Share

Cukup Prita!

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2021-07-30 13:54:14

"Jadi dong masa ngga. Om Firas keluar dulu aja, aku malu," balas Prita bersemangat. Ia tidak ingin Firas melihat wajahnya yang memerah.

"Ya udah aku tunggu di luar, yah. Kalo kelamaan, mending ngga usah jadi aja," kata Firas lagi sengaja agar Prita cepat-cepat keluar.

"Dasar pria tua bangka bawel!" racau Prita pelan, namun masih bisa didengar oleh Firas.

"Apa kamu bilang?" Firas menaikkan nada suaranya mendengar kata-kata Prita.

"Eh, ngga Om ganteng. Cepet sana keluar duluan. Sebentar lagi aku nyusul," sahut Prita pura-pura berkata manis.

Akhirnya Firas keluar dan menunggu di ruang tamu. Ia tidak lupa untuk mengecek rekaman CCTV di kamar saat ini. Ia melihat Prita membuka selimut sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan kedua tangannya. Ia kepanasan karena terlalu lama bersembunyi di dalam selimut.

Setelah itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia melakukannya hingga berkali-kali. Kemudian bangkit sambil menepuk pipinya dan mengucapkan kata semangat.

Firas bergegas mematikan ponselnya dan meletakkannya di saku celana. Ia takut ketahuan karena sebentar lagi Prita akan muncul.

"Ayo, Om!" ajak Prita tanpa menoleh sedikitpun. Ia berjalan keluar menuju garasi mobil.

"Dasar anak songong!" kata Firas berjalan di belakang Prita.

Mendengar apa yang dikatakan Firas, Prita menoleh ke belakang sambil nyengir kuda. Ia menunjukkan gigi gingsulnya dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya.

"Manis, sih, tapi songongnya ngga ketulungan," batin Firas memuji kecantikan Prita.

Sampai di depan mobil, Prita masuk ke dalam dan duduk di kursi penumpang. Kemudian disusul oleh Firas yang masuk dan duduk di kursi kemudi. Prita pikir, akan ada supir yang mengantar mereka pergi berbelanja, tapi ternyata Firas mengemudi sendiri.

"Loh, Om Firas nyetir sendiri? Ngga pake supir aja? 'Kan kaki Om baru banget sembuh? Emang ngga takut kenapa-napa gitu?" Prita nyerocos seperti kereta yang tidak ada remnya.

"Nggalah. Emangnya kamu ngga liat kaki aku udah bener-bener sehat?" kata Firas sambil menggerak-gerakkan kakinya. Padahal kaki Firas memang tidak bermasalah. Selama ini ia hanya berpura-pura lumpuh saja.

"Udah cepet sini kamu pindah ke depan. Lebih enak nyetir sendiri. 'Kan kalo mau ngapa-ngapain di mobil bebas. Ngga usah mikirin ada orang lain yang bakal merhatiin," kata Firas membuat Prita menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Ngga mau! Aku mau duduk di sini aja," sahut Pritaa tegas sambil menggelengkan kepalanya.

Firas memang suka banget menjahili Prita. Mungkin ada sensasinya tersendiri bagi pria itu.

"Kamu pikir aku sopir. Cepet pindah ke depan! Kamu mau jalan sendiri apa mau aku paksa," kata Firas tersenyum menyeringai.

Aneh rasanya melihat Firas tersenyum menyeringai. Seperti ada sesuatu yang yang pria itu rencanakan.

"Aku bisa, aku bisa sendiri. Dasar bawel tukang ngancem!" sahut Prita lebih memilih jalan sendiri pindah ke depan. Kemudian ia bergumam mengatai Firas.

"Nah, gitu dong. Kalo nurut gini 'kan enak. Jadi keliatan lebih anggun," kata Firas membuat Prita mengomat-ngamitkan bibirnya.

"Ngomong-ngomong ini gaun siapa, Om? Kok, kayak bekas guntingan gini," tanya Prita menyentuh ujung gaun yang terlihat tidak rata.

"Ngga usah banyak tanya," sahut Firas malas.

"Cieee... jangan-jangan ini baju mantan pacar Om Firas, yah? Cieee... masih sayang nih ye makanya masih disimpan," kata Prita menggoda.

"Hentikan, Prita!" dalih Firas tidak ingin membahas masa lalunya. Karena itu hanya akan mengingatkan luka hatinya yang begitu dalam.

