Share

Bab 2. Penjemputan

Penulis: Rea.F
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-01 21:07:18

"Kamu lambat sekali, sih! Calon keluarga pengantinmu sudah menunggumu. Tidak sabar untuk membawamu menemui calon suami cacatmu itu."

Begitu Wulan turun, makian langsung terdengar dari adiknya, Jihan. Dia diam saja, tidak ingin melayani adiknya, yang satu ayah dan lain ibu itu.

"Lihatlah, Yuri. Belum apa-apa dia sudah sombong. Mau jadi istri pangeran cacat saja sudah berani sama kita. Aku ingin sekali mencekiknya." Tambah Jihan, kini mengajak adik bungsu mereka untuk turut berada di pihaknya.

"Sudah biarkan saja. Sebentar lagi dia akan pergi dari sini. Jangan mengganggu kak Wulan lagi." Kata Yuri, seolah ingin melindungi Wulan.

"Maaf, aku harus segera menemui ayah. Paham kan, ayah dan ibu akan marah kalau aku terlambat." Ucap Wulan melangkah kembali, meninggalkan dua adiknya itu.

"Dasar anak haram! Tidak tau diri!" Umpat Jihan.

Wulan tidak mendengar, terus melangkah dan menghampiri orang tuanya yang sudah menunggu di ruang tamu.

Dia bisa melihat, dua orang asing di depannya. Salah satu dari mereka menundukkan kepala ketika dia datang, seperti sedang menyapanya.

Mungkin mereka yang akan menjemputnya? Perwakilan dari keluarga Brahmana?

"Sini sayang?" Ucap lembut Tiara, menarik tangannya untuk duduk di sampingnya.

Wulan menurut saja. Dia duduk dengan tenang, padahal hatinya sudah tidak karuan rasanya. Jantungnya bergemuruh. Tangannya sempat terkepal dan meremas lututnya sendiri.

"Perkenalkan. Beliau ini adalah Tuan Abraham. Paman dari calon suamimu. Dan yang di samping beliau adalah sekretaris pribadi Tuan muda Saka, calon suamimu. Namanya pak Ang."

Tiara memperkenalkannya dengan bangga pada keluarga Brahmana. Wulan tersenyum dengan terpaksa, menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat, tanpa menatap dua pria di hadapannya itu.

"Mulai hari ini, kamu sudah harus tinggal bersama mereka di rumah keluarga Brahmana, karena besok adalah hari pernikahanmu dengan Tuan muda Saka." Ucap Tiara kembali, sambil mengelus lembut rambut Wulan dengan penuh kasih sayang. Meski Wulan tahu, jika Tiara hanya sandiwara. Pura-pura penuh kasih sayang padanya.

"Apa Nona sudah siap?" Tanya sekretaris Ang.

Wulan masih tersenyum dan hanya mengangguk. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Baguslah. Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, Tuan Ang." Ucap Abraham.

Sekretaris Ang mengangguk. "Silahkan Nona." Katanya pada Wulan.

"Kami permisi dulu, Tuan Gani,. Nyonya Tiara. Terima kasih atas kerjasamanya. Putri anda kami bawa. Dan ini, sesuai janjiku." Ucap Abraham meletakan sebuah koper di meja sebelum melangkah.

Wulan sempat melirik koper tersebut, lalu melirik Tiara yang kini penuh kemenangan dan senyum bahagia.

'Itu pasti uang hasil penjualan diriku!' Batin Wulan.

Entah kenapa, tiba-tiba hatinya terasa begitu pedih.

Harus beginikah caranya untuk membalas budi mereka?

Bahkan ayahnya tidak mengatakan sepatah katapun, walau hanya sekedar ucapan selamat berpisah padanya saat dia keluar dari rumah itu.

Saat ini, mobil yang membawa Wulan sudah melaju dengan cepat. Tidak ada percakapan sedikit pun di dalam mobil yang terisi tiga kepala itu.

Wulan duduk di kursi belakang. Matanya menatap keluar kaca, memandangi pepohonan yang tinggi berjejer di pinggir jalan. Pikirannya mulai melayang ke mana-mana.

Tidak lama, mobil itu berhenti di sebuah Rumah yang sangat besar dan megah.

Abraham turun lebih dulu dan melangkah begitu saja dengan sedikit terburu tanpa menunggu mereka. Sekretaris Ang membukakan pintu untuk Wulan dan membawanya melangkah masuk.

