"Kyaaak!"
Brukkk!
Kamea kaget melihat Alif berada di depan pintu kamar mandi saat ia hendak ke luar. Gadis itu refleks menutup pintu kamar mandinya kembali karena malu sekaligus kaget.
"Ih dasar, Om mesum! Ngapain berdiri di situ? Jangan bilang kalau Om mau mengintipku?"
Niatnya ingin menggedor pintu kamar mandi karena belia itu sudah terlalu lama berada di dalam. Alif khawatir terjadi sesuatu kepadanya.
Ketika ia baru saja mengangkat tangan hendak mengetuk pintu berbarengan dengan Kamea yang lebih dulu membukanya. Alif terpaku menatap Kamea yang berdiri di hadapannya hanya mengenakan handuk putih.
"Aish ... Jaga bicaramu! Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja di dalam," gerutu Alif.
Ia menggelengkan pelan kepalanya saat terbayang tubuh Kamea yang menggoda. Tenggorokannya mendadak terasa kering hingga sulit menelan saliva.
<Alif dan Kamea sudah siap berangkat ke tujuan masing-masing. Tentu saja sebelum Alif ke kantor, sekarang ia memiliki kewajiban mengantarkan Kamea ke kampus. Karena kalau tidak, hidup Alif tidak akan tenang karena gadis belia itu akan terus memaksa bahkan terkadang ia merasa seperti diteror.Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Kamea bergegas menuruni anak tangga hendak menemui Alif yang sudah menunggunya di luar. Hari ini belia itu mengenakan blouse tanpa lengan di padukan dengan rok di atas lutut. Rambut hitam panjangnya sengaja ia gerai begitu saja."Maaf, menunggu lama," ucap Kamea kepada Alif yang sudah berdiri di samping mobilnya.Lelaki itu berbalik untuk melihat ke arah Kamea. Ia bersiap mengutuki gadis kecil itu karena sudah membuatnya menunggu lama. Iris berwarna cokelat itu menyipit memerhatikan penampilan Kamea dari atas ke bawah."Mau pergi ke mana?" tanyanya ketus.
Alif termangu sendiri di dalam ruangan kerjanya. Laptopnya menyala tetapi ia tidak sedang mengerjakan pekerjaannya. Lelaki beralis tebal itu sedang memikirkan kejadian pagi tadi. Ia bahkan masih bisa merasakan lembutnya sentuhan bibir Kamea di dahi dan pipinya.Padahal ciuman itu bukanlah ciuman pertamanya. Ia bahkan sering melakukannya dengan Fely saat wanita itu masih menjadi kekasihnya. Tapi entah mengapa, rasanya sangat berbeda?Tangan kekar itu tanpa sadar mengusap pipinya. Ia tersenyum geli kemudian menggelengkan pelan kepalanya. Sadar akan keputusannya yang tidak akan pernah memikirkan gadis itu apa lagi sampai jatuh cinta padanya."Ehm,"Alif tersadar dari lamunannya saat mendengar suara mendehem dan gebrakan di meja akibat seseorang menyimpan beberapa file yang harus ia periksa sebelum ditandatangani."Kalau masuk itu ketuk pintu dulu," tegurnya geram akan kehadiran Doni
"Kamea,"Gadis belia yang baru saja dipanggil namanya itu menoleh ke belakang. Abimanyu berjalan dengan langkah cepat menuju ke arah Kamea."Ada apa?" tanya gadis itu. Ia tersenyum ramah."Kamu pulang sama siapa?"Belia itu terdiam beberapa detik, mengedarkan pandangannya ke arah jalanan. Bibir mungilnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum manis. Mobil berwarna hitam milik Alif sudah terparkir di sana menunggunya."Oh, aku di jemput. Ada apa memangnya?" ucapnya kemudian.Abimanyu tersenyum tipis, kemudian menggelengkan pelan kepalanya."Oh, iya. Makasih ya udah bantuin aku ngerjain tugas," ucap Kamea tulus.Ia bersungguh-sungguh mengucapkan terima kasih kepada Abimanyu karena sudah mengajari dan membantunya mengerjakan tugas kuliah.Benar yang dikatakan tem
"Apa?!"Kamea dan Alif saling berpandangan saat mereka memekikkan kata yang sama secara bersamaan.Mama Anita sempat tertegun beberapa detik, tapi kemudian wanita paruh baya itu terkekeh pelan. "Kalian kompak sekali," ucapnya gemas pada Alif dan Kamea.Alif memutar bola matanya, malas. Iris berwarna cokelatnya menatap tajam pada Kamea berharap gadis itu mengatakan penolakan kepada mamanya.Namun, alih-alih berbicara, belia itu malah bungkam dan mengedikkan kedua bahunya tak acuh. Rasanya Alif ingin memakan gadis itu saking geramnya."Ma, kenapa mama gak bicara dulu sama Alif kalau mau membeli tiket? Alif sedang banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan bulan ini. Alif gak bisa pergi ke mana-mana dulu, apa lagi untuk berbulan madu." Alif berusaha mengelak, berharap mamanya itu akan mengerti dan mau membatalkan tiket keberangkatannya.Mama Anita menghela
