"Bagaimana, Van? Kau puas?"Pria dengan setelan tuxedo mahal itu menyeringai tipis. Mata abu-abunya bergerak meneliti senapan laras panjang yang berada dalam genggamannya. Ia menyisir rambut hitamnya, kemudian seringainya melebar."Ini benar-benar sesuai dengan seleraku," ucapnya dengan suara bariton yang dalam. Van Dominguez meletakkan senapan itu kembali ke kotak kayu dan menatap rekannya. "Fabrizio, sekarang kau sudah ahli dalam memilih senapan. Itu peningkatan yang bagus."Fabrizio menyeringai bahagia. Pria berusia 20 tahun itu terlihat bangga dengan dirinya sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa membuat Van memujinya. "Terima kasih, aku mendapatkannya dengan susah payah di pasar gelap."Sejak kerja sama keduanya, Fabrizio telah belajar banyak hal dari seorang Van Dominguez. Ia mengagumi pria itu dan sekarang mengajaknya untuk meruntuhkan Serpenquila. Suatu kebetulan tak terduga karena Van juga memiliki dendam pada Martinez Linford.Setelah kematian ayahnya, Fabrizio telah
Damian membolak-balik beberapa berkas di atas meja, memastikan semuanya telah memiliki stempel resmi. Seluruh berkas itu merupakan surat pengurusan pembebasan perbudakan Bella.Damian telah mengumpulkan segala hal yang dibutuhkan, dan jika tidak ada kendala, sidang bisa dilakukan. Paling lambat tiga minggu lagi, atau paling cepat seminggu. Damian telah memberitahu Bella untuk bersiap dan gadis itu hampir tidak bisa tidur nyenyak setiap malam.Bella merasa gelisah dan Damian menyesal telah melakukannya. Ia tidak berpikir lebih jauh, mengira bahwa Bella akan langsung merasa senang.Setelah bertahun-tahun menjadi budak dan hidup dalam siksaan, kebebasan adalah konsep yang asing di mata Bella. Bahkan sekarang, dia masih tidak bisa keluar sendirian dari area rumah tanpa ditemani.Damian membereskan berkas-berkasnya dan melirik jam, sudah lewat tengah malam. Bella mungkin sudah tidur. Dia minum obat sakit kepala setelah makan malam, jadi Damian kira efek obat itu akan membuatnya mengantuk.S
"Aku yakin itu Van Dominguez, Ayah.""Yah, itu sangat masuk akal." Martinez menatap berkas di tangannya dengan tatapan penuh penilaian. Ia telah berdiskusi dengan Andrius mengenai penyerangan yang terjadi pada Damian. Semua itu adalah ulah dari Fabrizio—anak musuh lamanya yang kini membangun kembali organisasi terkutuk itu."Jika kau sudah yakin dengan hal itu, maka kita perlu menyelidiki lebih jauh. Valeriy bilang dia adalah ketua organisasi baru, dan di sisi lain kita masih mencari siapa rekan Fabrizio," kata Martinez."Apa mungkin rekan Fabrizio adalah Van?" tanya Damian. Ia belum sepenuhnya yakin dengan hal itu, tetapi hanya ada satu organisasi baru yang kini menjadi perbincangan para mafia."Jika itu benar, maka Fabrizio dan Van pasti telah merencanakan sesuatu yang besar. Serpenquila masuk dalam daftar mereka, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari itu.""Aku setuju dengan Ayah," ucap Damian. "Ini memang baru asumsi, tapi aku yakin 80 persen bahwa Van adalah mafia berpengalama
"Dia... dia orang yang menjualku ke Nyonya Poppy untuk dilelang."Bella meremat tangannya dan menatap Damian, sadar bahwa ia tidak pernah menceritakan kejadian itu. Damian mengira bahwa Nyonya Deborah sendiri yang menjual Bella ke tempat pelelangan, sebab Nyonya Poppy adalah rekannya.Saat itu, Bella masih terguncang dan memilih untuk diam. Kemudian lambat laun saat ia mulai terbiasa dengan mansion, ia tidak pernah lagi memikirkan penculikan itu. Tetapi melihat foto yang terpampang, kejadian saat ia kabur dari rumah Tuan Hugo kembali terngiang."Apa?" Damian hampir tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. Ia menarik Bella untuk duduk di atas satu pahanya---menatap gadis itu lekat-lekat dengan tatapan khawatir. "Menjualmu ke pelelangan? Kau tidak menceritakan ini, Sayang. Aku pikir Deborah... tolong ceritakan dari awal padaku."Bella menunduk dan ragu-ragu bicara, "Ya... saat itu---ada pesta dan terjadi kebakaran besar di rumah Tuan Hugo. Para budak mengajakku untuk kabur, tapi a
