Beranda / Urban / Gadis Misterius / Hukuman bagi para pembangkang

Share

Hukuman bagi para pembangkang

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 23:06:03

***

Ayu kesulitan mencongkel kelapa karena tangannya yang memar, serta banyak bekas luka itu.

"Yu, nanti jam istirahat biar saya obatin luka di tanganmu ya," ucap Dewi dengan tulus.

Ayu hanya menggeleng tanda tidak setuju, namun Dewi tidak pernah menyerah, baginya Ayu adalah seorang teman terbaik, walau Ayu sering mengabaikannya. 

"Danu! Apa kau tidak pernah bekerja sebelumnya? tanya Juragan Tono dengan keras.

"Saya memang baru pertama kalinya melakukan perkerjaan seperti ini Juragan," jawab Aldo jujur.

"Dasar! Sudah miskin, belagu pula! Kerjakan lebih cepat lagi atau gajihmu akan saya potong!" bentak Juragan Tono.

Aldo terlihat kesusahan menjalani pekerjaannya, bagaimana tidak, Aldo seorang CEO, serta pemilik lima sekaligus perusahaan ternama, kini malah menyamar menjadi seorang buruh pencongkel kelapa. 

Juragan Tono berlalu dari hadapan Aldo, kini langkahnya mulai mendekati Ayu.

"Heh, kau juga! Kenapa kerjamu lelet sekali hari ini?" tanya Juragan Tono pada Ayu.

Ayu hanya memadang wajah Juragan Tono dengan datar, tidak bicara sama sekali, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya lagi.

Juragan Tono terlihat sangat kesal, ia menendang hasil congkelan Ayu.

"Dari dulu sampai sekarang pun, kau belum juga kapok, selalu menentang saya! Apa kau mau menyusul kedua orang tuamu yang pecundang itu!" teriak Juragan Tono melampiaskan kekesalannya karena selalu tak didengarkan oleh Ayu.

Wajah Ayu kini memerah, emosi serta dendamnya bangkit ketika mendengar kedua orang tuanya kembali diungkit Juragan Tono.

Ayu berdiri, menatap tajam ke arah Juragan Tono, dengan tangan kanan yang mulai ia genggam, dan tangan kiri yang masih memegang sebuah pencongkel yang cukup tajam, Ayu bagai kerasukan setan, ia menusukkan congkelan tersebut kesebelah mata Juragan Tono.

"Argh ... gadis sialan!" jerit Juragan Tono sambil memegangi sebelah matanya.

Suasana jadi riuh, semua buruh Pabrik terkejut akan aksi Ayu, anak buah Juragan Tono bergegas menghampiri.

Plak!

Sebuah tamparan dari Tole mendarat di pipi sebelah kiri Ayu.

Plak!

Kini pipi kanan Ayu pun mendapat tamparan yang sama, disusul oleh campukan dari Joko dan Dodo, ketiga anak buah Juragan Tono tersebut membabi buta menghajar Ayu.

"Campuk yang keras, jangan dikasih ampun!" Perintah Juragan Tono sambil berlalu dirangkul sang istri.

Ayu tersungkur di lantai, tidak ada teriakan kesakitan, atau pun air mata yang ia keluarkan ... semuanya iba melihat gadis malang itu.

Aldo sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak berontak. Namun, Aldo tidak tega.

"Hentikan, sudah cukup!" teriak Aldo yang coba menahan campukan Dodo.

"Anak baru! Sepertinya kau juga mau mendapatkan hal yang sama seperti gadis sialan ini," ujar Dodo.

"Tidak, Kang!" sahut Aldo yang menunduk seketika.

"Sial, aku bahkan tidak bisa berontak di sini," batin Aldo.

"Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu, jangan ikut campur!" Perintah Joko yang kini membuka suaranya.

Aldo kembali ketempat duduknya semula, sungguh Aldo ingin mengakhiri penyamarannya dan segera memberi pelajaran pada orang-orang sok berkuasa itu, Namun Aldo teringat lagi akan sebuah misi, jadi ia harus tetap bersabar.

Istri Juragan Tono kini datang menghampiri Ayu, di tangannya ada sebuah congkelan yang serupa dengan milik Ayu.