"Om, aku pergi dulu." Kamea berpamitan dan mencium punggung tangan Alif lembut.Bibir tipis yang dipoles lipgloss itu tertarik membentuk senyum manis. Gadis itu bisa dengan cepat melupakan kekesalan yang ia rasakan kepada Alif. Ia sudah kembali ceria seolah tidak pernah terjadi apapun yang melukai hatinya.Dan kini, tanpa sadar Alif sudah mulai terbiasa dengan tingkah menjengkelkan dan kecerewetan belia itu. Hanya saja lelaki beralis tebal itu tidak mau menunjukannya. Gengsi.Seperti kemarin, Kamea mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Alif. Kali ini ia melakukannya tanpa rasa canggung dan malu. "Om, kalau nanti udah mulai jatuh cinta sama aku, bilang saja, ya. Jangan dipendam sendirian," bisiknya.Tanpa menunggu Alif menyahutinya, gadis itu bergegas turun dengan tergesa. Setelah berjalan agak jauh dari mobil Alif, gadis itu kembali membalikan badan ke arah lelaki itu dan memperlihatkan dua jari
Tempat yang direkomendasikan Abimanyu adalah sebuah kafe yang sebagian banyak pengunjung yang datang merupakan anak remaja yang ingin mencari referensi entah untuk mengerjakan tugas kuliah ataupun sekedar untuk membaca saja.Ya, kafe itu di desain mirip seperti perpustakaan, hanya saja di sana para pengunjung bisa membaca buku sambil menikmati minuman kopi ataupun memakan cake. Pemiliknya pastilah seorang yang kreatif dan penyuka membaca buku. Makanya dia menciptakan ide membuat kafe seperti ini."Gimana dengan tempat ini? Kalian suka?" tanya Abimanyu kepada Kamea dan Olivia.Kedua gadis itu mengangguk semangat. "Ya, aku menyukai tempat ini," sahut Kamea.Iris matanya masih terkagum dengan pemandangan interior yang membuat para pengunjung tidak akan bosan berlama-lama di sana.Abimanyu membawa mereka ke meja yang ada di paling pojok bersebelahan dengan jendela. Agar mereka bisa m
"Kenapa kamu berbohong?"Kamea mengerjapkan matanya. Ia sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Alif. Mengapa lelaki itu mengatakan dirinya telah berbohong?"Maksudnya?" tanya Kamea polos. Ia benar-benar tidak mengerti."Kamu meminta izin pada saya akan mengerjakan tugas kelompok dengan temanmu. Tapi kenyataannya, kamu sedang berduaan dengan lelaki itu," gerutu Alif kesal. Namun meski begitu ia masih tetap berusaha bersikap datar di hadapan Kamea."Aku tidak berbohong. Tadi memang ada tugas kelompok dan aku gak berdua dengan Abimanyu. Tadi kami bertiga, tapi temanku yang satunya sudah pulang lebih dulu."Kamea merasa tak terima dengan tuduhan Alif. Ia tidak berbohong, Abimanyu memang temannya sama seperti Olivia. Lalu dimana letak kesalahannya?Suasana di dalam mobil itu mendadak gersang bahkan walau ACnya sedang menyala. Sama halnya seperti Kamea yang ta
Sejak Alif mempertegas tentang perasaannya terhadap Kamea yang hanya menganggap gadis itu seperti adik baginya. Gadis belia itu memutuskan untuk menjaga jarak dari Alif.Kamea masih bersikap sama seperti biasanya, cerewet dan petakilan. Ya, walau dalam mode biasa saja. Tak lagi mencuri cium atau pun mengucapkan kata-kata yang menjurus mengutarakan perasaannya kepada lelaki itu.Ia harus bisa menata hati agar suatu hari, bila Alif benar-benar akan berpisah dengannya, Kamea sudah siap. Setidaknya hati gadis itu tidak akan terlalu terluka karena sudah banyak berharap.Meski pada kenyataannya, tak semudah itu ia menekan perasaannya sendiri agar bisa menjauh dari Alif. Cintanya sudah melekat di hati sejak gadis itu masih kecil. Jadi, butuh waktu panjang untuk bisa menetralkan kembali perasaannya.Apa lagi status mereka saat ini masih "suami-istri