Share

Keterpaksaan

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2021-07-12 00:19:53

"Iya, Pak. Tapi, udah malem begini emang bisa langsung diurus?" tanya Prita masih berharap pernikahan ini akan dibatalkan.

"Kamu ngga perlu khawatir, Prita. Semuanya biar aku aja yang urus. Kalo duit yang berbicara, ngga akan ada masalah," jawab Firas sombong.

"Hmmm ... Sombong!" kata Prita sambil memajukan bibirnya.

"Ini orang satu emang sombongnya ngga ketulungan. Sok kaya, nyebelin, ngeselin, pokoknya semuanya ada dalam dirinya. Awas aja kalo gue udah jadi istrinya. Bakal gue hambur-hamburin uangnya sampai tak bersisa, hahaha... " batin Prita tertawa terbahak-bahak.

"Bukannya sombong, tapi fakta," sahut Firas sambil mengangkat dagunya.

Sebenarnya Firas itu tampan. Hanya kakinya saja lumpuh. Jika dilihat-lihat, ia merupakan tipe laki-laki idaman semua wanita.

"Ganteng iya, kaya iya, lumpuh iya. Eh, maksudnya itu kekurangannya," batin Prita lagi.

"Ngomong-ngomong, ini udah malem loh yah. Tapi situ, kok, ngga pulang-pulang," kata Prita mengusir secara halus.

"Ngusir nih ceritanya. Lagian ini rumah juga bakal jadi rumah aku juga," sanggah Firas tidak mau kalah.

"Terserah situ ajalah biar seneng," balas Prita malas.

"Ya udah. Pak, Bu, saya pamit pulang dulu yah. Ngga enak udah ada yang ngusir," kata Firas melirik ke arah calon istrinya.

Susilo meremas kedua lututnya menahan amarah akibat sikap sang putri yang tidak habis-habisnya membuatnya malu di depan Firas. Entah apa yang akan ia lakukan nanti, setelah calon menantunya pulang.

"Bagi yang merasa aja," sahut Prita memutar bola matanya malas.

"Ngga usah didengerin Nak Firas. Prita emang orangnya gitu," kata Wati membuat Firas tersenyum.

"Hati-hati di jalan yah, Nak Firas," ucap Susilo sambil menepuk bahu Firas.

"Iyah Pak, Bu, saya pamit pulang."

Prita mendengar suara Firas yang semakin menjauh tanpa melihat wajahnya. Karena memang gadis itu langsung pergi ke kamar.

Setelah kepulangan Firas, Susilo dan Wati menyusul Prita ke kamarnya. Di saat-saat seperti inilah yang membuat gadis itu merinding. Karena Susilo tidak ada habisnya memarahi Prita. Sampai-sampai ia mengangkat tangannya dan menampar pipinya.

"Dasar anak tidak tahu sopan santun. Diajarin bener-bener tapi kayak ngga pernah diajar. Bikin orang tua malu aja. Pokoknya mulai besok, kamu harus bersikap sopan pada Firas. Kalo sampai bapak denger ataupun melihat kamu seperti tadi. Bapak anggap tidak mempunyai anak seperti kamu." Susilo meluapkan emosinya yang sedari tadi ia tahan.

Sepertinya kali ini Prita benar-benar melakukan kesalahan besar. Lihat saja bagaimana sikap ayahnya saat ini. Sedangkan sang ibu, ia hanya menasehatinya dengan perhatian. Membuat tangis yang gadis itu tahan semakin pecah.

"Maaf Pak, Bu. Aku cuman ngga pengen nikah sama dia," batin Prita menangis kesakitan.

Semenjak kedatangan Firas ke rumahnya. Prita sengaja berkata kasar agar pria itu mengurungkan niatnya. Walaupun rumah yang akan menjadi jaminannya. Tapi jika Prita diberi kesempatan, ia akan belajar dengan giat. Dan setelah lulus sekolah nanti, ia akan mencari pekerjaan untuk mencicil hutang keluarganya. Tapi entah apa yang membuat Firas semakin tertarik padanya. Apa jangan-jangan dia tahu alasan Prita bersikap tidak sopan?

Malam ini, Prita benar-benar tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Air matanya tidak henti-hentinya mengalir. Sampai saat waktu subuh tiba, ia baru terlelap. Dan ketika sang ibu membangunkannya, matahari sudah menyapa.

"Loh, mata kamu kenapa, Sayang?" tanya Wati melihat mata putrinya membengkak.

