Home / Rumah Tangga / Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat / Bab 1. Kamu Harus Membalas Budi

Share

Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat
Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat
Author: Rea.F

Bab 1. Kamu Harus Membalas Budi

Author: Rea.F
last update Last Updated: 2024-09-01 21:05:31

Di sebuah ruangan kantor, terdengar sepasang suami istri yang sedang berbicara pada seseorang dengan nada memohon.

Mereka adalah orang tua Wulan, gadis malang yang kerap kali diperlakukan berbeda.

"Tolong kami, Tuan! Pilihlah Wulan, putri kami. Dia bisa menjadi istri yang baik dan patuh untuk keponakan anda. Saya berani menjamin untuk itu," ucap sang istri sambil menarik lengan suaminya untuk memberi kode agar sang suami ikut memohon juga.

"Kenapa kamu sangat yakin, Nyonya?" tanya tuan kaya raya itu, menatap wanita di depannya sambil mengerutkan keningnya.

"Karena kami mendidik putri kami dengan baik dari kecil, hingga dia tumbuh menjadi gadis yang patuh dan penurut."

Ada senyum penuh arti di sudut bibir si tuan kaya raya sebelum akhirnya dia menjawab, "Baiklah, dua hari lagi kami akan menjemput putrimu. Kalian akan mendapatkan imbalan seperti apa yang sudah kami janjikan."

**

"Yang kita lakukan ini, apa tidak keterlaluan, Bu? Selama ini, kita tidak pernah menyayangi Wulan dengan baik. Sekarang, malah akan menikahkan dia dengan pria cacat!" kata Gani dengan nada penuh penyesalan.

Tiara melotot marah mendengar keluhan suaminya. “Sudah untung aku bersedia menerima anak harammu itu di rumah ini! Meskipun menikah dengan pria cacat tapi pewaris tunggal perusahaan Grup Brahmana, itu sangat baik daripada tidak ada yang menginginkan Wulan! Lihatlah, betapa banyak orang yang ditolak oleh Tuan Abraham! Wulan sangat beruntung! Dia akan menjadi Nyonya kaya raya!”

“Lagian, ini demi menyelamatkan perusahaan kamu yang bangkrut itu. Sudah saatnya Wulan berkorban demi keluarga ini. Jangan hanya aku saja yang berkorban untuk menerima anak haram itu!”

Gani terdiam. Apa yang diucapkan istrinya itu memang benar kenyataan, meski di dalam hatinya terselip rasa tidak tega pada Wulan. Biar bagaimanapun juga, Wulan adalah anak dari wanita yang sangat dicintainya.

Wulan meremas kedua tangannya di bawah meja, gadis itu menggigit bibirnya setelah ibu tiri dan ayahnya selesai berbicara.

"Anggap saja ini sebagai balas budimu pada kami yang sudah mengurusmu hingga sebesar ini." Ucap tajam Tiara penuh penekanan.

Tidak ada yang bisa dilakukan Wulan selain hanya mengangguk. Menolak pun pasti tidak ada gunanya. Padahal Wulan tahu jika ini bukan perjodohan, melainkan penjualan atas dirinya.

Di sini, dia hanya dianggap gadis bodoh yang kerap kali dibedakan dengan dua adiknya. Terbukti, dari tiga anak-anak Gani, hanya dia yang tidak disekolahkan.

Dengan kata lain, dia dibiarkan bodoh oleh Tiara.

Demi bisa dianggap keluarga, demi bisa membantu keluarga yang sudah mau menerima anak haram seperti dirinya, dia bersedia. Meskipun dia tahu, jika mungkin akan sangat berat baginya.

Kedua orang di hadapannya itu menarik napas lega. Tiara tampak tersenyum senang, tidak peduli tetesan kristal bening yang sejak tadi sudah meleleh di pipi gadis yang duduk hadapan mereka itu.

Perlahan Wulan berdiri, dia melangkah menuju kamar sempitnya. Lalu bercermin, menatap bayangan dirinya sendiri di depan kaca. Ini adalah wajah bodohnya yang malang. Wajah yang mungkin sebentar lagi akan hilang dari mata mereka yang selalu memandang jijik padanya.

Pagi hari … Mood Wulan hilang mendadak. Matanya sayu memandang kosong. Tak ada yang dipikirkan kecuali pernikahannya yang akan menjelang besok.

Suara derap langkah terdengar. Seorang bibi pelayan keluarga ini masuk ke kamarnya dan menghampiri.

"Nona, Tuan Gani memanggil anda. Nona disuruh menemuinya sekarang."

"Ada apa?" Tanya Wulan tanpa menoleh pada Bibi pelayan itu.

"Ada utusan dari keluarga Brahmana. Katanya mereka ingin menjemput Nona hari ini." Jawab bibi pelayan, sambil berjalan mengambil koper besar milik Wulan dari atas lemari kayu usang yang ada di tepi ranjang kecil tempat tidur Wulan.

Wulan menoleh, dia terkejut saat melihat bibi pelayan mengambil kopernya. Dia lalu bertanya penuh kekhawatiran, “Untuk apa, Bi? Kenapa mengambil koperku?”

Bibi pelayan menoleh, ada raut kesedihan di wajah tuanya. Dia berkata dengan ragu-ragu, "Nyonya Tiara... dia, dia menyuruh bibi untuk membantu Nona berkemas."

"Berkemas?" Wulan langsung bangun dan duduk. Dahinya berkerut.

"Kata mereka tadi, hari ini Nona sudah harus tinggal di rumah keluarga Brahmana.” Saat mengatakan ini, kedua mata bibi pelayan berkaca-kaca. “Maafkan bibi ya, Non." Bibi pelayan menangis , seketika berhambur memeluk Wulan.

Pelayan itu bernama Bibi Sumi, satu-satunya orang yang selama ini menyayangi dan merawat Wulan dengan baik di sini. Dari Bi Sumi lah Wulan bisa membaca dan menulis secara diam-diam. Bahkan, wanita renta itu juga yang mengajarkan satu keahlian lain yang begitu langka pada Wulan, yaitu pengobatan totok terapi dan penguasaan herbal.

Wulan sudah mengerti dengan apa yang terjadi. "Sudah, Bi. Tidak apa-apa. Jangan bersedih. Aku akan baik-baik saja." Wulan menepuk lembut punggung wanita yang sudah tua itu, sambil berusaha menahan kesedihan dalam hatinya.

Dia berusaha untuk tidak menangis sedikit pun. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan menunjukan pada semua orang, jika pernikahannya ini tidak akan membuatnya tertekan atau merasa menderita.

Wulan sudah bertekad, dengan keluarnya dia dari rumah ini, maka penderitaannya akan segera berakhir. Dia akan membuktikan, jika anak haram ini juga masih bisa berguna untuk mereka.

Bi Sumi melepaskan pelukannya dengan perlahan. Dia masih menangis, lalu melangkah membuka lemari, mengambil beberapa baju milik Wulan dan memasukkannya ke dalam koper. Setelahnya, wanita penuh kasih itu mengambil sebuah buku.

Buku tentang pengobatan yang pernah dia ajarkan pada Wulan. Bi Sumi memasukan buku itu sekaligus di koper.

"Bawa ini, siapa tahu di sana Nona membutuhkannya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 149.

    "Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 148.

    Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 147

    Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 146.

    Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 145.

    "Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 144.

    "Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status