Share

7.

last update Huling Na-update: 2021-09-11 19:21:55

Hukum sebab akibat akan selalu ada. Entah perbuatan baik atau buruk suatu saat nanti kita pasti menerima balasannya.

Sepekan setelah Ayah pulang tanpa Ibu, hari-hariku lebih merasa tenang dan damai. Begitupun dengan Ayah, ia terlihat lebih santai dalam menikmati hidup. Semoga saja hati Ayah benar-benar diliputi kebahagian.

"Yah, lagi apa?." tanyaku, aku langsung duduk disamping Ayah.

"Ehh. . .kamu San, nggak ngapa-ngapain sih Ayah." jawab Ayah tampak terkejut.

"Ayah sedang mikirin Ibu ya?." tanyaku hati-hati.

"Bukan sayang, Ayah malah lagi mencoba untuk melupakan beliau, meski bagaimana pun ia pernah menemani Ayah bertahun-tahun." tutur Ayah padaku.

Benar juga apa yang dikatakan oleh Ayah. Sejahat apapun Ibu ia juga telah menemaniku sejak kecil, tapi jika mengingat perlakuan buruknya padaku membuat hati ini bersedih.

"Yah, aku udah memutuskan lebih baik nggak melanjutkan sekolah dulu aja, sehabis lulus nanti Sandra berencana bekerja dulu buat ngumpulin duit." ucapku hati-hati.

"Nak, tugasmu itu hanya belajar. . .tak usahlah kamu memikirkan soal biaya dan segala macamnya, ada Ayah yang berada disampingmu." jelas Ayah menenangkanku.

"Bu-bukan begitu maksud Sandra Yah, kuliah itu membutuhkan uang yang tidak sedikit, buat makan saja kita sudah Alhamdulillah." sahutku kemudian.

Mendengar ucapanku, Ayah hanya terdiam cukup lama. Mungkin ia memikirkan ucapanku barusan. Aku sungguh tak ingin menjadi beban untuk Ayah pagi, apalagi diusianya yang sudah semakin tua.

"Ma-maafkan Sandara Yah. . . bu-bukan maksudku meremehkan Ayah." ucapku tergagap.

"Udah nggak pa-pa Nak, kamu benar kuliah memang memerlukan uang yang tak sedikit dan Ayah menyadari mungkin tak akan mampu memenuhi semua itu, tapi Ayah akan selalu berusaha melakukan yang terbaik." tutur Ayah parau.

"Makasih Yah, setelah kelulusan nanti aku berencana mengikuti Andin merantau ke kota, disana sudah ada Kakaknya pasti lebih berpengalaman kan." jelasku pada Ayah.

"Lantas disana kamu bakal kerja apa Nak, hidup dikota itu tidaklah mudah harus bisa membawa dan menjaga diri dengan baik." tutur Ayah menasehatiku.

"Disana aku bakal kerja ditempat kakaknya Andin juga kok Yah, Ayah do'akan saja supaya semua diberi kemudahan." pintaku padanya.

"Tentu saja Nak, tanpa kamu mintapun Ayah sudah pasti mendo'akanmu." balas Ayah padaku.

Kami berdua terdiam beberapa saat, sibuk dengan pikiran masing-masing. Beruntungnya dirumah ini tinggal aku dan Ayah, kemarin Indah menyusul ibunya ke rumah Nenek. Baru terasa kesunyian tanpa omelan ibu dan adik-adik tiriku itu.

"Emm Yah, kalau aku berangkat ke kota, terus Ayah gimana?." tanyaku bimbang.

"Jangan kamu risaukan soal itu Nak, kan banyak tetangga dekat. . . kita semua juga hidup rukun apa lagi yang perlu kau risaukan." tutur Ayah menenangkanku.

"Yah udah deh Yah, Sandra masuk kamar dulu mau belajar, lusa udah ujian kelulusan soalnya." tukasku kemudian.

"Iya sayang, belajar yang rajin ya Nak soal kerjaan rumah tak perlu kamu pikirkan. . . Ayah juga bisa kok ngerjain." pungkas Ayah.

