Share

Gadis Penakluk Hati CEO Dingin
Gadis Penakluk Hati CEO Dingin
Author: Itha Irfansyah

Chapter 1.

last update Last Updated: 2025-10-29 04:01:54

"Kakak..." Panggil Ulfa.

"Kenapa dek?" Tanya Utami.

"Lihat nih...sepatu dan tas ku udah sobek dimana - mana." Ujar Ulfa sembari memperlihatkan tas dan sepatunya kepada Utami.

Tapi, sebelum Utami menjawabnya, Usama datang dan langsung mengambil tas dan sepatu Ulfa.

"Sepatunya hanya terlihat kusam dan terbuka sedikit bagian bawahnya, tp kan tinggal beli lem aja, tapi masih di pakai. Trus tasnya juga, masih bisa di pakai kok, tinggal di jahit sedikit yang bagian sobeknya. Nggak perlu beli yang baru, pakai ini aja." Ucap Usama bijaksana.

"Tapi kan aku malu, sering di ledekin sama teman - teman di sekolah bang, beliin yang baru ya kak." Rengek Ulfa kepada Utami.

"Hem .... iya dek, nanti kalau ada rezeki lebih, kakak beliin yang baru ya, do'ain kakak semoga sehat terus, kalian juga sehat terus ya, yang rajin belajarnya." Ucap Utami.

"Si Ulfa jangan terlalu di manja kak, nanti dia minta jantung lho." Ujar Usama menyindir Ulfa.

"Apaan sih bang, kakak kan memang baik, penyayang, cantik lagi. Memangnya abang, udah emosian, pelit, jelek lagi, weekkk," Ucap Ulfa menjulurkan lidahnya ke arah Usama dan langsung berlari keluar rumah untuk bermain bersama teman - temannya yang ada di sekitar rumahnya.

"Kamu yaa ... Ulfa ... mau kemana kamu?" Teriak Usama dan hendak mengejar Ulfa.

"Udah ... udah Usama, biarkan adikmu, mungkin dia malu, nanti kalau kakak dapat rezeki lebih, kakak belikan yang baru," Ujar Utami menenangkan Usama.

Usama pun berlalu dari hadapan Utami dengan wajah cemberut. Dia menuju kamarnya dan langsung membuka tas dan mengeluarkan buku - buku pelajarannya. Karena ada PR sekolah yang harus dia kerjakan.

Usama adalah salah satu murid berprestasi di sekolahnya. Dia selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya, bahkan dari kelas 1 SD sampai kelas 6 SD dan tinggal satu semester lagi, dia akan melanjutkan ke SMP.

"Uangku sisa segini, aku harus lebih bekerja keras lagi, walaupun Usama mendapatkan beasiswa, tapi tetap gak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sepertinya aku harus mencari pekerjaan tambahan lagi," Gumam Utami sembari melihat isi dompetnya. Di dompetnya menyisakan uang 150 ribu, dan uang segitu hanya bertahan dua hari saja.

Apalagi beras dan token listrik mereka sudah mau habis, belum lagi untuk membeli lauk pauk untuk di makan sehari - hari.

*******

Keesokan harinya,

Utami sudah bangun sejak subuh, kemudian menunaikan kewajibannya di hadapan Tuhan, di lanjutkan dengan memasak, dan menjemur pakaian, setelah itu mandi.

Adik - adiknya pun sudah terlihat rapi memakai pakaian sekolahnya dan saat ini sudah berada di meja makan untuk bersiap sarapan.

"Kak ... kok semingguan ini, sarapannya nasi goreng telur dadar terus sih? Memangnya nggak ada menu lain lagi?" Tanya Ulfa cemberut.

"Hush ... di depan makanan nggak boleh cemberut, lagian kamu tuh nggak boleh ngomong seperti itu, apapun yang kita makan harus di syukuri, daripada nggak punya makanan sama sekali, banyak lho pemulung atau anak - anak terlantar yang mencari sisa - sisa makanan di tempat sampah. Gini aja juga sudah kenyang kok, apalagi semua makanan yang di buat sama kakak, pasti enak. Kamunya aja tuh yang banyak banget maunya, kemarin minta beliin tas sama sepatu baru, trus hari ini pengen menu sarapan yang lain, dasar anak kecil manja," Ujar Usama sewot.

