แชร์

5. Pertunjukan VIP

ผู้เขียน: juskelapa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-10-19 17:18:19

Lagu itu baru mengalun semenit. Harusnya mereka masih bisa menari sebentar lagi dengan pakaian lengkap. Tapi Inke membuat pertunjukan itu amburadul. Sahara baru bekerja di sana lebih dari enam bulan. Dan dia tak pernah diundang ke sebuah ruangan VIP bersama rekan seniornya yang satu itu.

Bisa dibilang, Inke adalah penari senior yang mahal. Para pria kaya harus merogoh kocek mereka sedikit lebih banyak untuk menikmati tubuh bugil perempuan itu.

“Kalau nggak mau nge-dance, tinggalkan aku berdua dengan laki-laki ini.” Bisikan Inke terdengar sangat samar di dekat Sahara.

“Aku akan profesional,” sahut Sahara dengan mulut nyaris tak terbuka.

Inke beringsut dari tiang dan memandang sengit pada Sahara. Tiga puluh detik kemudian, Sahara telah melepaskan atasan dan membelitkan kakinya di tiang.

“Ya, begitu. Kamu harus cerdas,” gumam Roy, lalu menatap tajam pada tubuh Sahara. Dia menyukai tungkai kaki Sahara yang panjang dan bagian mungil milik gadis itu yang terlihat sangat bersih di atas pentas.

Inke menuruti permintaan Roy. Wanita itu bergerak mendekat dan mengisi sebuah gelas dengan sebutir es batu dan sedikit Cognac, sebelum duduk di sebelah Roy.

Musik masih mengalun, Roy tak melepaskan matanya pada Sahara yang sedang menarik pengait roknya dengan perlahan. Selembar g-string menutupi bagian kewanitaannya yang dilapisi sepasamg stocking tipis berwarna merah. Heels super tinggi berwarna hitam yang modelnya seperti wanita kantoran membuat bokong wanita itu terangkat dengan sempurna.

“Kamu?” Roy mengalihkan pandangannya pada Inke yang duduk bertelanjang dada di sebelahnya sambil memegang segelas minuman. “Tuangkan minuman,” bisik Roy dengan nada memerintah.

Inke mengerling sekilas pada Sahara yang sedang menyandari tiang, dan melorotkan tubuhnya ke bawah dengan posisi kaki sangat menantang.

“Mr. Roy, minuman Anda,” ujar Inke menyodorkan gelas pada Roy. Mengalihkan perhatian Roy dari penari muda yang sedang menarik celana dalamnya turun. Dalam tempo dua jam saja, Roy sudah dua kali melihat Sahara menelanjangi dirinya sendiri.

Roy mengambil minumannya dari tangan Inke. “Kamu?” Roy mengangkat alisnya memandang Inke.

“Ya, kenapa?” Inke merendahkan suaranya seelegan mungkin.

“Kamu juga harus profesional seperti dia,” ujar Roy, menunjuk Sahara dengan gelas Cognac di tangannya.

“Tapi, saya lagi meladeni Anda minum.” Inke kembali menjepit sebutir es batu dan memasukkan ke gelasnya sendiri.

“Saya juga suka diladeni seorang wanita telanjang yang menuangkan minuman,” sahut Roy datar.

Bukan membela Sahara, tapi Roy memang tidak suka seseorang yang bermain kotor serta memanfaatkan orang lain. Belasan tahun dia sudah di pertemukan oleh orang-orang seperti itu. Inke memang jauh lebih tua dari Sahara. Sikap senioritas wanita itu pun tak bisa disembunyikan.

Satu lagu sudah nyaris selesai. Sahara menggenggam tiang dan memutari tiang itu dengan kecepatan yang mengibaskan rambut cokelatnya.

“Temanmu sangat cantik,” bisik Roy pada Inke. Dia menunggu reaksi perempuan itu. Inke mengangkat gelasnya lagi dan meneguk minumannya sebanyak mungkin.

“Kalau Anda sedang mencari gadis untuk ditiduri, dia tak melakukan layanan itu. She’s beautiful, virgin, and poor ...,” bisik Inke. Dia sudah terlalu sering mengatakan pada tamu, kalau Sahara cantik, perawan dan wanita miskin.

Roy menarik senyum tipis. Dia sudah tahu kalau Sahara gadis yang cantik, muda, miskin dan perawan. Berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya agar perempuan yang sedang terbaring di rumah sakit segera mendapat pengobatan layak.

“Gimana kalau saya menawarkan dia uang banyak?” tanya Roy, menelusuri wajah Inke yang dipenuhi makeup. Pandangannya kemudian turun pada leher Inke yang kelilingi kalung coker hitam dengan bandul kecil di depannya.

“Dia sering mendapat tawaran itu. Tapi selalu ditolaknya. Anda bukan satu-satunya laki-laki yang datang ke sini menawari kami uang.” Inke bangkit dan melepaskan bawahannya dengan santai. Wanita itu lalu melebarkan kakinya dan duduk di pangkuan Roy. Inke sudah setengah mabuk.

Inke melingkarkan kedua tangannya di sekeliling leher Roy. Dia menarik kepala pria itu dan membungkuk untuk berbisik. “Anda ingin layanan apa? Tinggalkan kartu nama aku akan menghubungi.” Inke kembali menegakkan tubuhnya. Membiarkan puting payudaranya menggesek pipi dan bibir Roy.

“Ehem! Pertunjukan selesai. Maaf, kalau aku mengganggu.” Sahara memunguti pakaiannya. Dia membelakangi Roy dan Inke untuk kembali mengenakan selapis demi selapis seragam minim yang tadi dipakainya.

“Apa aku juga harus berpakaian sekarang?” tanya Inke. Kedua tangannya mengacak bagian belakang kepala Roy.

“Kamu nanti aja. Aku perlu ngomong sesuatu ke temen kamu,” ucap Roy. Dia menaikkan alisnya dan sedikit menggerakkan dagu mengisyaratkan pada Inke untuk menyingkir dari pangkuannya.

“Oke, udah selesai. Boleh aku pergi sekarang? Aku—nggak enak mengganggu pelanggan.” Sahara masih merapikan lilitan rok mininya.

“Kalau saya nggak salah, waktu kamu baru selesai satu jam lagi. Miss Nancy belum bilang?” selidik Roy.

Sahara menautkan kedua tangannya di depan tubuh. “Maaf, saya kira—”

“Duduk di sini,” pinta Roy pada Sahara. Dia menepuk bagian kiri sofa untuk gadis muda itu. Inke terlihat tak senang. “Dan kamu … jangan berpakaian. Aku suka cara kamu menuang minuman.” Roy mengangkat gelasnya ke arah Inke.

“Sahara membutuhkan pemicu. Inke harus tetap di sini,” batin Roy.

To Be Continued

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (27)
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
laki laki yang misterius
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
mdmejekdkdkdkdkmf
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
wah itu inke udah kepanasan
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status