แชร์

3. Layanan Tambahan

ผู้เขียน: juskelapa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-10-16 14:58:59

“Bagaimana?” tanya Nancy, menatap Roy. “Kita langsung ke ruangan VIP?”

Roy menoleh ke arah Novan. Asistennya itu pasti mengerti apa yang harus dilakukan.

“Saya tunggu di mobil, Pak.” Novan mengangguk kecil dan berlalu dari tempat itu.

Nancy mengibaskan tangan, mempersilahkan tamunya agar mengikuti.

“Saya kira awalnya Pak Roy cuma ingin melihat Rara—Sahara maksud saya. Rupanya Pak Roy juga jeli kalau Inke juga luar biasa,” ucap Nancy diiringi tawa kecil.

Roy tak menanggapi. Dia memasukkan satu tangan ke saku dan satu lainnya kembali menutup hidung dengan sapu tangan. Dia butuh satu gadis seperti Inke sebagai media peraganya. Kepribadian Sahara  dari hasil penyelidikannya selama ini, sedikit membuatnya tertantang.

Nancy melirik hal yang dilakukan Roy dan seketika menghentikan tawanya. Tamu yang amat menyebalkan, pikirnya. Syukur wajah tampan serta kemampuannya mengucurkan uang banyak dalam waktu singkat, bisa menjadi daya tarik.

Berapa usia pria di sebelahnya ini? Nancy melirik Roy dengan ekor matanya. Helaian rambut putih di antara kilap rambut cokelat gelap Roy, hadir bagai susunan asesoris. Pria di sebelahnya sudah cukup berumur. Nancy menebak kalau Roy berusia di awal empat puluhan. Kalau lelaki itu duda, mungkin dia akan lebih paham. Tapi, belum pernah menikah? Tak mungkin tak ada yang mau. Andai dilamar pria di sebelahnya, detik itu juga Nancy pasti akan mengatakan ya.

Apa yang dilakukan pria sampai setua itu tanpa seorang pendamping? Walau memiliki harta berlimpah dan seratus pelayan di rumahnya. Seorang pria setidaknya membutuhkan seks teratur. Terlepas dari apa pun orientasi seksualnya. Tamunya ini malah mencari Sahara. Gadis penari paling muda dan selalu menjadi incaran para bandot tua. Nancy jadi penasaran apa yang akan dikatakan Sahara untuk menolak pria di sebelahnya. Apakah sama dengan kejadian-kejadian sebelumnya?

Lamunan Nancy tiba-tiba buyar. Dua orang pria di depannya beradu mulut.

“Sudah berkali-kali diingatkan! Anda tidak boleh menyentuh penari! Silakan bayar tagihan Anda sekarang! Jangan macam-macam, limit kartu Anda terbatas.” Seorang pegawai dengan setelan jas, menyeret seorang pria keluar dari salah satu ruangan di sebelah kanan Roy.

“Dasar lintah pengeruk! Kalian ikut menikmati uangku. Aku dulunya pelanggan loyal di sini. Tapi sekarang, kurang sedikit saja kalian berisik. Lepaskan!” teriak pria yang diseret, mencengkeram lengan pegawai club dan menghempaskannya.

“Jangan besar mulut, selesaikan saja hutang-hutang Anda.” Pegawai club menyerahkan map kecil tebal yang biasa digunakan untuk menyelipkan tagihan.

Roy menghentikan langkah. Dia dengan cepat mengenali suara teriakan pria di depannya. Teriakan lantang yang pernah mengusirnya dari sebuah ruangan kantor. Masih dengan sapu tangan menutup hidungnya, Roy berjalan mendekati.

“Masukkan tagihannya ke tempat saya,” ujar Roy pada pegawai.

“Atas nama Bapak—”

“Roy Anindra Smith,” tegas Roy. Pria yang tadi berteriak-teriak, memandangnya membelalak. Tamu yang tak sanggup membayar tagihan itu sudah mengenali Roy.

Nancy berdiri di belakang Roy memberi anggukan kepada pegawai agar segera pergi. Masalah tunggakan tagihan pelanggan sudah terpecahkan. Tak ada gunanya berdiri di antara para orang kaya yang selalu menyimpan dendam satu sama lain.

“Roy?” sapa pelanggan, sekaligus pria yang pernah mencampakkan proposal kerja sama Roy.

“Sudah miskin?” tanya Roy.

“Maaf, Roy. Yang dulu harusnya jangan diingat lagi. Kalau kamu perlu tenaga—”

“Jangan masuk ke sini lagi. Wanita-wanita yang kau pegang itu, perlu uang untuk tampil cantik.” Roy mengatakan hal itu dari balik sapu tangan. Dia kembali melanjutkan langkah.

“Apa nama perusahaanmu? Apa boleh aku ikut bergabung?” Pria yang tengah bangkrut itu berucap setengah memohon. “Aku bisa kerja 12 jam sehari. Aku janji aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk proyek-proyek yang kau percayakan.”

Roy kembali menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, Roy berkata, “Ada yang menawarkan kerja 24 jam sehari, tapi tetap kucampakkan ke jalan. Kau cuma satu dari banyak lalat yang mengerubungi makanan basi. Tagihanmu akan kubayar. Sebagai ucapan terima kasih atas keramahanmu di masa lalu.”

Nancy mendahului langkah Roy dan membuka pintu di sebelah kanan.

“Kita duduk sebentar. Dua gadisku akan datang. Aku pastikan Pak Roy nggak akan nunggu lama.” Nancy mengangkat pesawat telepon dan menyebutkan beberapa jenis nama minuman.

Roy mengedarkan pandangan ke tiap sudut ruangan. Dia memilih menghempaskan tubuhnya di tengah sofa. Tempat dia bisa melihat seluruh ruangan itu dengan sempurna. Tak lama, pintu diketuk. Seorang pelayan pria dengan nampan minuman masuk dan menyusun minuman ke atas meja dengan tangkas.

Sebotol Hennesy VSOP Cognac, salah satu dari jenis brandy yang diciptakan untuk memenuhi permintaan raja Inggris. Pelayan memenuhi gelas kecil yang telah diberi tiga butir es batu. Beberapa botol air mineral sudah standby di atas meja sejak tadi. Pelayan keluar sesudah memastikan semuanya cukup.

Tok Tok Tok

Pintu kembali diketuk, wajah Sahara muncul lebih dulu di pintu. Tatapannya langsung bertumbuk dengan Roy dan seketika wanita muda itu memasang raut jengkel.

To Be Continued

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (34)
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
udah merinding aja baru 3bab kak
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
demi sahara Roy tak married married
goodnovel comment avatar
Lisa Fatimah
akibat candu baca novel Kk Njus di Ntoon, akhirnya bela²in kesini hahahah...
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status