"Stop bercandanya, Mas! Apa kamu mau mengujiku?" jawab Prita geram sambil menggertakkan gigi dan memelototinya.
"Siapa yang bercanda? Orang aku serius malah dibilang bercanda," kata Firas mencoba meraih kursi rodanya."Jangan macem-macem ya, Mas! Pokoknya aku mau mandi sendiri," peringat Prita. Ia lekas masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu.Setelah selang dua puluh menit, Prita selesai melakukan ritual mandinya. Ketika ia hendak mengambil handuk yang tadi ia bawa, handuknya terjatuh hingga basah. Akhirnya dengan sangat terpaksa, ia memutuskan untuk memanggil Firas. Ia akan meminta tolong pada suaminya untuk mengambilkan handuk baru."Mas Firas!" panggil Prita."Ada apa?" sahut Firas bertanya sambil menggerakkan menarik kursi rodanya."Om, tolong ambilin handuk baru dong. Ini handuknya tadi jatoh, jadi basah deh," pinta Prita bergegas menutup pintu."Mulai lagi nih ya manggil aku om," keluh Firas menatap pintu kamar mandi lekat. Sampai-sampai ia melupakan kepura-puraannya menjadi lumpuh dan beranjak berjalan mengambil handuk baru di lemari."Pantesan juga dipanggil om. Pokoknya mulai sekarang aku panggil kamu om aja," sahut Prita dengan nada meledek."Terserah kamu aja. Yang penting sekarang buka pintunya dulu. Gimana aku bisa ngasih handuknya, kalo pintunya aja masih kamu tutup," kata Firas beralasan."Mana handuknya? Cepet kesiniin," kata Prita tidak melihat sosok Firas di depan pintu.Tiba-tiba, Firas berlari dan mencoba mendorong pintu kamar mandi."Dasar om-om mesum, kurang ajar!" teriak Prita menahan pintu yang hampir terbuka."Ayolah Prita buka pintunya. Aku cuman bercanda tadi," kata Firas jujur."Ngga mau. Om Firas pasti mau ngelakuin sesuatu 'kan? Ya 'kan?" sahut Prita khawatir bahwa Firas akan masuk ke dalam."Ngga. Aku serius. Kapan kita mau pergi beli bajunya, kalo sampe sekarang kamu belom selese. Sedangkan aku juga belom mandi," kata Firas lagi membuat Prita membuka pintu dan mengulurkan tangannya.Firas menyerahkan handuk pada Prita dan menunggunya di depan pintu. Setelah melihat Prita keluar berbalutkan handuk. Firas menatap tajam ke arah dada Prita."Kecil-kecil tapi dadanya besar, sebesar dada orang dewasa," kata Firas sengaja meledek."Loh, Om kamu udah bisa jalan?" Prita terkejut melihat Firas berjalan dengan tegak."I-iyah," sahut Firas terbata sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Aduh, kok, aku bisa lupa yah. Kalo sekarang aku lagi pura-pura lumpuh. Sial, sial, sial!" bisik Firas dalam hati merutuki kebodohannya.Prita menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia berjalan mundur karena Firas berjalan ke arahnya. Hingga pada akhirnya, Prita jatuh terlentang di atas tempat tidur. Namun Firas tidak juga berhenti, justru menunjukkan senyuman yang membuat Prita gemetar ketakutan.Mundur terus mundur, hingga kepalanya terbentur kepala ranjang. Prita semakin tersudut ketakutan karena tidak ada tempat berlindung lagi. Lama-kelamaan, Firas sudah berada tepat di depan matanya."Kamu mau ngapain, Om?" tanya Prita masih menyilangkan kedua tangannya di dada."Ini otak isinya apa, sih? Lain kali jangan mikir yang ngga-ngga. Kalo udah kejadian baru nyesel kamu," kata Firas menoyor kepala Prita."Hehehe ... Lagian situnya aja yang bikin orang mikir yang ngga-ngga. Dasar om-om nyebelin!" sahut Prita terkekeh geli, tetapi tidak lupa untuk menyalahkan Firas.Pria itu hanya menoleh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, ia tiba-tiba keluar karena melupakan sesuatu."Pakai ini untuk sementara. Nanti kita beli baju baru yang banyak. Tentunya yang jauh lebih bagus daripada itu," kata Firas melempar gaun yang sudah ia siapkan."Jangan tiba-tiba keluar loh, yah. Aku mau pake baju di sini. Awas aja kalo sampe keluar! Aku gigit kamu, Om," kata Prita mengancam.Buat apa ganti baju di