Ia semakin mendekati Ayu dengan wajah yang sangat marah.

"Berani-beraninya kau melukai suami saya! Kau harus merasakan hal yang sama!" bentak Sri istri dari Juragan Tono tersebut.

Ayu yang masih tersungkur lemah di lantai, kini rambut panjangnya ditarik oleh Sri agar segera berdiri. 

"Rasakan ini ...." Sri mengambil ancang-ancang untuk melukai mata Ayu dengan congkelan itu, ia ingin membalaskan hal yang serupa.

"Jangan, Bu Juragan! Ampuni Ayu!" Ucap Dewi sembari menahan tangan Sri.

"Bedebah ...!" Sri mendorong keras tubuh Dewi. "Pasung wanita ini sampai nanti sore, itu adalah hukuman karena sudah berani membela gadis pembangkang ini," ucap Sri dengan penuh amarah.

Dewi pun diseret ke bawah pohon yang rimbun itu, ia mendapat hukuman karena berani membuka suara demi Ayu. 

Sementara Ayu juga diseret ke tempat yang sama, keduanya dipasung di bawah pohon samping bangunan.

Sebuah pohon yang sering Ayu datangi pada waktu malam hari.

"Kalian semua yang ada di sini lanjutkan bekerja! Tadi adalah contoh bagi para pembangkang, jika kalian tidak ingin bernasib seperti mereka, taati semua peraturan atau kalian akan menyesal!" papar Sri memberi ancaman.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 12 waktunya istirahat makan siang, Aldo mempunyai kesempatan untuk melihat keadaan Ayu dan Dewi.

Dewi terlihat terisak menangis, sementara Ayu tetap dengan ekspresi wajah yang sama, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Aldo celingak-celinguk mengawasi sekeliling, takutnya ada yang melihat.

Setelah memastikan tidak ada siapa pun di sana, Aldo segera menghampiri keduanya.

"Kamu!" ucap Dewi yang terkejut melihat kedatangan Aldo.

"Kalian lapar?" tanya Aldo penuh iba.

Dewi menatap cukup lama ke wajah tampan Aldo, matanya berbinar-binar.

"Tampan sekali, aku belum pernah melihat pria di desa setampan ini," gumam Dewi dalam hati.

"Hei! Apa kamu baik-baik saja," tanya Aldo lagi ketika melihat Dewi senyum-senyum sendiri.

"I-iya, saya baik-baik saja tapi Ayu ... seluruh tubuhnya memar karena cambukan tadi, pasti sangat perih," ucap Dewi terlihat sedih.

"Apa ini pernah terjadi sebelumnya?" tanya Aldo yang mulai menyelidiki semua kejadian.

"Iya, Ayu hampir setiap hari mendapat hukuman, sebaiknya Kakang pergi dari sini, sebelum ada yang melihat." Dewi memperingati Aldo agar tidak ikut celaka.

Aldo pun menuruti perkataan Dewi, dengan langkah yang lemah, ia mulai menjauh.

Di benaknya masih tidak mengerti tentang gadis yang bernama Ayu itu, kenapa ia tidak bicara sama sekali, tidak mengeluh, atau pun merintih kesakitan, aneh.

***

Sore pun menjelang, seperti biasa para buruh sudah mulai meninggalkan pekerjaan mereka.

Tole, Joko, dan Dodo menghampiri Dewi dan Ayu, mereka melepaskan pasungan kaki Dewi, hukuman Dewi sudah berakhir.

"Kamu boleh kembali ke gubukmu," ucap Joko pada Dewi.

Dewi pun mengangguk, dan berlalu.

Walau di hatinya masih ingin menunggu Ayu, Namun ia sudah tidak berani untuk bersuara.

Kini hanya tinggal Ayu yang dipasung di bawah pohon besar tersebut.

Aldo mengintai dari jauh, sembari membawa cctv yang ia selipkan di kantong bajunya sedari awal ia datang ke sini. Aldo sengaja merekam semua peristiwa yang terjadi di desa ini, agar bisa menjadi bukti suatu hari nanti.