"Ngga papa, kok, Bu. Kayaknya semalem Prita digigit semut deh, makanya mata Prita bengkak begini," jawab Prita beralasan.

Padahal semalam air matanya bagai hujan deras yang tidak berhenti mengalir. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Tercetak jelas di matanya, bahwa hanya keterpaksaan yang terlihat di cermin.

"Sebentar lagi penata rias datang. Kamu cepetan mandi sana," kata Wati mendorongnya ke kamar mandi.

Bahkan di kamar mandi pun Prita menghabiskan waktu hampir dua jam. Wati sampai khawatir dan menggedor-gedor pintu. Hampir saja ia memanggil suaminya untuk mendobrak pintu jika putri tidak keluar.

"Baiklah. Selamat datang kehidupan baru. Selamat datang Nyonya Firas. Gue berharap semuanya bakal baik-baik aja," batin Prita mencoba menguatkan diri.

Prita keluar menuju ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa keluarga dari pihak keluarganya dan keluarga dari pihak calon suaminya. Mereka duduk berbaris menatap ke arah kedatangannya. Telihat senyuman merekah di wajah calon suaminya. Wajahnya berbinar seperti menyambut calon istri tercintanya. Padahal mereka bukan termasuk pasangan romantis yang saling mencintai. Tapi, ya sudahlah. Memang seperti itu takdir mereka berdua.

Wati memposisikan putrinya duduk di sebelah Firas. Memakaikan kerudung di atas kepala mereka berdua. Kemudian Pak Penghulu bersiap-siap untuk memulai.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan saudari Prita Laura binti Susilo dengan Firas Corten bin Abdullah Corten dengan mas kawin berlian tujuh puluh tujuh carat dibayar tunai!" Pak Penghulu mengucapkan kata-kata sakral itu dengan khusyuk.

"Saya terima nikah dan kawinnya Prita Laura binti Susilo dengan mas kawin tersebut, tunai!" ucap Firas tegas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu pada semua saksi yang ada.

"Sah!" Para saksi mengatakannya dengan jelas dan tegas.

Ketika Firas mengucapkan kata-kata itu, hampir membuat Prita berhenti bernafas. Karena cita-citanya untuk menikah dengan orang yang gadis itu cintai gagal. Namun, ini sudah menjadi keputusannya. Jadi, apa pun yang terjadi nanti, ia berharap bahwa ia tidak akan pernah menyalahkan siapapun. Entah itu ayahnya ataupun ibunya.

Gadis itu melihat ekspresi lega dari wajah ayah dan ibunya. Ia berusaha menguatkan dirinya sendiri bahwa keputusannya menerima pernikahan itu memang sudah benar.

Setelah akad nikah selesai, ia langsung dibawa pulang oleh suaminya tanpa membawa barang sekecil apapun. Ia hanya membawa pakaian kebaya saja yang ia kenakan saat ini.

Selama perjalanan menuju rumah Firas, ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menatap ke arah luar, melihat kendaraan yang lalu lalang. Manik matanya yang sembab hampir saja meneteskan bulir-bulir bening jika tidak ia tahan. Ini benar-benar pertama kalinya ia jauh dari kedua orang tuanya.

"Loh, kok, Papah sama Mamah kamu belok ke sana Om?" tanya Prita melihat bapak dan ibu mertuanya keluar jalur dan berbelok ke arah yang berbeda.

"Siapa yang kamu panggil om?" Firas balik bertanya dengan suara beratnya.

"Hehehe ... maaf. Abisnya aku ngga tahu harus manggil apa," sahut Prita terkekeh geli.

"Emangnya aku setua itu apa? Panggil aku mas atau kalo ngga panggil aku sayang," kata Firas meminta istri kecilnya memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Ngga pantes kalo di panggil mas. Emang udah tua, kok, ngga nyadar yah?" sahut Prita bergurau.

"Prita!" teriak Firas merajuk sambil menyentil dahi Prita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penebus Hutang   Inilah Akhir

    "Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg

  • Gadis Penebus Hutang   Khayalan Seorang Firas

    Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain

  • Gadis Penebus Hutang   Mengingatkan Apa Yang Sudah Ia Lupakan

    "Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,

  • Gadis Penebus Hutang   Selalu Benar

    "Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu

  • Gadis Penebus Hutang   Hampir Kehilangannya

    "Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u

  • Gadis Penebus Hutang   Amnesia Disosiatif

    "Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status