Home / Romansa / Gadis Penari Sang Presdir / 6. Katanya, Dia Bukan Pelacur

Share

6. Katanya, Dia Bukan Pelacur

Author: juskelapa
last update Huling Na-update: 2021-10-22 10:19:55

Sahara terlihat gelisah saat Roy memintanya duduk di sebelah laki-laki itu. Dia melihat Roy seperti menginginkan sesuatu darinya. Mengingat apa yang selalu dikatakan oleh pengunjung pria club itu padanya, Sahara menebak bahwa keinginan Roy pasti sama saja.

Sahara duduk melengkungkan punggungnya elegan mungkin. Dengan dagu yang sedikit terangkat, ia membalas tatapan Roy. Dia tak ingin kalah oleh laki-laki itu.

Roy Anindra Smith? Nama yang aneh, pikirnya. Nama pria asing dengan sentuhan lokal. Sahara tak pernah mendengar desas-desus tentang pria ini sebelumnya. Orang kaya baru? Atau bukan penduduk negara ini?

Warna cokelat rambut Roy lebih muda dari rambutnya. Dengan minyak rambut yang berkilap, rambut pria itu ditata rapi ke belakang. Lembaran rambut keperakan terlihat berkilau . Cukup tua. Dengan beberapa guratan di sudut matanya, pria di sebelahnya mirip seorang bintang pesebakbola Inggris yang tenar dan sudah pensiun.

“Sudah selesai mengagumi saya?” tanya Roy, memecahkan lamunan Sahara yang sedang memandang lekat pada wajahnya.

“Sorry?” ucap Sahara, mengerling pada Inke yang masih duduk telanjang bulat tak diacuhkan.

Roy merogoh bagian dalam kantung jasnya. “Kamu, Sahara? Langsung saja. Berapa harga keperawananmu? Saya yakin, kamu nggak banyak pilihan sekarang. Ambil ini untuk membayar tagihanmu segera. Lusa, datang ke sini.” Roy menyodorkan selembar cek dan sebuah kartu nama.

Tangan Sahara perlahan bergerak mengambil cek dan kartu nama yang baru disodorkan padanya. Matanya membelalak. Selama ini, tak ada yang menghargainya sebegitu besar.

“Ini—ini uang untuk apa?” tanya Sahara, sedikit tergagap. Pandangannya berpindah antara cek, kartu nama, dan wajah Roy yang menyelidik. Kenapa Roy mengatakan soal tagihan? Apa pria di depannya tahu kalau hutang-hutangnya sekarang menggunung? Sahara mengernyit.

“Itu uang muka pertanda keseriusan saya,” ujar Roy, memandang hidung mancung dan bulu mata lentik yang sedang menunduk di atas kertas.

Dua ratus juta cuma sebagai uang muka? Sahara mendongak menatap wajah Roy lebih teliti.

Selama ini para tamu di sana menawarkan paling banyak lima puluh juta untuk menghargai keperawanannya. Para tamu di sana hanya menganggapnya sebagai gadis imigran dari luar negeri yang membutuhkan perlindungan dan izin tinggal.

Seperti mengetahui isi pikiran Sahara, Roy berkata, “Selama ini pasti kamu dianggap sebagai salah satu dari gadis Uzbekistan yang berkeliaran di club malam. Benar begitu?”

Sahara tak menjawab pertanyaan Roy. Otaknya berputar mencari alasan paling masuk akal pria hampir separuh baya itu datang mengejarnya. Pria itu pasti dengan mudah membayar gadis perawan untuk tidur dengannya. Tak perlu mengeluarkan uang sebegitu banyak. Apa karena ia bisa menari? Meliuk-liuk melakukan lap dance bisa membangkitkan hasrat pria itu?

“Tunggu—tunggu, memangnya berapa jumlah cek itu? Anda memintaku telanjang sepanjang malam sambil menuangkan minuman, tapi kenapa dia yang Anda tawari cek?”

“Sorry? Kamu tetap bekerja di sini seperti biasa. Saya sudah membayar mahal untuk ini. Soal wanita muda ini, bukan urusanmu. Aku tetap memakai jasamu,” ucap Roy, meremas payudara Inke dan mengusap puncaknya dengan ibu jari. Inke seketika terdiam. “Uang nggak bisa cuma-cuma dikeluarkan. Saya juga kerja keras untuk itu. Kamu—harus memberikan layanan yang terbaik kalau mau ikut menerimanya,” bisik Roy, tangan kanannya masih memilin puncak payudara Inke.

“Sir—Om, Pak!” panggil Sahara. Ia sedikit terganggu dengan aksi Roy menggoda Inke. Rekannya terlihat sudah menelan ludah karena sentuhan pria itu. “Maaf, saya bukan pelacur. Saya nggak pernah melayani tamu club di luar jam kerja. Saya—cuma penari biasa. Saya memang penari telanjang, tapi saya bukan pelacur. Untuk ini ... saya nggak bisa terima.” Sahara kembali meletakkan kartu nama dan cek yang diberikan Roy.

Roy tertawa. “It’s okay. Enggak apa-apa. Jangan dikembalikan. Ambil saja buat kamu. Saya sudah bisa menebak kalau kamu pasti menolak. Tapi, saya mau kamu tetap menemani saya di sini. Tetap duduk di sebelah saya dan awasi yang saya lakukan.” Roy mengalihkan pandangannya pada Inke.

“Saya mau kamu ....” Roy mengusap pipi Inke, memasukkan ibu jarinya ke mulut wanita itu. Inke mengisap ibu jari tangan Roy seraya memejamkan mata.

“Sekarang,” bisik Roy, lalu Roy menyandarkan tubuhnya di sofa dan merentangkan kedua tangannya di sandaran. Bola mata cokelatnya menatap Inke sesaat lalu berpindah ke arah resleting celananya yang tengah diturunkan Inke perlahan.

Desahan panjang dan lega terdengar meluncur dari mulut Roy. Inke membenamkan mulutnya di bawah sana dan memberikan sensasi pijatan lembut yang membuat Roy memindahkan tangannya ke kepala wanita itu.

“Kamu harus liat. Ukuran ini nggak akan mengecewakan kamu,” bisik Roy pada Sahara. “Saya bisa beri kamu sensasi layaknya malam pertama yang nggak akan kamu lupakan seumur hidup. Biar saya yang melayani kamu,” ucap Roy seraya meringis.

Sahara diam tak berkutik. Pelan-pelan ia menelan ludahnya. Karena aksi mulut Inke yang berdecak keras, naik turun dengan rakus seakan baru menemukan kejantanan seorang pria, cekungan di antara kedua paha Sahara terasa mulai lembab.

To Be Continued

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (43)
goodnovel comment avatar
Riska Wulandari
pinter bener bapak Roy ini manasin Sahara..
goodnovel comment avatar
Mawar Aryanti
udah kebat kebit aja aku kak
goodnovel comment avatar
Asfi Umaroh
yaaa ampun
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status