LOGIN
"Kakak..." Panggil Ulfa.
"Kenapa dek?" Tanya Utami. "Lihat nih...sepatu dan tas ku udah sobek dimana - mana." Ujar Ulfa sembari memperlihatkan tas dan sepatunya kepada Utami. Tapi, sebelum Utami menjawabnya, Usama datang dan langsung mengambil tas dan sepatu Ulfa. "Sepatunya hanya terlihat kusam dan terbuka sedikit bagian bawahnya, tp kan tinggal beli lem aja, tapi masih di pakai. Trus tasnya juga, masih bisa di pakai kok, tinggal di jahit sedikit yang bagian sobeknya. Nggak perlu beli yang baru, pakai ini aja." Ucap Usama bijaksana. "Tapi kan aku malu, sering di ledekin sama teman - teman di sekolah bang, beliin yang baru ya kak." Rengek Ulfa kepada Utami. "Hem .... iya dek, nanti kalau ada rezeki lebih, kakak beliin yang baru ya, do'ain kakak semoga sehat terus, kalian juga sehat terus ya, yang rajin belajarnya." Ucap Utami. "Si Ulfa jangan terlalu di manja kak, nanti dia minta jantung lho." Ujar Usama menyindir Ulfa. "Apaan sih bang, kakak kan memang baik, penyayang, cantik lagi. Memangnya abang, udah emosian, pelit, jelek lagi, weekkk," Ucap Ulfa menjulurkan lidahnya ke arah Usama dan langsung berlari keluar rumah untuk bermain bersama teman - temannya yang ada di sekitar rumahnya. "Kamu yaa ... Ulfa ... mau kemana kamu?" Teriak Usama dan hendak mengejar Ulfa. "Udah ... udah Usama, biarkan adikmu, mungkin dia malu, nanti kalau kakak dapat rezeki lebih, kakak belikan yang baru," Ujar Utami menenangkan Usama. Usama pun berlalu dari hadapan Utami dengan wajah cemberut. Dia menuju kamarnya dan langsung membuka tas dan mengeluarkan buku - buku pelajarannya. Karena ada PR sekolah yang harus dia kerjakan. Usama adalah salah satu murid berprestasi di sekolahnya. Dia selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya, bahkan dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD dan tinggal satu semester lagi, dia akan melanjutkan ke SMP. "Uangku sisa segini, aku harus lebih bekerja keras lagi, walaupun Usama mendapatkan beasiswa, tapi tetap gak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sepertinya aku harus mencari pekerjaan tambahan lagi," Gumam Utami sembari melihat isi dompetnya. Di dompetnya menyisakan uang 150 ribu, dan uang segitu hanya bertahan dua hari saja. Apalagi beras dan token listrik mereka sudah mau habis, belum lagi untuk membeli lauk pauk untuk di makan sehari - hari. ******* Keesokan harinya, Utami sudah bangun sejak subuh, kemudian menunaikan kewajibannya di hadapan Tuhan, di lanjutkan dengan memasak, dan menjemur pakaian, setelah itu mandi. Adik - adiknya pun sudah terlihat rapi memakai pakaian sekolahnya dan saat ini sudah berada di meja makan untuk bersiap sarapan. "Kak ... kok semingguan ini, sarapannya nasi goreng telur dadar terus sih? Memangnya nggak ada menu lain lagi?" Tanya Ulfa cemberut. "Hush ... di depan makanan nggak boleh cemberut, lagian kamu tuh nggak boleh ngomong seperti itu, apapun yang kita makan harus di syukuri, daripada nggak punya makanan sama sekali, banyak lho pemulung atau anak - anak terlantar yang mencari sisa - sisa makanan di tempat sampah. Gini aja juga sudah kenyang kok, apalagi semua makanan yang di buat sama kakak, pasti enak. Kamunya aja tuh yang banyak banget maunya, kemarin minta beliin tas sama sepatu baru, trus hari ini pengen menu sarapan yang lain, dasar anak kecil manja," Ujar Usama sewot. "Udah ngomongnya ... lagian aku kan tadi ngomong sama kakak, bukan sama Abang. Dasar nyebelin, cerewet, sok bijaksana," Ucap Ulfa sembari mengerucutkan bibirnya. "Udah ah perang dinginnya, di depan makanan gak boleh bertengkar, nanti makanannya kabur lho. Nanti ya sayang, kalau kakak punya rezeki lebih, kakak buatin menu sarapan yang lain ya. Udah...sekarang kalian cepat selesaikan makannya, trus berangkat sekolah. Kakak juga mau cepat - cepat ke lampu merah untuk menjual koran," Tutur Utami. Setelah beberapa menit kemudian, ketiganya pun sudah bersiap untuk menjalani aktifitas mereka sepanjang hari ini. Setelah Usama dan Ulfa menyalami punggung tangan Utami, mereka pun pergi ke sekolah dengan menunggangi sepeda, yang awalnya adalah sepeda milik Utami waktu masih sekolah SD. Usama membonceng Ulfa di belakangnya. Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah dan mereka memang belajar di sekolah yang sama. Sedangkam Utami, kini sudah berada di lampu merah untuk menjajakan koran. Saat lampu merah menyala dan mobil - mobil berhenti, dia pun segera berjalan mengitari kendaraan yang ada disana, kemudian menawarkan koran yang di jualnya kepada para pengendara. Ada seorang wanita yang berusia 40 tahunan, tapi wajah dan tubuhnya layaknya wanita berusia 25 tahun. Wanita itu memanggilnya dan Utami pun datang menghampiri. "Hai ... kamu cantik, tubuhmu bagus, apa kamu mau ikut bersamaku? Aku akan memberimu pekerjaan dengan bayaran yang tinggi. Apa kamu berminat? Kalau berminat, langsung masuk ke dalam mobil, karena sebentar lagi, akan berganti lampu hijau." Ujar wanita tersebut. Setelah Utami berfikir sejenak, karena waktunya juga gak banyak untuk berfikir, dia pun langsung masuk ke dalam mobil itu dan wanita cantik itu pun mengembangkan senyumannya. "Perkenalkan, namaku Sophie Valerie, panggil saja mami phie," Ucap wanita tersebut sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Ooh ... ehm ... na-nama saya Utami Lidya, panggil saja Tami." Sahut Utami gugup dan menyambut uluran tangan dari wanita cantik itu. "Usiamu berapa?" Tanya Sophie. "15 tahun Bu," Jawab Utami. "Panggil mami aja ya," Ujar Utami. "Eh ... ehm ... i-iya mami," Sahut Utami. "Bisa ceritakan tentang dirimu?" Ucap Sophie. "Maksudnya?" Utami tak mengerti apa yang di maksud dengan Sophie. "Ya...ceritakan tentang dirimu, tentang kehidupanmu, tentang keluargamu, kamu berasal darimana, ya semua mengenai dirimu lah," Tukas Sophie. "Ooh iya mami, ehm...saya tinggal di daerah kembangan, bapak dan ibu sudah meninggal dunia karena kecelakaan waktu mengantar hasil panen ke pasar untuk di jual, jadi sekarang saya tinggal di rumah hanya bertiga dengan adik - adik saya, ehm ... apa lagi ya mam?" Utami mulai menjelaskan mengenai dirinya. "Apakah kamu dan adik - adikmu masih sekolah?" Tanya Sophie. "Adik - adik saya masih sekolah, yang cowok kelas 6 SD dan yang cewek kelas 4 SD, sedangkan saya hanya lulusan SD dan nggak melanjutkan sekolah lagi, karena saya harus mencari uang untuk biaya sekolah adik - adik saya dan biaya kami sehari - hari mam" Jawab Utami yang terlihat menahan kesedihannya. Sophie pun mengangguk - anggukkan kepalanya. "Lalu ... apa pekerjaanmu selain menjual koran?" Tanya Sophie lagi. "Saya bantu cuci piring di warung dan terkadang di panggil ke rumah - rumah tetangga untuk bantu nyuci baju mam," Ujar Utami menjelaskan. "Oke ... apakah pendapatanmu cukup untuk membiayai kebutuhanmu dan adik - adikmu," Tanya Sophie. "Ehm ... sebenarnya nggak cukup mam ... saya harus punya lebih banyak uang lagi," Sahut Utami. "Kalau begitu, saya mau menawarimu pekerjaan yang pasti kamu akan di bayar tinggi, dan bisa mencukupi biaya kehidupanmu dan adik - adikmu," Ujar Sophie. "Ehm ... pekerjaannya apa ya mam?" Tanya Utami. "Aku punya beberapa usaha, kamu tinggal pilih mau bergabung ke mana, tapi jika suatu saat aku membutuhkanmu untuk bergabung pada usahaku yang lain, kamu harus mau, setuju nggak?" Tutur Utami. "Iya ... mau mam ... saya mau, semoga nanti bisa membelikan adik saya sepatu dan tas baru, dan juga nggak lama lagi adik saya yang cowok masuk SMP, pasti butuh biaya lagi mam," Sahut Utami. "Oke ... kalau begitu, aku menerimamu ntuk bergabung pada perusahaanku," Ucap Sophie yakin. Karena Sophie