Share

Gadis Penebus Hutang
Gadis Penebus Hutang
Author: Vhiaraya

Penebus Hutang

"Bapak sama Ibu mau ngomong apa, sih? Kok, mukanya serius gitu," tanya Prita sambil mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Kamu harus menikah dengan seseorang demi menebus hutang keluarga kita," jawab Susilo tanpa basa-basi.

Prita terperangah mendengar jawaban ayahnya. Bagaimana mungkin di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, ia harus menikah, bahkan sebagai penebus hutang. Kalaupun harus menikah, ia harus menikah dengan orang yang ia cintai.

"Tapi, Pak, Bu. Prita masih terlalu muda untuk menjadi seorang istri," tolak Prita secara halus.

"Ngga ada tapi-tapian. Pokoknya kamu harus menikah dengan laki-laki yang sudah bapak siapkan," ujar Susilo tidak menerima penolakan apa pun dari putrinya.

"Bu, tolong bantu Prita jelasin sama Bapak. Prita ngga mau nikah sama orang yang ngga Prita kenal. Prita cuman mau nikah sama Pak Irsyad." Gadis itu merengek meminta bantuan ibunya agar mau membujuk ayahnya.

"Siapa Pak Irsyad?" tanya Susilo meninggikan suaranya.

"Pelan-pelan, Pak, ngomongnya. Ngga enak kalo sampe ada tetangga yang denger," timpal Wati berusaha menenangkan suaminya.

"Bapak mohon sama kamu, Prita. Kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan bapak. Kalo tidak, maka rumah ini akan segera disita oleh bank."

Susilo memohon agar putrinya mau menerima laki-laki pilihannya. Setelah mengatakan itu, Susilo langsung keluar tidak ingin mendengar putrinya menolak lagi. Sementara Prita, ia sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk menolak.

"Sabar yah, Sayang. Lagian kata Bapak dia itu ganteng kok. Tapi--" kata Wati sengaja menghentikan kata-katanya.

"Tapi, dia lumpuh dan usia kalian selisih delapan belas tahun," jawab Wati menatap iba pada putrinya.

"Apa?! Prita ngga salah dengar 'kan, Bu? Masa iya, Prita dijodohkan sama pria tua lumpuh," tanya Prita memastikan mencoba untuk memastikan pendengarannya.

Tega-teganya Susilo memaksa putrinya untuk menikah dengan pria tua lumpuh. Padahal ia gadis cantik yang digilai banyak anak laki-laki di sekolahnya.

Meskipun demikian, Prita tidak bisa menyalahkan ayahnya. Karena Susilo hanya ingin melindungi rumah peninggalan kedua orang tuanya. Dan, mau tidak mau Prita harus menerima laki-laki tua lumpuh itu menjadi suaminya. Demi menyelamatkan rumah itu, demi menyelamatkan kenangan-kenangan indah yang ada di rumah itu.

***

Malam hari setelah Prita memutuskan untuk menerima permintaan ayahnya. Laki-laki itu datang ke rumah untuk melamarnya. Apa yang dikatakan Wati memang benar. Laki-laki itu sedikit lebih tampan dibandingkan dengan Pak Irsyad. Padahal Pak Irsyad sudah sangat tampan dan laki-laki itu lebih tampan darinya.

"Jadi, ini laki-laki yang Bapak jodohkan sama Prita?" tanya Prita pada ayahnya.

Pertanyaan itu Prita tujukan pada ayahnya. Akan tetapi, justru laki-laki itu yang menjawabnya.

"Iyah, ini aku. Kenapa?" timpal laki-laki itu balik bertanya.

"Kamu mau nikahin aku bukan untuk dijadikan sebagai baby sitter dan untuk dijadikan sebagai istri kamu, 'kan?" tanya Prita menatap lekat pria itu dari ujung kepala hingga kakinya.

"Prita!" sentak Susilo.

Pria itu membentak sambil mengangkat tangannya dan hampir mendarat di pipi putrinya. Beruntung laki-laki itu menahannya. Kalau tidak, pasti pipi Prita sudah membekas telapak tangan.

"Maaf, Nak Firas. Prita memang anaknya suka asal ngejeplak aja, suka ceplas-ceplos," kata Wati merasa tidak enak.

"Ngga papa, Bu. saya malah suka sama anak model Prita," jawab laki-laki itu yang diketahui memiliki nama Firas.

