sedikit kesal karena pengemudi tersebut seperti kurang hati- hati.

“Hana…” panggil pria yang baru saja menurunkan kaca mobilnya dan melepaskan kacamata hitam yang dipakainya.

“Kamu?” tanya Hana tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Christian kini ada di hadapannya dengan kacamata hitam yang membuat penampilan pria itu semakin menawan.....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Asisten Tama

    “Sayang, kamu dimana?” tanya Christian pada Hana sambil membuka laptop milikku. Kami sedang dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan.“Aku udah di jalan, sayang. Mau ke kantor teman yang aku ceritain. Doain aku diterima ya…”“Maaf ya, aku nggak bisa anterin. Tadi di kantor lagi banyak tamu. Aku nggak sempat pulang.” “Nggak apa- apa. Kamu udah makan?”“Belum, sayang… Nanti aja. Tanggung.” “Aku juga belum… Tadi aku takut telat jadinya buru- buru,” jawab Hana terdengar sendu.“Kok gitu sih… Ya udah… Kalau misalnya nanti waktunya dapat, aku jemput kamu makan siang ya… Semoga kamu bisa lowong,”“Gimana sih, sayang… Masa iya aku hari pertama kerja, belum tentu keterima juga, aku langsung ijin makan siang di jam yang udah lewat makan siang. Lagian aku tadi beli onigiri kok di supermarket,” jelas Hana.“Mana kenyang sih makan gituan… Ya udah, nanti aku lihat kalau misalnya sempat, aku semperin kamu.”“Jauh, Chris…”Tok TokChristian langsung menoleh pada arah datangnya suara yang langsung

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Past Lives

    Christian POVAku duduk di kursi kerjaku sambil memandang pemandangan ibukota yang jalanannya seolah tak pernah sepi. Kesibukan bahkan membuat mereka jarang berada di rumah. Sama sepertiku sebelum menikah dengan Hana. Semuanya begitu membosankan dan aku tidak pernah betah tinggal di rumah besar keluargaku ataupun sendirian di dalam apartemen milikku. Sepi, monoton, membosankan dan hanya aku isi dengan pekerjaan dan berkencan sesekali. Kekasih? Aku tidak punya dan tidak tertarik. Mereka akan meminta banyak waktuku dan aku belum menemukan wanita yang membuatku rela meninggalkan pekerjaanku hanya untuk menngobrol dengannya.Aku memang cukup mapan. Perusahaan, aset dan harta milik mendiang kedua orang tuaku yang mereka wariskan kepadaku sebagai satu- satunya anak kandung mereka. Tentu Max tidak terhitung karena dia adalah anak papa bersama tante Brenda, yang tidak lain adalah sekertarisnya sendiri. Dengan kata lain, papa dan tante Brenda mengkhianati mama. Tapi jujur, tanpa kehadiran tant

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Tante Brenda

    Hana POVAku mendekati Christian yang nampak sedang santai sambil membuka ponsel yang sejak kemarin tidak ia sentuh tersebut. Satu tangannya kemudian menarikku untuk merebahkan kepalaku di atas pahanya dan membelai lembut rambut panjangku.“Kamu kenapa belum tidur?” tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sedikit terlihat serius.“Dikit lagi, sayang. Aku lagi periksa beberapa pesan dari Maya dulu,” jawabnya lalu mendaratkan satu kecupan manis di keningku.“Lapar nggak?” tanyaku.“Nggak juga sih… Emangnya kamu lapar? Mau makan apa?” ucapnya balik bertanya lalu menatapku dengan senyuman lembutnya. Entah mengapa di awal pertemuan kami, ia selalu memasang wajah tegang, masam dan dingin sedangkan sebenarnya ia bisa semanis dan selembut ini.“Aku mau masak mie instant. Kamu mau?” tawarku.“Mie instant? Nggak mau yang lain? Gimana kalau pesan aja, sayang? Mie instant kan nggak bagus,”“Tapi aku pengennya itu aja, Chris… Sekali ini aja. Sejak kamu datang, aku nggak pernah makan itu lagi. Bole