Damian memalingkan wajah secara perlahan, tidak ingin keterkejutannya menarik perhatian Van.Ia tidak menyangka bahwa Van akan datang dengan pakaian kumuh layaknya gelandangan, sehingga Damian tidak langsung mengenalinya. Tetapi melihat wajahnya sekarang, pria itu rupanya tidak banyak berubah. Hanya kerutan halus di sekitar matanya, juga janggut tipis di rahangnya. Damian tidak berniat untuk memata-matainya sepanjang malam. Jika Van memang telah berpengalaman, maka dia akan menyadari gerak-gerik Damian. Ia hanya akan menunggu sampai Fabrizio datang untuk memastikan segalanya.Jika mereka berdua memang bekerja sama, maka Fabrizio akan datang malam ini juga.Andrius telah memberikan informasi baru mengenai sosok Fabrizio. Dia masih muda dan memiliki rambut cokelat yang agak ikal, bentuk wajahnya khas kebangsaan Italisa—garis wajah tajam, mata gelap, dan kulit pucat. Dia juga memiliki luka memanjang di tengkuknya."Dhruv, ayo pindah." Damian meraih minumannya yang baru tiba dan mengisya
"Sial!"Damian mengumpat keras dan memukul kap mobil. Ia dan Dhruv harus kehilangan jejak Ymar karena sebuah truk sampah besar yang lewat."Ck, gagal lagi!"Kenapa selalu seperti ini?Setiap kali Damian memiliki kesempatan, ada saja penghalang yang muncul. Padahal jika ia bisa menangkap Ymar, maka ia juga akan dapat informasi mengenai organisasi baru Fabrizio dan Van.Damian menghela napas frustrasi dan memijat sisi kepalanya. Di sampingnya, Dhruv hanya bisa diam—menunggu sampai amarah Damian mereda.Kristal es terus berjatuhan. Kepala dan pundak Damian terasa membeku, tetapi ia masih enggan beranjak dari tempatnya. Ditatapnya ujung jalan tempat menghilangnya Ymar, dan ia kembali membuang napas kasar.Damian baru beranjak dari tempatnya saat Dhruv memanggil, mengingatkan Damian bahwa Bella berada di rumah sendirian. Bella mungkin sudah tidur sesuai dengan permintaan Damian yang akan pulang larut, tetapi tetap saja ia merasa khawatir."Ayo kembali, Dhruv. Setidaknya kita sudah dapat in
"Baiklah, mari kita mulai rapatnya."Damian mengeluarkan seluruh berkas yang diperlukan, kemudian menatap seluruh anggota senior yang hadir dalam ruangan itu. Untuk sesaat, tatapannya bersirobok dengan Massimo yang duduk di kursi paling ujung. Hanya beberapa detik sebelum pria itu memalingkan wajahnya.Entah sampai kapan rasa kesalnya itu bertahan. Damian tidak ambil pusing karena tahu Massimo sangat setia dengan organisasi.Sama halnya dengan anggota lain, setiap kali mereka menunjukkan ketidaksukaannya pada Damian, Damian memilih untuk tak acuh. Selama mereka tidak merugikan organisasi, maka ia akan menganggap kebencian mereka sebagai angin lalu."Pembahasan awal adalah kerja sama Van Dominguez dan Fabrizio Alessio," mulai Damian. "Mereka adalah ketua baru organisasi Italisa itu. Ya, dua ketua dalam satu organisasi," tambahnya saat melihat kerutan di wajah para anggota.Terdengar dengungan ketika mereka membaca berkas yang telah dilipatgandakan."Organisasi itu memang baru dibangun,
"Seharusnya aku lebih berhati-hati." Keringat dingin membasahi sekujur tubuh perempuan bergaun lusuh yang duduk bersimpuh di lantai. Pandangannya terus tertuju pada kaca jendela yang memantulkan ekspresi ketakutan di wajahnya. Sayup-sayup, suara langkah kaki terdengar dari lorong di belakangnya, bersama lecutan cambuk yang mengerikan. Bella memejamkan mata rapat-rapat, jantungnya berderu tidak terkendali. Kilasan ketika Daisy—budak yang seumuran dengannya—dihukum, melintas begitu saja. 'Tolong! Saya mohon, Tuan! Jangan bunuh saya! Saya mohon!' 'Diam kau pencuri!' Tuan Hugo langsung membunuh gadis itu tanpa rasa kasihan sedikit pun. Darah yang menggenang ... daging yang berceceran ... teriakan penuh kesakitan ... Bella tidak akan pernah bisa melupakan kejadian malam itu. Sejujurnya, ia tidak ingin mengalami hal yang sama. Tetapi, kesalahannya memecahkan salah satu piring tidak bisa dimaafkan. Tuan Hugo dan istrinya—Nyonya Deborah—sangat benci dengan budak yang ceroboh. Padahal B