Mana ada laki-laki yang menyukai gadis asal bicara seperti yang Prita lakukan saat ini. Bisa-bisanya pria tua lumpuh itu beromong kosong. Itu yang Prita pikirkan saat ini.

"Tentu saja bukan dan aku aku berencana untuk menikahimu untuk dijadikan sebagai istriku," jawab Firas dengan sangat yakin.

"Bener ngga bakal nyesel? Aku tuh yah, ngga bisa masak, ngga bisa cuci piring, ngga bisa cuci baju, banyak makan, nyusahin, dan yang terakhir, aku kalo tidur ngorok ngga bisa diem suka nendang-nendang," kata Prita menjelek-jelekkan dirinya sendiri mencoba menggoyahkan niat Firas.

Ia pikir, dengan menyebutkan keburukannya akan membuat Firas membatalkan rencananya. Namun, ia tidak berpikir bahwa semakin ia menjelekkan dirinya sendiri. Maka, semakin Firas yakin untuk menikahinya.

"Kamu tenang aja Prita. Di rumah, aku punya banyak asisten rumah tangga. Jadi kamu ngga perlu repot-repot mikirin itu semua. Uangku juga banyak, sebanyak apa pun kamu makan. Tidak akan pernah bisa menghabiskan uangku. Dan satu hal lagi, tidurku juga ngorok tapi ranjangku terlalu besar untukmu bisa menendang-nendangku," jawab Firas membanggakan kekayaannya.

"Gila kali ya!" kata Prita tidak habis pikir dengan jawaban calon suaminya.

Sayangnya, apa pun yang Prita katakan, tidak akan pernah menyurutkan niat Firas untuk meminangnya. Pria itu justru semakin bersemangat dan tidak sabar.

"Prita!" Lagi dan lagi Susilo membentak putrinya karena sikapnya yang tidak sopan pada Firas.

"Iya, Pak, iya. Prita mau, kok, menikah dengan pria tua lumpuh ini. Tapi, Pak. Bagaimana dengan sekolah Prita?" tanya Prita mengenai pendidikannya yang baru menginjak kelas tiga SMA.

"Kamu tenang aja. Aku tidak akan melarangmu dan kamu masih bisa tetap bersekolah," kata Firas menimpali.

Meskipun ia ingin segera menikahi Prita. Namun, ia tahu gadis itu masih sekolah dan tidak berniat untuk mengganggu proses belajarnya.

Prita mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan sang calon suami. Ia tahu bahwa pria itu menyombongkan sesuatu yang pantas disombongkan.

"Bagaimana kalau besok pagi kita menikah?" tanyanya membuat Prita terlonjak kaget.

Bibir gadis itu terlihat komat-kamit mengumandangkan kata sumpah serapah. Di matanya, Firas terlihat seperti orang yang kebelet nikah. Namun, ia bisa memakluminya, karena ia berpikir bahwa Firas sudah tua dan juga lumpuh. Jadi, mungkin saja pria itu sudah tidak laku jika tidak buru-buru.

"Oke aku setuju, tapi dengan satu syarat," kata Prita meminta persyaratan sebelum akad nikah itu berlangsung.

"Apa syaratnya?" tanya Firas sambil mengerutkan keningnya penasaran.

"Syaratnya ngga boleh ada acara rame-rame. Aku cuman pengen ada akad nikah dan hanya keluarga inti aja yang datang sebagai saksi. Gimana? Sah? Sah?" jelas Prita mengenai syaratnya.

Gadis itu hanya tidak ingin ada orang lain yang mengetahui pernikahannya, terutama Pak Irsyad. Oleh karena itu, ia meminta syarat agar pernikahannya dirahasiakan.

"Sah!" jawab Firas dengan mantap.

Akhirnya, Prita bisa merasa lega mendengar jawabannya. Walaupun ia sudah menikah nanti, ia ingin menyembunyikan identitas barunya yang akan membuatnya dihapus dari julukan bunga sekolah. Dan, satu lagi yang paling ia khawatirkan yaitu Pak Irsyad. Ia tidak ingin Pak Irsyad sampai tahu mengenai pernikahannya.

"Berarti udah deal yah, kalo besok pagi acara nikahannya?" tanya Susilo memastikan.

Pria itu sudah tidak sabar ingin menikahkan putrinya dengan Firas. Akan tetapi, hal yang paling membuatnya tidak sabar adalah melunasi hutang-hutangnya yang menumpuk seperti gunung.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
prita ngomongnya dar dor aja kayak petasan banting...
goodnovel comment avatar
Ayu Kristin
lanjut kak keren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status