"Bapak sama Ibu mau ngomong apa, sih? Kok, mukanya serius gitu," tanya Prita sambil mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Kamu harus menikah dengan seseorang demi menebus hutang keluarga kita," jawab Susilo tanpa basa-basi.Prita terperangah mendengar jawaban ayahnya. Bagaimana mungkin di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, ia harus menikah, bahkan sebagai penebus hutang. Kalaupun harus menikah, ia harus menikah dengan orang yang ia cintai."Tapi, Pak, Bu. Prita masih terlalu muda untuk menjadi seorang istri," tolak Prita secara halus."Ngga ada tapi-tapian. Pokoknya kamu harus menikah dengan laki-laki yang sudah bapak siapkan," ujar Susilo tidak menerima penolakan apa pun dari putrinya."Bu, tolong bantu Prita jelasin sama Bapak. Prita ngga mau nikah sama orang yang ngga Prita kenal. Prita cuman mau nikah sama Pak Irsyad." Gadis itu merengek meminta bantuan ibunya agar mau membujuk ayahnya."Siapa Pak Irsyad?" tanya Susilo meninggikan suaranya."Pelan-pelan, Pak, ngomongnya. Ngga enak kalo sampe ada tetangga yang denger," timpal Wati berusaha menenangkan suaminya."Bapak mohon sama kamu, Prita. Kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan bapak. Kalo tidak, maka rumah ini akan segera disita oleh bank."Susilo memohon agar putrinya mau menerima laki-laki pilihannya. Setelah mengatakan itu, Susilo langsung keluar tidak ingin mendengar putrinya menolak lagi. Sementara Prita, ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk menolak."Sabar yah, Sayang. Lagian kata Bapak dia itu ganteng kok. Tapi--" kata Wati sengaja menghentikan kata-katanya."Tapi, dia lumpuh dan usia kalian selisih delapan belas tahun," jawab Wati menatap iba pada putrinya."Apa?! Prita ngga salah dengar 'kan, Bu? Masa iya, Prita dijodohkan sama pria tua lumpuh," tanya Prita memastikan mencoba untuk memastikan pendengarannya.Tega-teganya Susilo memaksa putrinya untuk menikah dengan pria tua lumpuh. Padahal ia gadis cantik yang digilai banyak anak laki-laki di sekolahnya.Meskipun demikian, Prita tidak bisa menyalahkan ayahnya. Karena Susilo hanya ingin melindungi rumah peninggalan kedua orang tuanya. Dan, mau tidak mau Prita harus menerima laki-laki tua lumpuh itu menjadi suaminya. Demi menyelamatkan rumah itu, demi menyelamatkan kenangan-kenangan indah yang ada di rumah itu.***Malam hari setelah Prita memutuskan untuk menerima permintaan ayahnya. Laki-laki itu datang ke rumah untuk melamarnya. Apa yang dikatakan Wati memang benar. Laki-laki itu sedikit lebih tampan dibandingkan dengan Pak Irsyad. Padahal Pak Irsyad sudah sangat tampan dan laki-laki itu lebih tampan darinya."Jadi, ini laki-laki yang Bapak jodohkan sama Prita?" tanya Prita pada ayahnya.Pertanyaan itu Prita tujukan pada ayahnya. Akan tetapi, justru laki-laki itu yang menjawabnya."Iyah, ini aku. Kenapa?" timpal laki-laki itu balik bertanya."Kamu mau nikahin aku bukan untuk dijadikan sebagai baby sitter dan untuk dijadikan sebagai istri kamu, 'kan?" tanya Prita menatap lekat pria itu dari ujung kepala hingga kakinya."Prita!" sentak Susilo.Pria itu membentak sambil mengangkat tangannya dan hampir mendarat di pipi putrinya. Beruntung laki-laki itu menahannya. Kalau tidak, pasti pipi Prita sudah membekas telapak tangan."Maaf, Nak Firas. Prita memang anaknya suka asal ngejeplak aja, suka ceplas-ceplos," kata Wati merasa tidak enak."Ngga papa, Bu. saya malah suka sama anak model Prita," jawab laki-laki itu yang diketahui memiliki nama Firas.Mana ada laki-laki yang menyukai gadis asal bicara seperti yang Prita lakukan saat ini. Bisa-bisanya pria tua lumpuh itu beromong kosong. Itu yang Prita pikirkan saat ini."Tentu saja bukan dan aku aku berencana untuk menikahimu untuk dijadikan sebagai istriku," jawab Firas