"Udah ngomongnya ... lagian aku kan tadi ngomong sama kakak, bukan sama Abang. Dasar nyebelin, cerewet, sok bijaksana," Ucap Ulfa sembari mengerucutkan bibirnya.

"Udah ah perang dinginnya, di depan makanan gak boleh bertengkar, nanti makanannya kabur lho. Nanti ya sayang, kalau kakak punya rezeki lebih, kakak buatin menu sarapan yang lain ya. Udah...sekarang kalian cepat selesaikan makannya, trus berangkat sekolah. Kakak juga mau cepat - cepat ke lampu merah untuk menjual koran," Tutur Utami.

Setelah beberapa menit kemudian, ketiganya pun sudah bersiap untuk menjalani aktifitas mereka sepanjang hari ini.

Setelah Usama dan Ulfa menyalami punggung tangan Utami, mereka pun pergi ke sekolah dengan menunggangi sepeda, yang awalnya adalah sepeda milik Utami waktu masih sekolah SD. Usama membonceng Ulfa di belakangnya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah dan mereka memang belajar di sekolah yang sama.

Sedangkam Utami, kini sudah berada di lampu merah untuk menjajakan koran.

Saat lampu merah menyala dan mobil - mobil berhenti, dia pun segera berjalan mengitari kendaraan yang ada disana, kemudian menawarkan koran yang di jualnya kepada para pengendara.

Ada seorang wanita yang berusia 40 tahunan, tapi wajah dan tubuhnya layaknya wanita berusia 25 tahun. Wanita itu memanggilnya dan Utami pun datang menghampiri.

"Hai ... kamu cantik, tubuhmu bagus, apa kamu mau ikut bersamaku? Aku akan memberimu pekerjaan dengan bayaran yang tinggi. Apa kamu berminat? Kalau berminat, langsung masuk ke dalam mobil, karena sebentar lagi, akan berganti lampu hijau." Ujar wanita tersebut.

Setelah Utami berfikir sejenak, karena waktunya juga gak banyak untuk berfikir, dia pun langsung masuk ke dalam mobil itu dan wanita cantik itu pun mengembangkan senyumannya.

"Perkenalkan, namaku Sophie Valerie, panggil saja mami phie," Ucap wanita tersebut sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Ooh ... ehm ... na-nama saya Utami Lidya, panggil saja Tami." Sahut Utami gugup dan menyambut uluran tangan dari wanita cantik itu.

"Usiamu berapa?" Tanya Sophie.

"15 tahun Bu," Jawab Utami.

"Panggil mami aja ya," Ujar Utami.

"Eh ... ehm ... i-iya mami," Sahut Utami.

"Bisa ceritakan tentang dirimu?" Ucap Sophie.

"Maksudnya?" Utami tak mengerti apa yang di maksud dengan Sophie.

"Ya...ceritakan tentang dirimu, tentang kehidupanmu, tentang keluargamu, kamu berasal darimana, ya semua mengenai dirimu lah," Tukas Sophie.

"Ooh iya mami, ehm...saya tinggal di daerah kembangan, bapak dan ibu sudah meninggal dunia karena kecelakaan waktu mengantar hasil panen ke pasar untuk di jual, jadi sekarang saya tinggal di rumah hanya bertiga dengan adik - adik saya, ehm ... apa lagi ya mam?" Utami mulai menjelaskan mengenai dirinya.

"Apakah kamu dan adik - adikmu masih sekolah?" Tanya Sophie.

"Adik - adik saya masih sekolah, yang cowok kelas 6 SD dan yang cewek kelas 4 SD, sedangkan saya hanya lulusan SD dan nggak melanjutkan sekolah lagi, karena saya harus mencari uang untuk biaya sekolah adik - adik saya dan biaya kami sehari - hari mam" Jawab Utami yang terlihat menahan kesedihannya.

Sophie pun mengangguk - anggukkan kepalanya.

"Lalu ... apa pekerjaanmu selain menjual koran?" Tanya Sophie lagi.

"Saya bantu cuci piring di warung dan terkadang di panggil ke rumah - rumah tetangga untuk bantu nyuci baju mam," Ujar Utami menjelaskan.

"Oke ... apakah pendapatanmu cukup untuk membiayai kebutuhanmu dan adik - adikmu," Tanya Sophie.

"Ehm ... sebenarnya nggak cukup mam ... saya harus punya lebih banyak uang lagi," Sahut Utami.