Kaki Wulan terlihat gemetaran saat melangkah memasuki pintu. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah yang tampak bak istana itu.

"Mari, Nona." Sekretaris Ang membawanya menaiki tangga lalu berhenti di sebuah ruangan di mana Tuan Abraham sudah duduk di sofa bersama istrinya.

Wulan masih gemetaran, tapi dia mencoba untuk menyembunyikannya.

"Duduklah." Suara datar istri Tuan Abraham, Sintia, memberi perintah pada Wulan.

Wulan menoleh pada sekretaris Ang yang masih berdiri di sampingnya. Pria dewasa itu mengangguk samar ke arahnya. Dia melangkah dan duduk dengan ragu-ragu.

Sintia melemparkan sebuah kertas di atas meja tepat di depan Wulan. "Itu adalah aturan yang harus kamu patuhi. Baca dan pahami, setelah itu tanda tangani." Ucap Sintia terdengar sama sekali tidak ramah.

Tangan Wulan terlihat sedikit gemetar untuk meraihnya. Lalu dia membacanya dengan teliti.

Surat itu isinya tidak lain adalah mengenai sebuah perjanjian saat Wulan sudah menjadi istri Tuan muda Saka nanti.

Perjanjian yang harus Wulan sepakati dan peraturan yang harus dipatuhi. Di antaranya, dia tidak boleh ikut campur urusan keluarga Brahmana, apa pun itu.

Dia hanya perlu mengurus Saka dan menemaninya. Tidak harus melakukan apa pun di luar urusan mengurus Tuan muda Saka.

Tidak boleh menemui siapapun tanpa ijin dari Nyonya Sintia atau Tuan Abraham. Karena saat ini tidak mungkin meminta ijin pada tuan muda, jadi semua yang mengatur adalah paman dan bibi suaminya.

Di sini, Wulan hanya berstatus sebagai istri tanpa punya hak apapun atas kekayaan suaminya. Sehingga tidak boleh menuntut apapun.

Wulan membacanya dengan teliti dan merasa heran dan merasa ada yang salah dengan surat perjanjian itu.

Tapi dia tidak ingin ambil pusing. Baginya, pernikahan ini hanyalah pernikahan di atas kertas, bisa dikatakan hanya sebatas jual beli. Dia tidak mungkin menuntut apapun.

"Apa kamu paham?" Tanya Sintia.

Wulan mengangguk, "Terima kasih atas petunjuknya, Nyonya. Ke depannya saya akan berusaha dengan baik dan tidak akan mengecewakan."

Wulan tersenyum, walaupun harus berpura-pura, lalu meraih pena yang juga tergeletak di atas meja. Dia menandatangani surat itu.

Wanita di depannya itu terlihat tersenyum puas. Di matanya saat ini, Wulan benar-benar seperti gambaran orang tuanya, penurut dan cenderung bodoh.

"Bawa dia ke kamarnya Ang, sore ini juga kita akan menikahkan mereka." Ucap Abraham.

Hah?! Wulan terkejut.

'Bukankah, harusnya besok? Apa tidak perlu persiapan apapun jika orang kaya menikah?' batin Wulan.

Sementara Wulan telah berada di kamarnya, Sekretaris Ang melangkah memasuki kamar Saka. Pria itu mendekati Tuan mudanya.

"Tuan muda."

"...." Saka menatapnya, dengan posisi duduk bersandar di tepi ranjang besarnya.

"Apa anda sudah siap dengan pernikahan ini?" Tanya sekretaris Ang. Setelah diam sejenak, Ang kembali berkata, "Tuan, anda tidak perlu cemas. Sesuai yang anda inginkan, saya sudah mengarahkan tuan Abraham untuk mengambil gadis itu. Gadis itu bernama Wulan, dia tidak akan mengecewakanmu."

Sementara Saka hanya tersenyum tipis.

Melihat respons kecil di wajah tuannya, Ang kembali berkata, "Gadis yang malang, polos, tapi penuh ketulusan. Anda akan aman jika bersamanya. Dan Tuan Abraham kali ini telah menggali kuburannya sendiri. Bersiaplah, Tuan."

Setelah itu, Sekretaris Ang melangkah, meninggalkan sang tuan muda yang hanya diam saja.