Aku hanya tersenyum dan bergegas masuk kembali ke kamar. Disana tumpukan buku sudah menanti untuk segera kujamah. Berdebar itulah yang kurasakan kini, mengingat aku salah satu murid yang berprestasi namun tak bisa langsung melanjutkan study.

Hampir pukul 22.00 aku masih saja berkutat dengan aneka buku. Kebiasaanku sejak sekolah dasar, jika sudah membuka buku bakal lupa akan waktu. 

Tok. . .

Tokk. . .

Terdengar ketukan pintu kamarku. Mungkinkah itu Ayah, tak bisanya ia menemuiku malam-malam seperti ini. Aku bergegas melangkahkan kaki ini menuju daun pintu.

"Ayah, ada apa?." tanyaku sesaat setelah membuka pintu.

"Udah malam Nak kamu buruan tidur, belajarnya dilanjut besok lagi!." pinta Ayah padaku.

"I-iya Yah, ini aku juga mau istirahat kok". Jawabku kemudian.

"Ya udah beneran ya langsung tidur, kesehatanmu juga perlu kamu jaga!." tukas Ayah.

"I-iya Yah, selamat tidur Yah." pungkasku.

Ayah hanya tersenyum dan bergegas meninggalkanku. Semoga saja ia telah terbiasa tidur seorang diri tanpa kehadiran ibu tiriku lagi.

Selepas kepergian Ayah, aku bergegas membersihkan diri dan melangkah menuju ranjang sederhanaku, ranjang tua peninggalan Nenek kala itu. Perlahan tapi pasti mata ini akhirnya langsung terpejam menuju ke alam mimpi.

**

Pagi harinya aku bisa terbangun dengan keadaan bugar dan siap beraktifitas kembali. Segera aku menuju dapur dan menyiapkan menu sarapan untuk Ayah berangkat kerja.

Sedikit sisa nasi semalam, aku berencana mengolahnya menjadi nasi goreng sederhana. Ini merupakan menu andalanku dikala masih ada ibu dulu, sebab menu ini terbilang cukup sederhana dan mudah dibuat.

Tok. . .

Tokkk. . .

Terdengar ketukan pintu depan. Rasa penasaran membuatku bergegas kedepan untuk membuaka pintu, kutinggalkan begitu saja bumbu dapur yang belum sempat aku racik.

Kriettt. . . 

"Assalamualaikum," sapa Mbak Dwi.

"Waalaikumsalam, eh Mbak Dwi tumben kesini, ada apa Mbak?," tanyaku penasaran.

"Ini San, ada sedikit makanan buat sarapan," ucapnya, ia menyerahkan satu rantang penug makanan, dari aromanya aku tau ini pasti masakan gulai.

"Wah makasih Mbak, repot-repot segala. . . emang ada acara apa ya Mbak?," tanyaku penasaran.

"Enggak ada acara apa-apa sih San, cuma banyak ayam dirumah jadi Bapak meminta sebagian untuk disembelih." jawabnya antusias.

"Sampaikan ucapan terimakasihku pada Bapakmu ya Mbak, setiap saat ada aja yang diberikan pada kami." ucapku kemudian.

"Iya sama-sama San, ya udah aku pamit dulu ya." pungkasnya kemudian.

Aku mengiringi kepulangan Mbak Dwi sampai ke ujung teras samping. Dari dulu memang keluarganya selalu baik kepada kami, alasan mereka jika aku bertanya semua itu karna kebaikan Nenekku dulu.

Selepas kepergiannya, aku kembali masuk kedalam. Kulangkahkan kaki ini menuju dapur, segera kubuka rantang pemberian tetanggaku tadi. Ternyata isinya sangat lengkap dari nasi, gulai ayam, tahu dan tempe goreng, hingga krupuk dan sambal sebagai pelengkapnya.

Tap. . .

Tapp. . .

Terdengar suara langkah kaki Ayah. Sepertinya ia akan menuju kedapur ini. Aku bergegas menyiapakan perlengkapan makan.

"Yah, yuk kita sarapan!," ucapku padanya.

"Kamu jam segini udah masak menu lengkap sekali Nak." jawab Ayah terkejut.

"Ini bukan aku yang masak kok, ini tadi pemberian Mbak Dwi, mari kita makan Yah!," pintaku padanya.

