Sejak dari semalam Felysia mencoba untuk menghubungi Alif. Tetapi laki-laki itu sama sekali sulit dihubungi. Pesan chat yang ia kirimkan juga sama sekali belum mendapatkan balasan. Jangankan membalas, laki-laki itu bahkan belum membaca chatnya.
"Reval ke mana sih? Kenapa dia tidak membalas chatku?" gerutu Felysia.
Dia menggenggam erat ponselnya. Kemudian bergegas mengambil tas dan pergi dari kamarnya. Felysia akan mengunjungi kediaman Alif. Dia akan mencoba untuk membujuk laki-laki itu agar mau kembali lagi dengannya. Bahkan walau harus dijadikan yang ke dua, Felysia akan menerimanya.
Ini memang masih terlalu pagi untuk bertamu ke rumah seseorang. Tapi yang ingin ia kunjungi adalah ruamah Alif, kekasihnya. Laki-laki berambut hitam kecokelatan itu tidak akan merasa keberatan dengan kedatangannya kapanpun yang Felysia mau.
Ya, walau itu semua berlaku dulu. Tapi Wanita itu yakin semua itu belum berubah.
Kamea melenggang melanjutkan niatnya untuk mengambil air minum yang ada di meja makan. Meski sebenarnya ia enggan, tetapi tak mungkin ia memutar balik kembali ke kamarnya setelah melihat drama itu. Semua itu hanya kan membuat mereka senang kaena telah berhasil menyakiti hatinya."Sanee, sayang, ini gak seperti yang kamu lihat. Mas bisa jelasin semuanya," ucap Alif.Kamea tidak peduli. Dia menuangkan air ke dalam gelas kemudian meminumnya hingga tandas. Kemudia menyimpan gelas itu dengan sedikit kasar di atas meja."Kalian itu, kalau mau berpacaran lihat-lihat tempat, dong. Sudah dewasa tapi kelakuan seperti anak ABG yang baru merasakan jatuh cinta," ejek Kamea.Belia itu menatap Alif kemudian menatap Felysia secara bergantian. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum miring. "Bahkan kalian tidak peduli walau ada Bi Siti di sini melihat kelakuan kalian. Memalukan!" sambungnya lagi.
Alif panik ketika ia tak mendapati Kamea berada di kamarnya. Padahal ia sudah mengunci pintu dari luar. Lalu kemudian Alif melihat pintu kamar mandi tertutup. Dengan langkah lebarnya ia langsung menuju ke kamar mandi.Alif menggedor pintu itu dengan tidak sabar. "Sanee, apa kamu di dalam?" teriaknya. Tak ada sahutan dari dalam kamar mandi.Kecemasan semakin merasuki pikirannya. Takut hal buruk terjadi pada gadisny di dalam sana. Alif kembali menggedor pintu itu dengan tidak sabar."Tasanee ... buka pintunya!" teriaknya lagi.Baru saja ia akan menggedor pintunya lagi, tetapi urung karena daun pintunya berputar menandakan seseorang dari dalam sana akan membuka pintunya. Kamea menyembulkan kepalanya mengintip sedikit ke arah luar."Ada apa?" tanya Kamea ketus dan kesal.Alif menghela napas lega setelah melihat gadis kecilnya baik-baik saja di dalam sana. "Kamu s
"Ssshhh ...."Bibir tipis itu menringis merasakan seluruh tubuhnya sakit terutama pada bagian intim. Ia beranjak hendak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhnya setelah melakukan pergumulan bersama Alif."Apa itu sangat sakit?" tanya Alif lembut.Lelaki bernetra cokelat itu mendekap tubuh Kamea dari belakang. Gadis itu tak menjawab, ia hanya menganggukkan pelan kepalanya. Alif mengecup pundak polos gadisnya, menikmati wangi aroma tubuh Kamea. Kemudia ia turun dari ranjang dan langsung menggendong gadis itu menuju ke kamar mandi."Mas turunkan aku! Aku bisa pergi sendiri," tutur Kamea. Dia meronta meminta agar Alif menurunkannya."Diamlah! Mas, ingin membantumu ke kamar mandi. Mas tahu kamu sedang merasa kesalitan dan itu terjadi karena Mas," ucap Alif.Belia itu tak lagi meronta. Dia mengalungkan kedua tangannya pada leher sang suami kemudian
"Apa rencanamu sekarang setelah mengetahui sedikit tentang istri kecilmu itu?" tanya Doni.Saat ini mereka baru saja ke luar dari gedung rumah sakit setelah selesai berkonsultasi dengan dokter mengenai obat yang diminum oleh Kamea."Aku gak menyangka gadis muda dan ceria seperti dia menggunakan obat itu. Sepertinya masalah yang selama ini ia hadapi sangat serius. Dan mungkin salah satunya menyangkut dirimu, kawan," sambung Doni lagi sambil menepuk sebelah pundak Alif.Laki-laki berkulit putih itu terdiam dan menghela napas panjang. Sejauh ini dia terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sibuk memikirkan tentang alasan kepergian Felysia hingga merencanakan untuk kembali pada wanita itu bila ia bisa bertemu lagi dengannya.Dia mengabaikan istrinya sendiri. Mengabaikan gadis yang selalu bertingkah menyebalkan hanya untuk bisa mencuri sedikit perhatiannya. Gadis yang selalu terlihat tenang dan ceria, ta