kamar, sedangkan ada ruang ganti khusus di di balik lemari."Mau dong digigit," kata Firas tersenyum menyeringai."Dasar om-om ngga jelas!" kata Prita memajukan bibirnya.Firas masuk ke dalam kamar mandi. Ia hanya tersenyum dan berencana membuka pintu agar Prita terkejut dan kelabakan.Klek!Firas sengaja membuka pintu dengan suara yang agak kencang."Aaaaa!" Prita berteriak mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.Padahal Firas hanya membukanya, tetapi tidak keluar. Ia sengaja ingin mengerjai Prita. Sebegitu menyenangkannya kah membuat Prita marah? Sepertinya kehidupan tenang Prita akan segera berakhir, tetapi tidak dengan Firas. Ia justru merasa kehidupannya jauh lebih berwarna dengan kehadiran Prita di hidupnya."Dasar om-om mesum! Awas aja kamu, yah," teriak Prita kesetanan. Ia merencanakan sesuatu untuk membalaskan dendamnya pada Firas.Prita bergegas memakai gaunnya, karena ia takut Firas akan keluar. Kemudian, ia mengeringkan rambutnya. Setelah itu, ia berdiri di depan pintu kamar mandi sambil melipat tangan kirinya di depan dan tangan kanannya yang sedang ia mainkan kukunya.Ketika Firas sedang membuka pintu, Prita menendang pintu hingga Firas mundur beberapa langkah ke belakang."Apa yang kamu lakukan anak songong?" Firas mengeluh melihat sikap Prita.Bukannya menjawab, Prita malah masuk kedalam kamar mandi. Ia mendorong bahu Firas menggunakan telunjuknya. Namun tiba-tiba, kaki Prita terpeleset dan ia jatuh ke dalam pelukan Firas. Sedangkan sang empu tidak sadar bahwa handuk yang ia lilitkan di pinggangnya jatuh terlepas.Prita merasa ada sesuatu yang keras menusuk ke perutnya. Ketika ia menunduk ke bawah, ia melihat sesuatu yang asing yang bahkan belum pernah ia lihat sebelumnya."Aaaa! Dasar om-om mesum!" teriak Prita memukul-mukul dada Firas sambil memejamkan matanya. Setelah itu, ia berlari keluar.Firas ikut menunduk dan melihat juniornya yang menegang, meminta masuk ke dalam sarangnya. Kemudian ia bergegas mengambil handuk di lantai dan melilitkannya kembali ke pinggangnya. Ia terkekeh geli melihat ekspresi Prita yang entah ketakutan atau malu. Karena melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat.Ia keluar kamar mandi dan melihat Prita bersembunyi di balik selimut. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan masuk ke ruang ganti. Setelah memastikan tidak ada Firas di kamar. Prita membuka selimut dan duduk sila. Ia menyentuh pipinya yang terasa menghangat mengingat kejadian tadi.Ia membayangkan betapa kekarnya tubuh Firas dengan perut kotak-kotaknya. Ditambah dengan juniornya yang besar. Membuat Prita merasa malu sendiri.Sementara di ruang ganti, Firas menatap layar ponselnya sambil tersenyum. Ia melihat rekaman CCTV kamar saat ini. Alasan yang bisa membuatnya tersenyum adalah Prita. Semenjak Prita masuk ke dalam kehidupannya. Firas jadi lebih mudah tersenyum. Dibandingkan ketika Indira meninggalkannya."Mmm ... mmm ... " Firas keluar dari ruang ganti mendapati Prita tersenyum malu.Sementara Prita langsung masuk kembali ke dalam selimut ketika mendengar suara deheman Firas."Ayo jalan, udah sore nih," ajak Firas melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.Karena tidak melihat pergerakan dari Prita. Ia melanjutkan kata-katanya, "Apa kita ngga usah jadi beli baju kamu aja, yah? Terus kita main dalam selimut sama-sama deh. Kayanya seru nih. Gimana?""Jadi dong masa ngga. Om Firas keluar dulu aja, aku malu," balas Prita bersemangat. Ia tidak ingin Firas melihat wajahnya yang memerah. "Ya udah aku tunggu di luar, yah. Kalo kelamaan, mending ngga usah jadi aja," kata Firas lagi sengaja agar Prita cepat-cepat keluar. "Dasar pria tua bangka bawel!" racau Prita pelan, namun masih bisa didengar oleh Firas. "Apa kamu bilang?" Firas menaikkan nada suaranya mendengar kata-kata Prita. "Eh, ngga Om ganteng. Cepet sana keluar duluan. Sebentar lagi aku nyusul," sahut Prita pura-pura berkata manis. Akhirnya Firas keluar dan menunggu di ruang tamu. Ia tidak lupa untuk mengecek rekaman CCTV di kamar saat ini. Ia melihat Prita membuka selimut sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan kedua tangannya. Ia kepanasan karena terlalu lama bersembunyi di dalam selimut. Setelah itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia melakukannya hingga berkali-kali. Kemudian bangkit sambil menepuk pipinya dan mengucapkan kata semangat. Firas bergega
