Share

002 – MASA LALU BELUM USAI

Rumah petakan dua kamar dengan satu dapur. Disinilah kini Alanis tinggal bersama Ibunya. Alanis sedang membuka  handphone lamanya yang ternyata masih disimpan oleh ibunya. Walaupun ketinggalan jaman tapi lumayanlah masih bisa dipakai.

Alanis mulai harus membiasakan hidup susah saat ini, berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu sebelum masuk penjara.

“Halo, Farah. Apa kabar?”

Alanis menelepon teman baiknya untuk mengabarkan dia sudah bebas sekalian untuk menanyakan lowongan pekerjaan. Alanis sangat butuh, selain untuk membantu Ibunya membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, baru bebas penjara saja  Alanis juga sudah punya hutang yang harus dibayar kepada si lelaki misterius yang sudah membayarkan biaya rumah sakit ibunya.

“Maaf yaa Alanis,”

Namun jawaban dari temannya itu sungguh menyedihkan. Tidak ada! Tidak hanya satu teman, beberapa teman yang lain juga begitu. Alasan mereka kompak bahwa perusahaan tempat merek bekerja tidak menerima lulusan SMA.

Kuliah Alanis terhenti saat dia masuk penjara dan kini dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan tidak mungkin Alanis berharap untuk bisa kuliah lagi.  

“Status gue sekarang pasti jadi masalah buat mereka,” keluh sendu Alanis.

Gadis malang itu pun sadar diri, narapidana seperti dia memang akan menjadi aib bagi siapapun yang berteman dengannya.

Alanis menemukan sebuah iklan lowongan pekerjaan di media sosial. Kriterianya cukup pas dengan Alanis, perempuan di bawah 30 tahun dan menerima lulusan SMA.

“Apa mau terima mantan napi kayak gue?” tanya ragu Alanis dalam hatinya. Karena sangat membutuhkan pekerjaan Alanis pun memutuskan untuk menyembunyikan statusnya tersebut.

Alanis scrool lagi ke bawah untuk mencari alamat kantor pengiklan lowongan kerja itu. Dia terkejut melihat jenis perusahaan yang beriklan tersebut.

     “PINK SHOP. MENYEDIAKAN BERBAGAI JENIS PAKAIAN DALAM WANITA. PREMIUM COLLECTION DAN PALING UPDATE SEINDONESIA.”

Alanis tersenyum geli membacanya.

     “Yang penting dapet kerja!” ucap semangat Alanis meyakinkan dirinya.

**

SELAMAT DATANG DI PINK SHOP.

Pemandangan yang mencerahkan mata lelaki dihadirkan begitu memasuki toko yang satu ini. Berbagai koleksi pakaian dalam wanita terpajang disana. Mulai dari yang standard sampai model super hot.

     Pengunjung yang datang tentu saja kebanyakan kaum wanita. Jika ada lelaki yang datang kesini, bisa dipastikan mereka langsung jadi sorotan pengunjung lain.

Alanis tiba di pink shop untuk melamar pekerjaan. Dia agak malu sendiri, merasa geli dalam hatinya melihat suasana toko. Namun tetap tersirat  penyesalan dalam diri Alanis  membandingkan kondisinya dulu dengan sekarang.

     “Dulu gue pembeli barang-barang kayak gini, tapi sekarang,” tulis Alanis dalam hatinya.

Seorang karyawan toko mengantarkan Alanis untuk menemui pemilik toko yang sedang berada di gudang.

Karyawan menghampiri sang pemilik yang sedang mengecek stok barang. Alanis masih sebatas melihat punggung sang pemilik dan sebagian tangan lelaki itu yang dengan jari-jari lenturnya sedang mengelus sebuah celana dalam wanita model G-string untuk memeriksa kondisinya.

Setelah diberitahu karyawan, sang pemilik menunda pekerjaannya karena ingin segera meng-interview calon karyawan barunya. Saat Sang pemilik berbalik dan bertemu muka dengan Alanis, keduanya saling terkejut.

     “Kamu?” kata si pemilik.

     “Mas TT!” sambar Alanis.

Alanis benar-benar tak menyangka kalau lelaki misterius yang menolongnya adalah bos toko pakaian dalam wanita.

     “Ganteng, baik hati tapi bos pakaian dalam wanita? Kira-kira genit nggak ya?”