"Kalau begitu, saya mau menawarimu pekerjaan yang pasti kamu akan di bayar tinggi, dan bisa mencukupi biaya kehidupanmu dan adik - adikmu," Ujar Sophie.

"Ehm ... pekerjaannya apa ya mam?" Tanya Utami.

"Aku punya beberapa usaha, kamu tinggal pilih mau bergabung ke mana, tapi jika suatu saat aku membutuhkanmu untuk bergabung pada usahaku yang lain, kamu harus mau, setuju nggak?" Tutur Utami.

"Iya ... mau mam ... saya mau, semoga nanti bisa membelikan adik saya sepatu dan tas baru, dan juga nggak lama lagi adik saya yang cowok masuk SMP, pasti butuh biaya lagi mam," Sahut Utami.

"Oke ... kalau begitu, aku menerimamu ntuk bergabung pada perusahaanku," Ucap Sophie yakin. Karena Sophie yakin, Utami akan menjadi salah satu primadona di usahanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 48.

    "Oke, aku akan menjaga rahasiamu, tapi itu nggak gratis, kamu harus membayarnya," Ucap Dito. "Bayar? Apa maksud anda?" Tanya Sinta. "Aku menjaga rahasiamu harus ada imbalannya, dan aku mau minta pelayanan darimu seperti yang kamu lakukan di "Kampung Cinta," Ujar Dito. "Nggak... aku nggak mau, aku sudah menikah, aku nggak akan melakukannya dengan pria lain selain dengan suamiku," Sahut Sinta. "Oke, kalau gitu aku akan keluar dan mengatakan kepada Ulfa bahwa kakaknya adalah seorang pelac"r" Ujar Dito. "Anda jangan mengancam saya seperti itu ya, saya juga bisa mengatakan kepada putri dan istri anda kalau anda sering datang ke tempat pelac"ran," Tukas Sinta. "Hei... berani - beraninya ya kamu mengancamku?" Ujar Dito geram. "Makanya, anda jangan coba - coba mengancam saya seperti itu," Ujar Sinta. Dito pun langsung keluar dari kamar Sinta dengan wajah yang penuh emosi. "Cilla... ayo kita pergi dari sini, papi ada urusan," Ajak Dito tanpa berpamitan dengan Ulfa maupun Sinta. Hanya

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 47.

    Ulfa yang kembali ke kamar Cilla tak dapat tidur lagi karena memikirkan apa yang sudah terjadi tadi di kamar Dito. Ulfa memutar lagi ingatannya dengan apa yang sudah terjadi, tapi dia hanya mengingat sampai kepalanya yang sangat pusing dan saat berdiri ingin menuju kamar Cilla, dia pun terduduk kembali di sofa, karena tak tahan dengan sakit di kepalanya. Hanya sampai itu saja ingatannya. Akhirnya, hingga pagi Ulfa tak bisa memejamkan matanya lagi. Keesokan harinya, "Ulfa... gimana semalam? Enak nggak tidurnya di rumah aku?" Tanya Cilla. Ulfa tak langsung menjawab, dia masih terdiam, karena fikirannya masih menerawang kejadian semalam. "Hei Ulfa...melamun aja sih?" Panggilan Cilla itu mengangetkan Ulfa yang fikirannya masih kemana - mana. "Eh...i iya Cilla, enak tidur di sini, tidurku nyenyak banget lho Cilla," Sahut Ulfa yang sengaja berbohong untuk menutupi keadaannya yang saat ini sedang galau. "Baguslah kalau begitu, besok - besok nginap di sini lagi ya," Ujar Cilla dan Ulfa

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 46.

    "Om ke kamar dulu bentar ya, kamu tunggu di ruang keluarga," Ucap Dito. "Baik Om," Sahut Ulfa. Dito pun ke kamarnya untuk mengambil sesuatu dan di masukkan ke dalam saku celananya, setelah itu dia kembali ke ruang keluarga untuk menemui Ulfa. "Hai Ulfa... maaf ya, tadi om ngambil ponsel om dulu di kamar," Ucap Dito. "Ooh iya, nggak apa - apa Om," Sahut Ulfa. "Oh ya Ulfa, sepertinya om pernah melihatmu, tapi Om lupa melihatmu dimana," Ucap Dito "Oh ya? Mungkin nggak sengaja ngelihat aku di jalan kali om," Sahut Ulfa. "Mungkin juga sih," Ucap Dito. "Ehm...kayaknya kurang enak deh kalau nggak ada cemilan, coba kamu lihat dulu di dapur atau lihat di kulkas, siapa tau ada cemilan," Titah Dito. "Iya Om, sebentar ya, saya coba lihat dulu ke dapur, tadi aku dan Cilla ada beli cemilan sih Om waktu ke mall, aku lihat dulu ya om," Ujar Ulfa dan Dito pun mengangguk. Tak menunggu lama, Ulfa kembali ke ruang keluarga membawa kue yang di beli Cilla di Mall, mereka pun memakannya sembari me

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 45.