dengan sangat yakin."Bener ngga bakal nyesel? Aku tuh yah, ngga bisa masak, ngga bisa cuci piring, ngga bisa cuci baju, banyak makan, nyusahin, dan yang terakhir, aku kalo tidur ngorok ngga bisa diem suka nendang-nendang," kata Prita menjelek-jelekkan dirinya sendiri mencoba menggoyahkan niat Firas.Ia pikir, dengan menyebutkan keburukannya akan membuat Firas membatalkan rencananya. Namun, ia tidak berpikir bahwa semakin ia menjelekkan dirinya sendiri. Maka, semakin Firas yakin untuk menikahinya."Kamu tenang aja Prita. Di rumah, aku punya banyak asisten rumah tangga. Jadi kamu ngga perlu repot-repot mikirin itu semua. Uangku juga banyak, sebanyak apa pun kamu makan. Tidak akan pernah bisa menghabiskan uangku. Dan satu hal lagi, tidurku juga ngorok tapi ranjangku terlalu besar untukmu bisa menendang-nendangku," jawab Firas membanggakan kekayaannya."Gila kali ya!" kata Prita tidak habis pikir dengan jawaban calon suaminya.Sayangnya, apa pun yang Prita katakan, tidak akan pernah menyurutkan niat Firas untuk meminangnya. Pria itu justru semakin bersemangat dan tidak sabar."Prita!" Lagi dan lagi Susilo membentak putrinya karena sikapnya yang tidak sopan pada Firas."Iya, Pak, iya. Prita mau, kok, menikah dengan pria tua lumpuh ini. Tapi, Pak. Bagaimana dengan sekolah Prita?" tanya Prita mengenai pendidikannya yang baru menginjak kelas tiga SMA."Kamu tenang aja. Aku tidak akan melarangmu dan kamu masih bisa tetap bersekolah," kata Firas menimpali.Meskipun ia ingin segera menikahi Prita. Namun, ia tahu gadis itu masih sekolah dan tidak berniat untuk mengganggu proses belajarnya.Prita mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan sang calon suami. Ia tahu bahwa pria itu menyombongkan sesuatu yang pantas disombongkan."Bagaimana kalau besok pagi kita menikah?" tanyanya membuat Prita terlonjak kaget.Bibir gadis itu terlihat komat-kamit mengumandangkan kata sumpah serapah. Di matanya, Firas terlihat seperti orang yang kebelet nikah. Namun, ia bisa memakluminya, karena ia berpikir bahwa Firas sudah tua dan juga lumpuh. Jadi, mungkin saja pria itu sudah tidak laku jika tidak buru-buru."Oke aku setuju, tapi dengan satu syarat," kata Prita meminta persyaratan sebelum akad nikah itu berlangsung."Apa syaratnya?" tanya Firas sambil mengerutkan keningnya penasaran."Syaratnya ngga boleh ada acara rame-rame. Aku cuman pengen ada akad nikah dan hanya keluarga inti aja yang datang sebagai saksi. Gimana? Sah? Sah?" jelas Prita mengenai syaratnya.Gadis itu hanya tidak ingin ada orang lain yang mengetahui pernikahannya, terutama Pak Irsyad. Oleh karena itu, ia meminta syarat agar pernikahannya dirahasiakan."Sah!" jawab Firas dengan mantap.Akhirnya, Prita bisa merasa lega mendengar jawabannya. Walaupun ia sudah menikah nanti, ia ingin menyembunyikan identitas barunya yang akan membuatnya dihapus dari julukan bunga sekolah. Dan, satu lagi yang paling ia khawatirkan yaitu Pak Irsyad. Ia tidak ingin Pak Irsyad sampai tahu mengenai pernikahannya."Berarti udah deal yah, kalo besok pagi acara nikahannya?" tanya Susilo memastikan.Pria itu sudah tidak sabar ingin menikahkan putrinya dengan Firas. Akan tetapi, hal yang paling membuatnya tidak sabar adalah melunasi hutang-hutangnya yang menumpuk seperti gunung."Iya, Pak. Tapi, udah malem begini emang bisa langsung diurus?" tanya Prita masih berharap pernikahan ini akan dibatalkan. "Kamu ngga perlu khawatir, Prita. Semuanya biar aku aja yang urus. Kalo duit yang berbicara, ngga akan ada masalah," jawab Firas sombong. "Hmmm ... Sombong!" kata Prita sambil memajukan bibirnya. "Ini orang satu emang sombongnya ngga ketulungan. Sok kaya, nyebelin, ngeselin, pokoknya semuanya ada dalam dirinya. Awas aja kalo gue udah jadi istrinya. Bakal gue hambur-hamburin uangnya sampai tak bersisa, hahaha... " batin Prita tertawa terbahak-bahak. "Bukannya sombong, tapi fakta," sahut Firas sambil mengangkat dagunya. Sebenarnya Firas itu tampan. Hanya kakinya saja lumpuh. Jika dilihat-lihat, ia merupakan tipe laki-laki idaman semua wanita. "Ganteng iya, kaya iya, lumpuh iya. Eh, maksudnya itu kekurangannya," batin Prita lagi. "Ngomong-ngomong, ini udah malem loh yah. Tapi situ, kok, ngga pulang-pulang," kata Prita mengusir secara halus. "Ngusir nih ceritan