Ayu diseret menuju gudang tempat ia tinggal selama ini, tanpa melepaskan pasungan, Tole menyeret tangan Ayu dengan sebuah tali yang ia ikatknya.

Ayu terlihat sangat lemah dan nyaris pingsan.

"Brengsek kalian semua!" gerutu Aldo yang menyaksikan kekejaman tersebut.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Misterius   Tamat

    Harga diri laki-laki.Part: 11.***Delisa diantarkan pulang ke rumah. Mikayla menyambut dengan antusias.Ia memeluk sang putri begitu erat. Lalu tersadar Delisa memegangi boneka pemberian Maya.Mikayla langsung marah dan merampasnya."Buang boneka jelek ini, Delisa! Mami tak suka melihatnya!" hardik Mikayla.Delisa menangis karena boneka kesayangannya itu terpental jauh keluar."Mikayla! Kau sungguh keterlaluan!" bentak Gio."Aku keterlaluan, Mas? Apa Mas tak salah bicara? Delisa adalah putriku, kenapa Mas membuatnya dekat dengan wanita lain? Kalau Mas ingin hidup dengan Maya silakan! Tapi, jangan pernah bawa Delisa lagi!""Delisa ambil boneka itu dan masuk ke dalam kamar ya, Nak! Papi mau bicara dengan Mani," ujar Gio.Delisa menurut. Ia dengan cepat mengambil kembali boneka dari Maya, laku membawanya masuk ke dalam kamar."Mas, aku sudah menerima keputusanmu untuk bercerai. Kita akan segera bertemu di pengadilan. Tapi, hak asuh Delisa tentu akan menjadi milikku. Lagi pula, Mas send

  • Gadis Misterius   Delisa dan Maya menjadi dekat

    Harga diri laki-laki.Part: 10.***Mikayla terus menanamkan rasa benci di hati Delisa pada Maya. Gadis kecil itu tak tahu kalau kalau sebenarnya Mami yang ia bela justru lebih dalam menoreh luka."Delisa, sayang ... sebentar lagi Papimu akan datang. Ini waktunya Delisa membuat Papi memilih kita! Mami tak mau berpisah dengan Papi. Delisa juga tak mau kan sayang?" "Iya, Mi. Delisa tak mau Papi memilih Tante jahat itu!"Mikayla tersenyum senang. Ia berharap rencananya kali ini berhasil.Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Gio datang dengan wajah cemasnya."Papi, Delisa tak mau melihat Papi bersama Tante jahat itu lagi," ujar Delisa.Mikayla hanya diam dan seolah tak mendengar perkataan Putrinya."Kenapa Delisa bicara begitu, sayang? Tante Maya itu adalah Tante Delisa. Dia tidak jahat," sahut Gio lembut.Gio melempar pandangan ke arah Mikayla. Ia tahu, pasti semua yang dikatakan Delisa adalah ajaran darinya."Tidak, Papi! Tante itu bukan Tante Delisa! Dia jahat! Dia sudah merebut Papi

  • Gadis Misterius   Delisa mulai membenci

    Harga diri laki-laki.Part: 9***Gio pindah ke sebuah apartemen yang telah berhasil ia beli. Saat hendak memejamkan mata, bayangan peristiwa satu tahun yang lalu kembali muncul dalam memori otaknya.Saat itu Gio baru pulang dari luar kota. Ia memang pulang lebih awal dari rencananya.Suasana rumah begitu sepi. Gio berpikir kalau Delisa sudah pasti sudah tidur. Gio yang ingin memberi kejutan pada sang istri, masuk ke dalam rumah secara diam-diam dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa.Namun, malah sebaliknya. Gio yang dibuat begitu terkejut ketika mendapati sang istri sedang bersama pria lain di dalam kamar mereka."Mikayla!" hardik Gio.Mikayla yang tengah terkapar lemah di bawah selimut menjadi pucat karena terkejut."Bajingan!"Gio menarik pria yang bersama Mikayla. Pukulan bertubi-tubi Gio layangkan pada pemuda yang bernama Hendri itu."Mati kau pecundang!" maki Gio.Hendri terluka parah, tapi ia pun sempat membalas Gio hingga kening Gio berdarah."Mas, cukup! Ampun, Mas