"Cie ciee... Om Firas. Ada yang masih cinta nih sama mantannya." Prita masih saja menggoda Firas. Tanpa melihat ekspresi wajah Firas yang sudah menghitam karena menahan amarah. Gadis itu benar-benar tidak bisa melihat situasi.

"Cukup, Prita!" bentak Firas sambil membanting setir dan menepikan mobilnya.

Prita tersentak mendengar Firas membentaknya. Jantungnya berdegup kencang karena ketakutan.

Setelah menepikan mobilnya, Firas menarik bahu Prita dengan kasar. Ia menatap Prita dengan bola mata yang memerah.

"Aku bilang cukup, tapi kamu masih ngga mau denger. Jadi, terima hukuman kamu," kata Firas sebelum akhirnya melumat bibir imut Prita.

Firas melumat bibir Prita dengan kasar. Bahkan ia tidak sadar sudah menggigit bibir bawah Prita. Sedangkan sang empu hanya terdiam menerima hukumannya. Matanya terbuka lebar dengan ekspresi pasrah. Air matanya mengalir karena menahan sakit, akibat dari gigitan Firas di bibirnya.

Merasa anyir di lidahnya dan ada sesuatu yang basah di pipinya. Firas melepaskan lumatannya dan melihat Prita yang terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Pandangannya beralih pada bibir Prita yang membengkak. Darah segar mengalir deras menetes ke dagu hingga gaun yang ia kenakan.

"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan?" tanya Firas pada dirinya sendiri.

Ia memundurkan tubuhnya, tidak percaya dengan apa yang ia lakukan. Apalagi ketika melihat Prita yang hanya terdiam. Membuatnya semakin merasa bersalah. Firas menyadarkan dirinya dan kembali mendekat ke arah Prita. Ia mencoba menyentuh luka di bibir Prita, tetapi dengan cepat Prita menepisnya.

"Ngga perlu! Aku baik-baik aja," kata Prita menepis tangan Firas

Ia mengambil tissue dan menyekanya perlahan. Ia mengusapnya seperti tidak ada rasa sakit sama sekali. Mungkin sakit hatinya jauh lebih besar daripada sakit di bibirnya.

"Maaf, maafin aku Prita. Aku bener-bener ngga sengaja. Aku tadi emosi, jadi ngga bisa berpikir jernih," lirih Firas memohon maaf.

"Kita putar balik aja. Lain kali, baru kita beli bajunya," kata Prita menatap ke arah jendela. Sambil sesekali menyeka darah yang mengalir di bibirnya.

"Terus seragam kamu gimana? Kita ke rumah sakit dulu aja, obatin luka kamu," sahut Firas khawatir dengan luka Prita.

"Suruh sopir ambil baju di rumah bapak, sekalian perlengkapan sekolah. Dan, ngga perlu ke rumah sakit. Ngga perlu diobati, besok juga udah sembuh," kata Prita ketus.

Firas menghela nafas kasar dan memutar balikkan mobilnya. Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua. Prita menatap keluar dengan tatapan kosong. Sedangkan Firas sesekali melirik ke arah Prita. Ia merutuki kebodohannya karena tidak bisa mengontrol emosinya.

Sampai di rumah, Prita langsung ke kamar membanting pintu dengan keras. Kemudian, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tanpa membersihkan lukanya, ia tertidur dengan posisi miring.

Selang tiga puluh menit, Firas mengendap-endap masuk ke dalam kamar. Ia menatap punggung Prita dengan tatapan sendu. Ia berjalan mendekat dan mendengar suara nafas Prita yang teratur.

Firas mengambil kotak obat di laci. Ia membersihkan dan mengobati luka di bibir Priita. Karena lukanya sudah mengering, ia sedikit kesulitan membersihkannya. Prita merasakan perih di bagian bibirnya. Ia membuka matanya dan langsung menutupnya kembali.

Hatinya terasa menghangat dan rasa kesal di dadanya menghilang seketika hanya karena perlakuan Firas saat ini. Seperti inilah wanita, hatinya mudah luluh hanya dengan sedikit perhatian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penebus Hutang   Inilah Akhir

    "Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg

  • Gadis Penebus Hutang   Khayalan Seorang Firas

    Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain

  • Gadis Penebus Hutang   Mengingatkan Apa Yang Sudah Ia Lupakan

    "Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,

  • Gadis Penebus Hutang   Selalu Benar

    "Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu

  • Gadis Penebus Hutang   Hampir Kehilangannya

    "Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u

  • Gadis Penebus Hutang   Amnesia Disosiatif

    "Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status