"Maaf. Aku cuman ngga suka ada yang bahas tentang masa laluku," lirih Firas mengecup kening Prita dan keluar menuju ruang kerjanya.Prita bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Memangnya ada apa dengan masa lalu Firas? Kenapa ia begitu marah ketika Prita membahas tentang masa lalunya? Apa yang membuatnya begitu terluka? Prita penasaran dengan apa yang terjadi pada masa lalu Firas.Sampai pagi hari, Firas masih berada di ruang kerjanya. Muncul lingkaran hitam di bawah matanya. Itu karena semalam ia tidak memejamkan matanya sama sekali. Ia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan terhadap Prita. Malam pertama mereka terlewat begitu saja. Meskipun mereka tidur satu kamar juga, belum tentu mereka melakukannya karena Prita masih kelas tiga SMA. Jadi, tidak mungkin bagi keduanya untuk melakukannya. Dan satu hal lagi, pernikahan mereka bukan atas dasar cinta. Jadi, akan sangat tidak mungkin bagi mereka berdua untuk bermesraan."Mas Firas mana? Kok, ngga ikut sarapan?" tanya
"Boleh. Bapak mau tanya apa?" sahut Pak Bambang mempersilahkan."Siapa Pak Irsyad itu?" tanya Firas langsung pada intinya."Oh, Pak Irsyad. Beliau guru bahasa Inggris di sekolah ini, Pak," sahut Pak Bambang."Oh gitu. Apa Bapak tau alasan kenapa Prita selalu terlambat di hari yang sama setiap Minggu?" tanya Firas lagi mencoba mengorek informasi. "Tentu saja tau. Itu karena Neng Prita menyukai Pak Irsyad. Jadi, dia sengaja terlambat untuk mendapatkan perhatiannya," terang Pak Bambang menerawang ingatannya ketika Prita mengatakan bahwa ia menyukai Pak Irsyad."Apa?!" Firas tersentak mendengar jawaban yang Pak Bambang lontarkan."Ada apa, Pak?" tanya Pak Bambang melihat keterkejutan di wajah Firas."Ngga, ngga papa. Makasih sudah mau menjawab pertanyaan saya. Kalo gitu, saya pamit pulang. Oh iya, ini kartu nama saya. Kalo Pak Irsyad meminta pertanggungjawaban karena mengizinkan Prita masuk. Bapak bisa menghubungi nomor yang tertera di kartu nama ini," kata Firas sebelum akhirnya ia pulan
"Iya, suami. Emang kenapa?" tanya Firas menatap ke arah spion lagi karena saat ini ia sedang mengendarai mobil."Gue ngga salah denger 'kan, Ta?" tanya Anggi terbelalak tidak percaya."Ngga. Yang lo denger emang bener kalo Om Firas suami gue," sahut Prita malas."Sejak kapan? Kenapa gue ngga tau?" tanya Anggi lagi sedikit kesal.Ia merasa tidak dihargai oleh Prita. Jika Prita menganggap Anggi sebagai sahabatnya, seharusnya Prita mengundang atau sekedar memberitahunya saja. Sayangnya tidak sama sekali."Ngga usah kesel gitu. Aku sama Om Firas baru nikah kemaren," sahut Prita menjelaskan takut Anggi marah."Apa?! Kemaren? Kok lo ngga ngasih tau gue, sih. Sebenarnya gue ini sahabat Lo bukan, sih, Ta?" kata Anggi kecewa."Nih anak lebay banget, sih. Gue nikah juga dadakan, dipaksa sama ni om-om nyebelin," sahut Prita melirik ke arah Firas."Apa? Yang bener lo? Gue mau juga dong dipaksa nikah sama om-om ganteng model Om Firas," kata Anggi merasa iri.Siapa yang ngga mau dipaksa nikah sama o