    Beberapa bulan kemudian, "Mas... ayo bangun... memangnya kamu nggak ke kantor? aku punya hadiah nih buat kamu, tapi bangun dulu," Ucap Utami kepada Alex. "Apa sih sayang... aku mau bangun, tapi pengen peluk kamu dulu," Sahut Alex dengan nada manjanya. Utami pun mendekatkan tubuhnya kepada Alex yang masih berbaring, dengan cepat Alex memeluk erat tubuh Utami. "Sayaaang... udahan yuk, kamu bau asem, bangun dulu, aku mau ngasih hadiah buat kamu," Ucap Utami. "Yakin kalau aku bau asem, tubuhku selalu wangi sayang, biar nggak mandi seminggu juga aku tetap wangi kok, btw.... kamu mau ngasih aku hadiah apa? Memangnya hari ini aku ulang tahun?" Tanya Alex. "Udah lah... bangun dulu, aku ngasih hadiah karena kamu sudah jadi suami yang baik buat aku, suami yang pengertian, suami yang perhatian, dan kamu membuktikan janjimu sebelum kita menikah," Tutur Utami.sembari tersenyum manis. "Iya dong sayang... aku tuh aslinya kalau udah nemuin satu wanita yang pas di hati, aku pasti jadi tipe lela

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 44.

    "Oke, Ibu sudah mendengar jawaban dari kalian semua, dan buat Ulfa, Ibu sangat terharu dengan jawabanmu, semoga Bapak dan Ibumu sudah tenang di alam sana, maka kamu jadilah anak yang baik, agar Bapak dan Ibumu bahagia disana" Ujar Ibu Guru."Aamiin... terima kasih Do'anya bu," Ucap Ulfa."Iya, sama - sama Ulfa," Sahut Ibu Guru."Dan buat Cilla, kamu harus lebih menghormati kedua orang tuamu, jika mereka sedang ada di rumah, coba lah untuk mendekati mereka, ajak mereka ngobrol, agar kalian bisa semakin dekat dan akrab" Tutur Ibu guru."Kayaknya susah deh Bu, soalnya papi dan mami saya itu sering keluar kota dan luar negeri, mereka sibuk banget, sampai - sampai kalau mereka di rumah pun, yang mereka bicarain adalah tentang pekerjaan atau kesibukan mereka masing - masing, gimana caranya agar saya bisa mengajak mereka ngobrol santai Bu, kalau mereka aja nggak perduli sama saya, tapi memang sih apapun yang saya mau, pasti selalu mereka penuhi, tapi padahal saya itu butuh mereka Bu, saya ng

  • Gadis Penakluk Hati CEO Dingin   Chapter 43.

    "Sachie... Sachie... beruntung ada yang nolong kamu, kalau nggak ada yang nolong gimana? Makanya kalau mau kemana - mana tuh, ngomong dulu sama mami, biar mami bisa nemenin kamu," Ucap Mama Sachie. "Iya... maafin Sachie mi... lain kali nggak lagi kok mi," Sahut Sachie menyesal. "Ya udah, kali ini mami maafin, masalahnya kalau kamu kenapa - napa, papi kamu pasti marahnya sama mami, nanti mami pasti di bilangin kalau nggak bisa jagain kamu, makanya jangan cari gara - gara ya," Ucap Mami Sachie, yang bernama Clara. "Ya udah, kamu ganti baju dulu sana, ntar masuk angin lagi," Ucap Clara. Clara adalah mami sambungnya Sachie, mami kandung Sachie meninggal dunia saat usia Sachie 8 tahun, papi Sachie seorang pengusaha kaya raya, dia sangat menyayangi Sachie dan tak boleh lecet sedikit pun. Papinya bernama David Olivier, belum memiliki anak lagi dari Clara, mami sambung Sachie. Sehingga Clara bertanggung jawab penuh dalam menjaga dan merawat Sachie, walaupun saat ini Sachie sudah ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status