  • Gadis Misterius   Talak

    Harga diri laki-laki.Part: 8***"Mas," lirih Mikayla mendekat.Gio bergeming, tatapannya kosong ke depan."Mas, apa memang tak ada tempat bagiku dalam hatimu lagi, Mas? Aku bersedia melakukan apa saja, asal Mas melupakan kesalahan besarku di masa lalu," papar Mikayla.Lastri juga turut mendekat ke arah Mikayla dan menepuk lembut pundak sang menantu kesayangan."Maaf, tapi aku sungguh tak bisa melupakan kejadian itu, Mikayla. Walau sudah setahun berlalu, bayangan saat melihat kau tengah satu ranjang dengan laki-laki itu selalu terngiang dalam ingatanku. Aku tidak sudi menyentuhmu lagi. Aku merasa begitu geli dan menjinjikkan ketika membayangkan peristiwa silam."Mikayla sangat terpukul dengan pernyataan sang suami. Tubuhnya goyah, bahkan hampir tersungkur ke lantai. Namun, Lastri dengan sigap memeluk menantu tersayangnya."Diam kau Gio!" hardik Lastri."Mama yang diam!" sambung Reno."Selama ini Papa selalu mengalah pada Mama. Tepat di mana harga diri Gio, putra satu-satunya yang Pap

  • Gadis Misterius   Pengunduran diri Maya dan amarah Gio

    Harga diri laki-laki.Part: 7***Lastri pulang ke rumahnya, menceritakan masalah ini pada Reno, sang suami."Pa, ternyata Mas Arkan memiliki istri lain sebelum menikahi Mery."Reno terkejut hingga membuat ekspresi wajah tuanya semakin lucu."Jangan ngada-ngada, Ma.""Papa gak percayaan banget sih. Tadi Mama baru saja dari rumah istri pertama Mas Arkan, dia juga memiliki seorang putri. Yang mengkhawatirkan, putrinya itu sedang dekat dengan Gio," papar Lastri antusias."Kok bisa, Ma? Kenapa selama ini tak ada berita sama sekali tentang Anak dan istri Mas Arkan itu? Harusnya putri dari istri pertamanya juga diakui di depan publik.""Ngapain pakai diakui segala. Mereka itu beda kelas dengan Mbak Mery, Pa. Pastinya Mas Arkan lebih memilih berlian lah dari pada butiran debu begitu," cibir Lastri.Reno menggeleng-geleng heran. Istrinya tak pernah berubah. Semua hanya diukur dengan harta."Terserah Mama saja. Papa malah penasaran dengan sosok saudari Mikayla itu.""Jangan katakan saudari Mik

  • Gadis Misterius   Peringatan untuk keluarga Maya

    Harga diri laki-laki.Part: 6***"Tenang dulu, Ma. Aku butuh dukungan Mama saat ini. Aku tidak rela kehilangan Mas Gio," ujar Mikayla."Mama akan selalu ada di pihakmu, sayang."Lastri kembali memeluk Mikayla.--Sementara di sisi lain, Maya juga tengah memeluk tubuh sang Ibu."May, maafkan Ibu, Nak. Seharusnya dulu Ibu bisa mempertahankan kebahagiaanmu," lirih Asih."Ini bukan salah Ibu. Namun, yang aku sesali sekarang, kenapa harus istri dari Tuan Gio yang menjadi Adik tiriku, Bu. Kenapa?Asih perlahan merenggangkan pelukannya. "Ada apa, Nak?"Maya menarik napas panjang, mata indah itu tertutup beberapa detik sebelum bersuara kembali."Tuan Gio selalu mendekatiku di kantor, Bu. Aku sudah berusaha menjauhinya. Walaupun tak ada tindakan yang berlebihan selain makan siang. Namun, hal itu berlangsung selama dua bulan ini."Asih mengerutkan keningnya sambil berpikir. "Apa mungkin Gio menyukaimu?""Aku tak tahu, Bu.""Kalau benar, maka jauhilah, Nak! Sakit hati Ibu memang sangat dalam,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status