Alanis membuang semua prasangka-prasangka terhadap calon bosnya. POSITVE THINKING!

TT dan Alanis kini tiba di ruangan sang bos Pink Shop, mereka duduk berhadapan berbatas meja kerja. Alanis memberikan surat lamaran kerjanya kepada TT.

     “Nggak perlu! Tapi kamu harus janji jika mau kerja disini, JUJUR!” tegas TT pada Alanis.

Pikiran Alanis sepersekian detik melayang tentang sebuah kebohongan yang dia rahasiakan. Statusnya sebagai mantan narapidana.

     “Status gue termasuk jujur yang dia minta nggak ya?” batin Alanis bertanya-tanya.

     “Nggak dijawab? Sanggup nggak? Kalau enggak sanggup, saya cari pelamar lain!” tegas TT.

     “Sanggup Mas!” jawab spontan Alanis tanpa pikir-pikir lagi.

     “Oke! Besok kamu mulai kerja. Satu lagi, jangan panggil saya mas. Panggil pak TT! Samain dengan karyawan lain!” kata TT dengan raut wajah yang sangat serius.

     Alanis pun mengangguk isyarat menyanggupi syarat yang diminta oleh TT.

     “Oh iya mas eh pak TT, soal hutang saya bagaimana?” tanya Alanis yang tampak masih agak geli dengan panggilan TT.

     “Hutang itu urusan pribadi. Bayar kalau kamu uang kamu sudah cukup!” tegas TT.

Alanis mengangguk lagi untuk menyanggupi. Lagi dia dibuat kagum dengan kejelasan dan ketegasan sikap TT.

Satu lagi tambahan list sifat TT yang Alanis simpan di memori otaknya sejak dia bertemu pertama kali dengan TT.

     “Ganteng, ketus, penolong, baik hati dan tegas!” tulis Alanis dalam hatinya.

Alanis pamit mau pulang kepada TT. Saat dia melangkah keluar, tak sengaja tatapannya melihat sebuah piagam penghargaan yang terpajang di dinding ruangan. Di piagam itu tertera nama lengkap TT yaitu TUBAGUS TRESNO.

Nama asli TT seketika mengingatkan dia ke salah satu korban meninggal yang dia tabrak saat peristiwa kecelakaan empat tahun lalu, ADAM TRESNO. Sejenak ekspresi wajah Alanis menegang. Namun segera dia membuang jauh pikiran tersebut.

     “Nggak mungkin! Nama Tresno ada ribuan di Indonesia!” ucap yakin Alanis dalam hatinya.

Setibanya di rumah sepulang interview kerja di Pink Shop Alanis keheranan saat melihat dua orang berpenampilan rapih sudah ada di rumahnya dan sedang berbincang serius dengan Amartha.

     Ekspresi khawatir terlihat dari wajah Amartha. Berkali-kali Amartha memohon maaf kepada kedua orang tersebut.

     “Ada apa ini, ma?” kata Alanis sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

Alanis langsung merangkul Amartha yang tampak sangat pucat dan lemah. Alanis takut ibunya pingsan lagi seperti sebelumnya.

     “Maaf, mas-mas ini siapa? Ada keperluan apa? Kenapa bikin mama saya jadi kayak gini?” protes Alanis kepada kedua orang pria yang ada di hadapannya.

     “Anda Alanis? Kami diperintahkan untuk membawa anda menemui Pak Tresno Senopati,” kata salah satu pria itu.

JRENG!!! Sontak Alanis terkejut dan tegang mendengar lagi nama yang sangat dikenalnya setelah sekian lama nama itu tak lagi muncul untuk menyapa telinganya.

Anak buah Tresno membawa Alanis menuju mobil yang parkir di depan gang, parkir agak jauh dari rumah Alanis karena jalan tidak bisa dimasuki oleh mobil.

Sampai di depan mobil, tubuh Alanis tiba-tiba gemetar. Nafasnya terasa sesak. Rasa trauma akan kecelakaan tragis membuatnya tak sanggup untuk masuk, apalagi nanti kalau sudah berada di jalan raya. Bayang-bayang masa lalu terus menyiksanya.