Prita dan Surti menoleh ke asal suara. Dapat dilihat bahwa ekspresi wajah Firas sangat menakutkan. Entah kesalahan apa yang sudah Surti perbuat hingga membuat Firas begitu marah. Surti tergopoh-gopoh berjalan menuju Firas. Tidak ada yang tahu apa yang akan Firas lakukan pada Surti. "Saya, Tuan," kata Surti menunduk. "Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Firas bertanya pada Surti tentang kesalahannya. "Tidak, Tuan. Saya tidak tahu kesalahan saya apa," jawab Surti menggelengkan kepalanya. "Kamu lihat, siapa wanita yang baru saja kamu tatap matanya?" tanya Firas bertele-tele. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Firas sampai marah begitu. Dan kenapa tidak langsung pada intinya saja. Malah memutar kata-katanya membuat Surti bingung. "Tahu, Tuan. Beliau Nyonya Muda, istri Tuan yang tadi Tuan jelaskan," jawab Surti ketakutan. "Kalau sudah tahu, di mana sopan santunmu, huh?! Berani-beraninya kamu menatap mata istriku," Firas membentak Surti hanya karena kesalahan sepele. Hanya karena menata
Firas kembali fokus menatap layar ponselnya mendengar pertanyaan Anggi. Ia penasaran jawaban apa yang akan ia dengar dari mulut Prita. "Perasaan lo sama Om Firas gimana, Ta?" tanya Anggi. "Gue ngga ada perasaan apa-apa, Nggi, tapi ngga tau nanti," sahut Prita tidak berpikir apa yang akan terjadi pada perasaannya nanti. "Emang lo ngga ada gelenyar-gelenyar aneh gitu pas deket-deket sama Om Firas. Secara dia 'kan ganteng. Dulu aja pas pertama lo liat Pak Irsyad lo bilang gitu," tanya Anggi penasaran."Ngga ada, Anggi. Om Firas sama Pak Irsyad itu beda," sahut Prita membeda-bedakan. "Apa bedanya? 'Kan dia sama-sama ganteng?" tanya Anggi lagi. Ia paling menyukai laki-laki dengan paras tampan. Firas terkejut mendengar jawaban Prita. Mata dan telinganya terbuka lebar penasaran dengan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Prita. "Cih! Apanya yang beda? Paling ngga ada apa-apanya dibandingkan denganku," cibir Firas menatap layar ponselnya. "Bedanya itu di saat pertama kali gue ketemu
"Van, Van, Van tunggu!" teriak Rena berusaha menghentikan langkah Vanya yang sangat cepat. "Lo apaan, sih, treak-treak udah kayak di hutan aja deh," keluh Vanya kesal. "Iya, sorry," balas Rena lesu."Kenapa?" tanya Vanya sambil mengerutkan keningnya."Menurut lo, cewek yang di sana itu Prita, bujan?" tanya Rena menunjuk ke sebuah toko baju. "Mana? Lagian ngga penting banget, sih, ngurusin dia," sahut Vanya malas. Sepertinya gadis itu tidak melihat Prita sedang memeluk dan mengecup pipi seorang pria. Jika melihat, pasti akan memiliki ide gila untuk memotret dan menyebarkannya."Et dah ya. Sini dulu apa," kata Rena sambil menarik tangan Vanya. "Iya, iya. Mana?" sahut Vanya malas. "Itu si Prita lagi sama om-om," kata Rena menggerakkan kepala Vanya agar menatap ke arah Prita. "Waow!" Vanya tersenyum dengan manik mata berbinar."Sumpah gue ngga nyangka banget ternyata Prita peliharaan om-om," kata Rena sambil menggelengkan kepalanya melihat Prita mencium Firas. "Gue juga ngga nyangk
"Hahaha... " Firas tertawa terbahak-bahak melihat Prita memejamkan matanya. Gadis itu membuka matanya sedikit demi sedikit. Tiba-tiba perasaan aneh menyelimutinya. Ia merasa kecewa karena apa yang ia pikirkan barusan tidak benar. "Ih, Om Firas apaan, sih! Ngga jelas banget," sungut Prita memajukan bibirnya. "Ini otak isinya apa, sih? Pikirannya ngeres mulu. Apa jangan-jangan kamu ngarep banget yah aku cium," ledek Firas menoyor kepala Prita sambil tersenyum jahil. "Ng-ngga, kok. Apaan, sih, ye... Mending juga dicium sama Pak Irsyad," sahut Prita salah tingkah hingga keceplosan menyebut nama Pak Irsyad. Deg! Jantung Firas kembali bergetar mendengar nama Pak Irsyad disebut oleh Prita. Lagi-lagi pertanyaan mengenai Pak Irsyad kembali muncul di benaknya. Kemudian Prita mendorong Firas dan bergegas keluar. Ia menyentuh pipinya yang menghangat. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti, ia belum menyadari perasaan aneh apa yang kini muncul secara tiba-tiba. "Hayo, lagi mikirin a