Seharian berjalan-jalan mengunjungi pantai kemudian ke taman hiburan malam, dan sekarang Alif dan Kamea singgah di sebuah restoran ternama. Pada Awalnya Alif merasa bahagia setiap kali melihat senyum dan tawa yang terpancar dari bibir gadis itu. Hingga pertemuan tak sengaja dengan Abimanyu dan Olivia di taman hiburan malam, membuat moodnya menjadi rusak.Perasaan tak tenang dan merasa tersaingi muncul begitu saja saat Abimanyu terus saja mendekati Kamea dan berhasil membuat gadisnya itu tertawa riang. Belum hilang mood buruk itu karena Abimanyu, sekarang ditambah lagi dengan kehadiran Felysia dan Doni.Ah, mengapa rasanya tidak adil sekali. Dia ingin menikmati momen berdua dengan gadisnya tapi malah berujung menjadi perkumpulan yang tak jelas. Ya, karena sekarang mereka berenam sedang berkumpul di meja yang sama di sebuah restoran."Mas aku mau naik itu, boleh?" tanya Kamea sambil memakan kembang gula yang tadi dibelikan
Gadis belia itu berjinjit untuk memasangkan dasi pada suaminya. Alif menunduk melihat wajah sang istri yang begitu manis tengah serius melilitkan dasi agar terpasang rapi. Ia mengulum senyumnya, kemudian mendekat dan mengecup singkat dahi gadisnya."Ish, Mas diem dulu, jangan bergerak-gerak," ucapnya masih terfokus pada aktivitasnya.Alif kembali mengulum senyumnya. "Kalau gak bisa jangan dipaksain. Mas bisa melakukannya sendiri," ucap Alif tanpa mengalihkan matanya dari wajah berseri belia kesayangannya."Bisa kok. Masa pasang dasi aja gak bisa, sih. Ya, kan pas waktu sekolah juga harus pake dasi," ujarnya. Gadis itu nampak kesulitan memasang dasi itu . "Tapi kok ini susah, ya? Masa gak rapi-rapi seperti yang ada video tutorial," gerutunya.Alif terkekeh pelan lantas mencubit gemas hidung mungil sang istri. Ia menjauhkan tangan kurus itu dari dasinya. "Gak apa-apa, kamu bisa belajar lagi nanti. Seka
Siang itu Alif menjemput Kamea di kampus. Ia ingin makan siang bersama dengan gadisnya. Alif memarkirkan mobil tepat di depan gedung fakultas tempat Kamea kuliah. Ia merogoh ponsel di dalam saku celananya untuk menghubungi gadisnya."Kamu di mana? Mas sudah ada di depan," ucap Alif ketika gadis itu sudah merespons teleponnya.'Eh, iya. Mas tunggu aku ke sana sekarang.'Alif langsung menutup panggilannya ketika sudah mengetaui Kamea akan segera datang menemuinya. Tubuhnya terasa pegal-pegal, Alif menyenderkan punggung lebarnya pada penyangga kursi untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Kedua sudut bibir tebal itu melengkung ke atas membentuk sebuah senyum. Ia mengeluarkan kotak kecil di dalam saku jas yang dikenakannya. Alif membuka kotak berwarna beludru itu. Bibirnya kembali tertarik melihat benda berkilau di dalam sana.Ia ingin segera memberikan kalung yang sudah i
"Kenapa lama sekali?" tanya Alif ketika gadisnya baru saja masuk dan duduk di samping kursi temapat duduknya sekarang. Alif mengernyitkan kedua alisnya ketika melihat wajah cantik sang istri terlihat muram."Iya, tadi aku ke toilet dulu," ucapnya berbohong. Tak mungkin Kamea akan mengatakan dirinya baru saja bertemu dengan Abimanyu. Apa lagi sampai mengatakan kepada Alif kalau lelaki itu baru saja mengutarakan perasaannya.Kamea menghela napas berat. "Kita mau pergi ke mana?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.Alif tak langsung menjawab. Dia terus memandangi wajah gadisnya yang terlihat berbeda. Ia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan gadis itu darinya. Kamea terlihat seperti sedang merasa terbebani."Ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk seperti ini?" tanya Alif lembut.Dia mengusap pipi gadisnya dengan lembut. Kamea menggelengkan kepalanya pelan. "Gaka ada apa-apa, aku h