Semua orang tau, Saka bukan hanya lumpuh, tapi juga bisu. Hampir semua saraf di tubuhnya rusak.

Mayat hidup, julukan yang pantas untuk Tuan Muda pewaris tunggal Keluarga Brahmana itu, tapi... tidak untuk sekretaris Ang, orang yang begitu setia pada keluarga ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 149.

    "Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 148.

    Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 147

    Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 146.

    Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 145.

    "Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 144.

    "Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 143.

    Sekretaris Ang mengangguk, merasa menghangat hatinya. Jika dulu ia sempat berpikir jika keluarga Harmoko adalah keluarga yang tidak baik, dan diakui sekretaris Ang jika ia sempat membenci keluarga ini. Namun setelah Yuri membawanya masuk ke keluarga ini, ternyata berbeda dengan dugaannya.Sebenarnya keluarga ini bisa menjadi keluarga yang hangat. Mungkin begitu lah manusia, saat melakukan kesalahan dan mau menyadarinya, maka kebaikan kebaikan akan menyapanya dan semakin meningkat untuk menyertainya."Baiklah, Tuan Gani. Saya juga minta maaf, jika tidak bisa mengadakan pesta besar untuk pernikahan Putri kalian. Tapi saya berjanji, jika waktu sudah mengijinkan nanti, maka kita akan mengadakan pesta yang meriah." ucap sekretaris Ang."Bukankah kemarin kita sudah sepakat? Jadi jangan dijadikan beban. Yang penting kalian Sah dulu. Dan yang terpenting adalah, harus bahagia." sahut Gani Harmoko.Sekretaris Ang mengangguk, lalu menoleh pada Yuri."Kau tidak apa-apa kan, Sayang..?" sekretaris

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 142.

    Sementara sekretaris Ang tersenyum puas sudah membuat Si Sam itu patah harapan. Ia merasa menang , lalu Segera mengajak Yuri kembali ke mobil setelah mereka menyelesaikan makan nya.Sekretaris Ang melajukan kembali mobilnya. Kali ini Yuri merasa bingung ketika sekretaris Ang berhenti di depan sebuah Rumah yang ternyata kediaman orang tua nya.Lalu Yuri menoleh pada sekretaris Ang saat mereka sudah berada di depan pintu."Kakak??""Aku sengaja mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu sebelum mereka menjemput mu.""Kakak? Apa maksudnya??" Entah kenapa, mendengar ucapan Sekretaris Ang Yuri begitu terkejut. Pikiran nya sudah berburuk sangka saja."Kamu harus tinggal bersama mereka." sahut sekretaris Ang."Kakak??" wajah Yuri seketika pucat."Kita tidak akan bertemu untuk beberapa hari kedepan. Kau bisa menungguku kan? Sampai di hari pernikahan kita? Kita akan menikah di rumah orang tuamu ini."Mendadak Yuri menubruk sekretaris Ang. Memeluknya dengan erat."Kau menakutiku Kak?? Ku pikir kau

  • Gadis Bodoh Untuk Tuan Muda Cacat    Bab 141.

    "Kak Samuel! " Yuri menutup mulutnya sambil menoleh ke arah sekretaris Ang yang sedang berbicara pada seorang pelayan."Yuri, kenapa kaget sekali? Apa kau bersama Tuan sekretaris dingin itu di sini?" tanya Samuel, sambil celingukan."Tentu saja kak Sam, dia kan calon suamiku. Jelas saja dimanapun ada aku pasti ada dia juga. Cepat pergi dari sini kak Sam . Jika tidak , kau tidak akan selamat kali ini." sahut Yuri mendorong tubuh Samuel agar cepat cepat pergi dari sana.Samuel yang tadinya mengira jika Yuri datang sendiri tidak bersama Sekretaris Ang pun segera mengangguk."Eh iya. Aku pergi ya?" Samuel takut juga rupanya.Tapi baru saja Samuel memutar tubuhnya, sebuah tangan kekar menangkap bahunya.Samuel menoleh, "Tuan Sekretaris! Maafkan saya. Saya, saya tidak sengaja bertemu dengan Yuri di sini. Sungguh, saya tidak bermaksud mengganggu nya." dengan wajah pias ketika melihat wajah penuh wibawa itu sudah menatapnya. Begitu juga dengan Yuri yang sama piasnya.Siapa sangka sekretaris A

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status