Aku bergegas menata semua makanan diatas meja. Tak lupa juga peralatan makan dan juga minuman hangat untuk Ayah.

Kulihat Ayah bergegas menarik salah satu kursi makan sederhana. Aku segera menuangkan teh hangat untuknya. Dengan senyum mengembang, ia menerima gelas pemberianku.

"Dimakan Yah, segini nasinya lagi?," tanyaku memastikan.

"Cukup Nak, nanti kalau kurang Ayah ambil lagi," jawabnya kemudian. Ia bergegas menikmati makanan yang berada dipiringnya itu.

Begitupun denganku, aku begitu menikmati gulai ayam ini. Menu yang sangat jarang bisa aku nikmati sebelumnya. Apalagi Mbak Dwi terkenal jago dalam mengolah makanan apapun.

"Nak, buruan dimakan!, kok malah melamun sih." ucap Ayah membuyarkan lamunanku.

"I-iya Yah, ini aku juga makan kok, Alhamdulillah ya pagi ini kita bisa sarapan enak." jawabku kemudian.

"Iya ya Nak, dulu waktu ada ibumu jarang sekali kamu jam segini bisa makan" sahut Ayah.

"Sudahlah Yah, yuk habiskan makannya!." pungkasku kemudian. Kulihat Ayah kembali menikmati sajian diatas piringnya.

Aku tak ingin Ayah kembali mengingat ibu. Bisa-bisa kembali bersedih dan tak bisa melupakan kenangan soal ibu.

Mengingat ibu, apa kabarnya beliau. Rasanya diri ini rindu akan omelan dan kemarahannya. Berpisah dengan Ayah pasti membuatnya kecewa, apalagi ia harus mengurus kedua anaknya yang sangat manja. Apakah ia bisa berubah?, dan menyesali perbuatannya selama ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 22. Akhir yang Kunantikan

    22. Akhir yang Dinantikan"Sayang,, bangun. Udah pagi ini!," ucap Mas Bayu, ia menguncang pelan tubuh polosku yang masih tertutup selimut rapat."Emmm, Mas. Apa sih, baru juga jam berapa ini?, ada apa sayang?," ucapku cukup terkejut, tentu saja dengan suara khas orang bangun tidur."Kita berangkat kekampung dimana kamu dulu berasal yuk, semua berkas sudah diurus orang-orang kepercayaanku," papar Mas Bayu."Sayang, maksudnya apaan sih. Aku enggak ngerti," ucapku santai."Kita nikah resmi dikampungmu, aku kan juga butuh restu mertuaku disana, dan sekarang waktunya telah tiba. Tak ada yang perlu ditutupi lagi," ucapnya mengejutkanku.Benar juga apa yang ia katakan, sudah cukup lama aku menunggu waktu ini tiba. Bertemu Ayah, itu juga menjadi satu hal yang selaslu kunantikan.Satu h

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 21. Ketok Palu

    21. Ketok Palu"Sayang, jam segini udah rapi banget. Mau kemana?," tanyaku pada Mas Bayu."Hari ini ada sidang putusan cerai sayangku, do'akan ya. Semua lancar dan pastinya kita bakal bebas tanpa gangguan dari mereka," papar Mas Bayu."Tentu sayang, habis masalah ini selesai. Jangan lupa kamu resmikan hubungan kita, baru deh aku kasih keturunan buatmu," pintaku Padanya. Aku tak ingin ambil resiko, hamil sementara hubunganku dengannya belum resmi oleh negara, kasihan juga dengan anak keturunanku kelak."Tentu saja sayangku, aku juga udah enggak sabar untuk menghamilimu," godanya tepat ditelingaku."Udah deh sayang, buruan sana berangkat. Semoga saja hari ini masalah udah beres semua." Pungkasku mengakhiri obrolan.Udah enggak sabar nih hati, bentar lagi aku bakal resmi jadi nyonyah Bayu yang sesungguhnya.