"Aduh... sakit, Mas!" Prita berteriak mengaduh kesakitan. "Makanya sopan sedikit sama orang yang lebih tua. Apalagi aku ini suami kamu," kelakar Firas. "Iya Mas Firas yang ganteng, maaf," sahut Prita malas sambil memujinya tampan. Prita berusaha menyelamatkan diri dengan cara memuji suaminya. Jika tidak, maka entah apa yang akan Firas lakukan padanya."Tuh 'kan dia sendiri yang ngaku tua," lirih Prita melirik ke arah suaminya. "Apa kamu bilang?!" geram Firas mendengar gumaman Prita yang terdengar sangat pelan. "Ng-ngga. Aku ngga bilang apa-apa, kok," sahut Prita mengelak. "Awas saja kamu yah," sungut Firas dengan nada mengancam. "Ampun Mas, jangan sentil lagi. Sakit tahu. Orang nanya bukannya dijawab malah ke mana-mana," kata Prita menutup dahi agar tidak disentil lagi. "Papah sama Mamah ngga tinggal satu rumah sama aku. Jadi nanti kita cuman tinggal berdua," jawab Firas datar. "A-apa?!" teriak berteriak membuat Firas terkejut. Tapi bukannya marah, laki-laki itu malah tersenyu
"Lucu juga pake kemeja ini. Mmm ... ternyata seperti ini wangi maskulin yang dikatakan Anggi. Enak juga ternyata." Prita menghirup dalam-dalam aroma kemeja yang melekat di tubuhnya. "Memakai bajunya serasa memeluk orangnya, hehehe," lirih Prita terkekeh geli membayangkan sedang memeluk tubuh kekar suaminya. Setelah mengganti baju, ia keluar kamar mandi dan tidak mendapati Firas di kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Benar apa yang dikatakan Firas waktu itu. Bahwa tempat tidurnya terlalu besar untuk Prita bisa menendangnya. Gadis itu mengepakkan kedua tangan dan kedua kakinya. Ia menggerakkannya saling berlawanan. Membayangkan bahwa saat ini ia sedang berada di tengah-tengah padang salju. Kemudian, ia bangun dan melompat ke sana ke mari di atas kasur. Klek! Tiba-tiba ada seseorang datang dan membuka pintu. Namun, orangnya tak kunjung terlihat. Ketika Prita hendak menghampirinya, tiba-tiba Firas masuk ke dalam sambil menggerakkan kursi rodanya sediki
"Stop bercandanya, Mas! Apa kamu mau mengujiku?" jawab Prita geram sambil menggertakkan gigi dan memelototinya. "Siapa yang bercanda? Orang aku serius malah dibilang bercanda," kata Firas mencoba meraih kursi rodanya. "Jangan macem-macem ya, Mas! Pokoknya aku mau mandi sendiri," peringat Prita. Ia lekas masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu.Setelah selang dua puluh menit, Prita selesai melakukan ritual mandinya. Ketika ia hendak mengambil handuk yang tadi ia bawa, handuknya terjatuh hingga basah. Akhirnya dengan sangat terpaksa, ia memutuskan untuk memanggil Firas. Ia akan meminta tolong pada suaminya untuk mengambilkan handuk baru. "Mas Firas!" panggil Prita. "Ada apa?" sahut Firas bertanya sambil menggerakkan menarik kursi rodanya."Om, tolong ambilin handuk baru dong. Ini handuknya tadi jatoh, jadi basah deh," pinta Prita bergegas menutup pintu. "Mulai lagi nih ya manggil aku om," keluh Firas menatap pintu kamar mandi lekat. Sampai-sampai ia melupakan kepura-puraannya