yakin, Utami akan menjadi salah satu primadona di usahanya.Utami pun mulai memijat Alfian. Alfian sampai tertidur merasakan enaknya pijatan Utami. "Pak ... bangun pak ... sudah selesai pijatnya," Ucap Utami membangunkan Alfian, tapi Alfian masih tidur dengan lelap. Karena kelelahan memijat tubuh Alfian, akhirnya Utami pun membaringkan tubuhnya di sofa, dan tak lama kemudian, dia pun tertidur. Setelah satu jam berlalu, Alfian terbangun dan dia melihat Utami tertidur di atas sofa. Karena tak tega, dia mengangkat tubuh Utami ke atas kasur dan membaringkannya disana. Dia terus memandangi wajah Utami, wajah yang manis dan sangat polos. Dia tak tega merusak wanita semanis dan sepolos itu. Dia mulai berpikir, apabila Utami pindah ke bagian panti pijat, pasti dia akan rusak disana, mendingan dia tetap meminta Utami untuk bekerja di restoran. "Lho pak ... kok saya di sini?" Utami terkejut saat dia membuka matanya, dan menyadari bahwa tempat tidurnya berbeda dengan yang sebelumnya. "Tadi saya yang memindahkan mu ke kasur, karena saya nggak tega
"Cantik juga nih, sepertinya masih bersih ni anak, akan ku coba nanti," Batin Alfian dengan senyum seringainya. "Duduk dulu ya," Ucap Alfian saat dia dan Utami sudah berada di dalam ruangannya. "Iya pak," Sahut Utami. Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Utami dan duduk di sebelah Utami. "Kamu bisa masak?" Tanya Alfian. "Bisa pak," Jawab Utami sembari menunduk. "Oke, untuk dua bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef," Ujar Alfian. "Baik pak," Ucap Utami. "Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja," Titah Alfian. "Terima kasih pak," Sahut Utami. Utami pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga tak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya. "Kak, tiap hari kakak
Tak menunggu lama, mobil Sophie pun sudah sampai di tempat parkiran. Supir membukakan pintu mobil buat Sophie, dia pun keluar dari mobil kemudian mengajak Utami untuk mengikutinya. Saat memasuki gedung tingkat empat itu, Utami mengedarkan pandangannya. Di sebelah kanan dekat pintu masuk, ada sebuah restoran, sedangkan di sebelah kiri dekat pintu masuk ada sebuah fitnes center. Utami terus mengekor di belakang Sophie, kemudian Sophie memasuki lift dan menuju ke lantai empat. Tak lama kemudian, Sophie pun keluar dari lift tersebut yang masih diikuti oleh Utami. Mereka menyusuri lorong tersebut, dan sampailah di depan sebuah ruangan yang di depannya terdapat sebuah meja dan kursi kerja yang di duduki oleh seorang wanita cantik, berambut curly, dengan memakai dres mini berlengan pendek, dari kejauhan dia sudah tersenyum ke arah Sophie dan Utami. "Morning mami phie..." Sapa wanita cantik itu dengan ramah dan tersenyum. "Morning too Luna..." Sophie membalas sapaan itu dengan tak k
"Kakak..." Panggil Ulfa."Kenapa dek?" Tanya Utami."Lihat nih...sepatu dan tas ku udah sobek dimana - mana." Ujar Ulfa sembari memperlihatkan tas dan sepatunya kepada Utami.Tapi, sebelum Utami menjawabnya, Usama datang dan langsung mengambil tas dan sepatu Ulfa."Sepatunya hanya terlihat kusam dan terbuka sedikit bagian bawahnya, tp kan tinggal beli lem aja, tapi masih di pakai. Trus tasnya juga, masih bisa di pakai kok, tinggal di jahit sedikit yang bagian sobeknya. Nggak perlu beli yang baru, pakai ini aja." Ucap Usama bijaksana."Tapi kan aku malu, sering di ledekin sama teman - teman di sekolah bang, beliin yang baru ya kak." Rengek Ulfa kepada Utami."Hem .... iya dek, nanti kalau ada rezeki lebih, kakak beliin yang baru ya, do'ain kakak semoga sehat terus, kalian juga sehat terus ya, yang rajin belajarnya." Ucap Utami."Si Ulfa jangan terlalu di manja kak, nanti dia minta jantung lho." Ujar Usama menyindir Ulfa."Apaan sih bang, kakak kan memang baik, penyayang, cantik lagi. M