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Grateful

    Hana POVAku hanya bisa tersenyum melihat Christian dengan bangganya menyalakan kipas angin setelah kami menikmati makan malam sederhana kami. Setelah tadi siang ia terpaksa menghabiskan nasi dan lauk khas warteg kampung karena sudah terlalu kelaparan, akhirnya malam ini ia meminta dengan sopan untuk dibuatkan sepiring nasi goreng buatanku seperti biasanya. Meski awal penyesuaian kami hidup bersama dulu ia sering protes karena terlalu sering mengkonsumsi nasi, namun kini ia mulai terbiasa dengan pola makanku. “Gimana, enak kan kalau pakai kipas angin?” tanyanya sambil duduk di sampingku dengan kedua lengan yang ia bentangkan di sandaran kursi.“Iya… Enak,” jawabku dengan tersenyum.“Emang kenapa nggak mau pakai AC aja? Kan enak lebih sejuk,” “AC nya mau di tempelin kemana, Chris? Yang ada malah roboh semua dinding rumah ini,” candaku. Namun itu mengandung kebenaran. Lagipula, siapa yang membutuhkan AC dan kipas angin saat tinggal di desa sesejuk ini?“Itu kamu lagi baca apaan?” tany

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Renovasi

    Hana POV“Jadi dia yang kamu maksud dari kampung sebelah?” tanya Christian yang membuatku heran. Ia nampak menyetir dengan perlahan namun namun sedikit terlihat serius. Sejak menurunkan Lisa di rumah pamannya, ia memang tidak seperti biasanya.“Kampung sebelah? Maksudnya?” ucapku balik bertanya karena tidak paham akan apa yang ia tanyakan.“Tadi kan kamu bilang nggak nyangka akan punya suami aku. Tadinya impian kamu hanya sebatas orang kampung sebelah udah paling bagus banget… Jadi maksud kamu si Wara wiri itu…” jawabnya yang lebih terdengar seperti sedang meledekku.“Wira, Chris… Namanya Abang Wira,” imbuhku yang membuatnya mendelik kesal.“Kemarin panggil orang dengan sebutan Mas, sekarang Abang. Dan kamu malah panggil aku Christian atau Mr Smith. Aneh banget…” protes Christian yang membuatku mengulum senyuman.“Ya kan tapi kalau kamu aku manggilnya sayang. Dan itu panggilan yang nggak aku kasih ke orang lain. Kalau kamu mau aku panggil kamu mas, abang, aa, bli, daeng, uda, atau apa

  • Gadis Bayaran Kesayangan Mr. Smith   Keliling Kampung

    Kedua mata Christian nampak terbelalak ketika ia baru saja membuka pintu kayu ruangan yang Hana sebut kamar mandi tersebut. Bukan karena apa, melainkan semua yang ia dapati dalam ruangan kecil berbatu tersebut sungguh jauh dari batas titik paham kesederhanaannya.“Chris… Air panasnya bel—“ ucap Hana yang malah terkejut karena pria tinggi yang terlihat sedikit membungkuk tersebut malah hanya berdiri di depan kamar mandi dengan kedua tangan yang memegangi sisi kiri kanan jalan masuknya.“Kenapa?” tanya Hana dengan heran.“Sayang, no offense… Tapi… Apa… Nggak ada kamar mandi lainnya?” tanya Christian dengan menoleh pada Hana yang kini berdiri tepat di samping kanannya dan ikut menengok ke dalam kamar mandi.“Kenapa emangnya?”“Sayang, aku… Aku nggak pernah melihat tipe kamar mandi seperti ini. Maksud aku… Apa nggak ada toilet yang lain? Aku nggak tahu harus gimana pakainya,” jawab Christian dengan polosnya dan membuat Hana tertawa dalam hati. “Oh… Itu… Gini deh cara pakainya kamu buka c

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status