“Mas, boleh saya pakai kereta saja? Saya tidak bisa pergi kalau pakai mobil,” pinta Alanis

Kedua anak buah itu berunding dan menghasilkan keputusan untuk menolak permintaan Alanis. Salah satu anak buah malah bersikap kasar, mendorong paksa Alanis masuk ke mobil dan langsung meluncur pergi.

Perjalanan baru di mulai, kondisi Alanis di dalam mobil makin parah. Tubuhnya bergetar makin hebat, sesak nafasnya makin menjadi-jadi.

Setiap melihat mobil yang lewat dari arah berlawanan dia menjerit.

“Awas!”

Setiap dia lihat orang yang akan menyeberang dia juga menjerit panik.

“Awas! Jangan ditabrak!”

Kedua anak buah jadi cemas, berunding tapi tak menemukan jalan keluar dan tetap membawa Alanis meski dalam kondisi seperti itu.

Di lampu merah mobil yang ditumpangi oleh Alanis berhenti bersamaan dengan sebuah motor yang tepat berhenti di samping mobil. Si pengemudi motor yang memakai helm full face iseng menatap sekeliling.

Dan saat dia melihat ke arah mobil, tatapannya terhenti di titik itu karena merasa mengenal sosok gadis yang duduk sendiri di kursi belakang. Si pengemudi membuka kaca helm agar bisa melihat lebih jelas. Terlihatlah sekilas sosok si pengemudi motor itu ternyata adalah TT.

“Alanis?” gumam ragu TT.

“Tapi kenapa dia seperti itu?” ucap TT bertanya-tanya dalam hatinya.

Rasa dalam diri TT tergerak menjadi khawatir melihat dari balik kaca mobil  kondisi Alanis seperti orang yang ketakutan. Sayup-sayup pun terdengar jeritan-jeritan Alanis. TT mengamati orang-orang yang duduk di kursi depan, dia tidak mengenalnya.

TT merasa ada yang tidak beres. Dia mau turun untuk memastikan, namun lampu sudah berubah menjadi hijau. Mobil melaju, TT pun segera tancap gas untuk menyusul.

TT berusaha mendekati mobil yang ditumpangi oleh Alanis. Saat motor TT sudah disamping mobil, TT menunjuk-nunjuk ke arah kaca mobil mengisyaratkan meminta mobil untuk menepi.

“Siapa?” bisik lemah Alanis.

Alanis yang tadinya masih shock karena trauma, teralih fokusnya menjadi rasa penasaran. Siapa dan apa maksud pengendara motor tersebut? Wajah yang tertutup rapat oleh helm fullface membuat Alanis tidak mengetahui bahwa sebenarnya orang dibalik helm itu adalah TT.

Anak buah yang memastikan bahwa mereka tak melakukan kesalahan lalu lintas dan juga yang menyuruh berhenti bukan polisi, mereka memutuskan tidak menggubris permintaan TT. Di satu jalan mobil berbelok dan memasuki jalan tol.

TT seketika menghentikan laju motor tak bisa terus mengejar mobil jika sudah masuk jalan tol.

“Siall!” umpat TT sembari memukul dasbhoard motornya.

Namun secara tak sengaja sebelum mobil jauh meninggalkan motor TT, Alanis sekilas sempat membaca stiker bergambar segitiga merah dan tertulis dua kata yang menempel di helm si pengendara motor.

“Pink Shop?” gumam Alanis

Alanis jadi terpikir, tak ada satupun laki-laki yang bekerja di Pink Shop, kecuali office Boy. Satu-satunya lelaki yang dia lihat ada disana adalah TT, sang pemilik.

“Apa mungkin dia mas TT?” pikir Alanis dalam otaknya.

“Apa dia khawatir sama gue dan ingin menolong gue?” tanya Alanis pada dirinya sendiri.

     Hati Alanis mengirimkan sinyal ke otak untuk memproses respons yang dihasilkannya andai benar pria dibalik helm tersebut adalah TT. Respons itu sebuah rasa!

Meski belum jelas nama dan jenis rasa itu, tapi satu hal yang pasti Alanis makin memikirkan sosok lelaki bernama TT dalam otaknya.

*****

To be continue >>> 003

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Al Vieandra
lucu banget sih, namanya TT
goodnovel comment avatar
Nur Cahaya
Apa hubungannya TT dan Pak Tresno ya?
goodnovel comment avatar
Pena Arsy
banyak sekali yang namanya Tresno...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status