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 20. Tak Selamanya Mulus

    20. Tak Selamanya Berjalan MulusSaat ponsel kuhidupkan, banyak sekali notif masuk dari Bu Maya dan juga Meisya, Ada apa lagi mereka menghubungiku?.Kubuka satu persatu pesan beruntun dari Ibu dan anak itu. Selain pesan singkat, ada juga beberapa panggilan tak terjawab dari keduanya.Ting.[Sandra,, tolong aku Sand. Aku enggak tau bakal tinggal dimana lagi. Rumah mewah ini harus segera kami tinggalkan]. Pesan dari Meisya membuatku begitu terkejut.Ting[Sand,, tolongin Ibu Sand. Ibu dan Bapak memilik untuk berpisah, dan rumah ini bakal jadi bagian Pak Bayu]. Pesan dari Bu Maya.[Sandra, angkat telfon dariku]. Pesannya lagi.[Sandra,, kenapa telfonmu enggak aktif sih?]. Satu lagi pesan kubaca dari Bu Maya.Dan masih banyak pesan masuk lagi dari keduanya

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 19. Meleleh Dibuatnya

    19. Meleleh DibuatnyaRiasan natural dan sedikit polesan lipstik bernuansa nude kupilih untuk menghiasi paras manisku. Penuh tanya dalam kepala ini dengan maksud Mas Bayu menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputku."Mas,, kita bakal kemana?," tanyaku pada orang suruhan Mas Bayu."Nona nanti juga bakalan tau kok,, ini perintah dari Tuan Bayu," jawabnya dengan senyum mengembang.Mobil sport keluaran terbaru itu terus melaju, hingga pada akhirnya berbelok kearah Salon ternama dikota ini. Hati ini diliputi tanda tanya besar saat pria itu mengajakku turun dan masuk kedalam salon."Selamat datang disalon kami, selamat menikmati perawatan," sapa terapis salon tepat saat kami sampai didepan pintu."Dengan senang hati Mbak, tolong mix and mach nona ini secantik mungkin, dan pakekan gaun putih termahal yang

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 18. Isi Hati Anak tiri

    18. Isi Hati Anak TiriPertengkaran antara Mas Bayu dengan istrinya tentu saja menjadi berita bagus untukku. Dengan ini kesempatanku untuk menjadi wanita satu-satunya Mas bayu semakin terbuka lebar.Soal Meisya, aku tak mau ambil pusing. Meisya juga bukan anak kandung Mas Bayu, tentu saja bukan menjadi masalah denganya. Mamanya sendiri juga yang memilih pisah dengan kekasihku."Aduhh,, Mas Bayu. Kamu memang dambaanku banget. Dan sebentar lagi aku bakal jadi permaisuri dihidupmu," ucapku pada diri sendiri.Dari pada aku disini kesepian lebih baik aku jalan ke Mall deket sini, lumayan juga bisa sekalian cuci mata. Selain tampan kamu memang lelaki yang royal Mas Bayu.Drett. . .Drettt. . . DretttttttPonselku terus bergetar saat ada panggilan masuk disana. Nama Meisya kembali mengangguku, mau apa lagi anak haram itu. Anak yang lahir tanpa diharapkan.

  • Gadis Manis Simpanan CeoΒ Β Β 17. Kegundahan Istri Kekasihku

    17. Gundahnya Istri kekasihku πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’Kutulis pesan singkat pada Mas Bayu sebelum bersiap untuk menuju kafe Unknow. Tentu saja, kekasihku itu mengijinkan aku untuk bertemu dengan istrinya. Sembari menuju keluar, kupesan ojek online untuk mengantarku ketempat tujuan. Antara penasaran dan sedikit rasa takut menyatu dan mengantarkanku menuju cafe. Sesampainya dilokasi ternyata Bu Maya belum kelihatan juga. Sengaja kupilih duduk disudut ruangan, agar terasa lebih santai dan bisa melihat pemandangan seisi cafe. "Sandra," teriak Bu Maya, ia berjalan menuju kearahku. "Eh Bu,,, baru sampai ya. Mau pesan apa, biar aku yang tlaktir deh sesekali" ucapku basa-basi. "Iya nih,,, tapi enggak usah deh Sand. Masa iya aku minta traktir sama kamu, enggak kebalik tuh," candanya padaku. Kami berdua memilih menu makanan dan minuman yang sama.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status