"Jadi dong masa ngga. Om Firas keluar dulu aja, aku malu," balas Prita bersemangat. Ia tidak ingin Firas melihat wajahnya yang memerah. "Ya udah aku tunggu di luar, yah. Kalo kelamaan, mending ngga usah jadi aja," kata Firas lagi sengaja agar Prita cepat-cepat keluar. "Dasar pria tua bangka bawel!" racau Prita pelan, namun masih bisa didengar oleh Firas. "Apa kamu bilang?" Firas menaikkan nada suaranya mendengar kata-kata Prita. "Eh, ngga Om ganteng. Cepet sana keluar duluan. Sebentar lagi aku nyusul," sahut Prita pura-pura berkata manis. Akhirnya Firas keluar dan menunggu di ruang tamu. Ia tidak lupa untuk mengecek rekaman CCTV di kamar saat ini. Ia melihat Prita membuka selimut sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan kedua tangannya. Ia kepanasan karena terlalu lama bersembunyi di dalam selimut. Setelah itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia melakukannya hingga berkali-kali. Kemudian bangkit sambil menepuk pipinya dan mengucapkan kata semangat. Firas bergega
"Maaf. Aku cuman ngga suka ada yang bahas tentang masa laluku," lirih Firas mengecup kening Prita dan keluar menuju ruang kerjanya.Prita bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Memangnya ada apa dengan masa lalu Firas? Kenapa ia begitu marah ketika Prita membahas tentang masa lalunya? Apa yang membuatnya begitu terluka? Prita penasaran dengan apa yang terjadi pada masa lalu Firas.Sampai pagi hari, Firas masih berada di ruang kerjanya. Muncul lingkaran hitam di bawah matanya. Itu karena semalam ia tidak memejamkan matanya sama sekali. Ia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan terhadap Prita. Malam pertama mereka terlewat begitu saja. Meskipun mereka tidur satu kamar juga, belum tentu mereka melakukannya karena Prita masih kelas tiga SMA. Jadi, tidak mungkin bagi keduanya untuk melakukannya. Dan satu hal lagi, pernikahan mereka bukan atas dasar cinta. Jadi, akan sangat tidak mungkin bagi mereka berdua untuk bermesraan."Mas Firas mana? Kok, ngga ikut sarapan?" tanya
"Boleh. Bapak mau tanya apa?" sahut Pak Bambang mempersilahkan."Siapa Pak Irsyad itu?" tanya Firas langsung pada intinya."Oh, Pak Irsyad. Beliau guru bahasa Inggris di sekolah ini, Pak," sahut Pak Bambang."Oh gitu. Apa Bapak tau alasan kenapa Prita selalu terlambat di hari yang sama setiap Minggu?" tanya Firas lagi mencoba mengorek informasi. "Tentu saja tau. Itu karena Neng Prita menyukai Pak Irsyad. Jadi, dia sengaja terlambat untuk mendapatkan perhatiannya," terang Pak Bambang menerawang ingatannya ketika Prita mengatakan bahwa ia menyukai Pak Irsyad."Apa?!" Firas tersentak mendengar jawaban yang Pak Bambang lontarkan."Ada apa, Pak?" tanya Pak Bambang melihat keterkejutan di wajah Firas."Ngga, ngga papa. Makasih sudah mau menjawab pertanyaan saya. Kalo gitu, saya pamit pulang. Oh iya, ini kartu nama saya. Kalo Pak Irsyad meminta pertanggungjawaban karena mengizinkan Prita masuk. Bapak bisa menghubungi nomor yang tertera di kartu nama ini," kata Firas sebelum akhirnya ia pulan
"Iya, suami. Emang kenapa?" tanya Firas menatap ke arah spion lagi karena saat ini ia sedang mengendarai mobil."Gue ngga salah denger 'kan, Ta?" tanya Anggi terbelalak tidak percaya."Ngga. Yang lo denger emang bener kalo Om Firas suami gue," sahut Prita malas."Sejak kapan? Kenapa gue ngga tau?" tanya Anggi lagi sedikit kesal.Ia merasa tidak dihargai oleh Prita. Jika Prita menganggap Anggi sebagai sahabatnya, seharusnya Prita mengundang atau sekedar memberitahunya saja. Sayangnya tidak sama sekali."Ngga usah kesel gitu. Aku sama Om Firas baru nikah kemaren," sahut Prita menjelaskan takut Anggi marah."Apa?! Kemaren? Kok lo ngga ngasih tau gue, sih. Sebenarnya gue ini sahabat Lo bukan, sih, Ta?" kata Anggi kecewa."Nih anak lebay banget, sih. Gue nikah juga dadakan, dipaksa sama ni om-om nyebelin," sahut Prita melirik ke arah Firas."Apa? Yang bener lo? Gue mau juga dong dipaksa nikah sama om-om ganteng model Om Firas," kata Anggi merasa iri.Siapa yang ngga mau dipaksa nikah sama o