“Menikah? Gak, Alif gak mau, Ma, Pa!” pekik seorang lelaki muda yang menyebut namanya Alif kepada kedua orangtuanya.
Reval Alif Pradana, seorang pengusaha muda berparas tampan, putra semata wayang keluarga Pradana. Dia sangat menentang keinginan orangtuanya yang berniat menikahkan dirinya dengan seorang gadis dari rekan bisnis papanya.
“Please, sayang. Kamu harus mau, ya. Lagian dia itu gadis yang baik dan juga cantik. Mama yakin kamu pasti akan bahagia menikah dengannya,” bujuk bu Anita kepada putranya.
Alif menghela napas gusar kemudian mengusap wajahnya kasar. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran kedua orangtuanya yang masih saja menjodoh-jodohkan putranya sendiri seperti di jaman Siti Nurbaya.
Harga dirinya sebagai seorang lelaki sejati ternodai. Mereka seolah menyangka Alif tidak bisa mencari pasangannya sendiri hingga harus dijodoh-jodohkan seperti ini.
“Ma …,”
“Pokoknya Papa mau kamu menikahi Kamea. Benar yang dikatakan oleh mamamu, Kamea itu gadis yang baik. Papa dan Mama melakukan semuanya demi kebaikanmu juga.”
Suara bariton milik pak Pradana itu menyela perkataan Alif. Iris matanya yang tajam menatap lekat wajah putranya. Pertanda perkataan laki-laki paruh baya itu tidak ingin dibantah.
“Kamea?” tanya Alif yang merasa asing dengan nama yang disebutkan oleh papanya itu.
“Ya, Kamea. Dia calon istrimu,” jawab bu Anita.
Alif mendesah kasar. Bagaimana mungkin ia akan menikah dengan seseorang yang bahkan namanya saja sangat asing di pendengarannya?
Lelaki berkulit putih itu menggelengkan kepala. Iris berwarna cokelat itu menatap wajah kedua orangtuanya. Berharap mereka bisa memahami dirinya yang belum siap untuk menikah. Walaupun sudah siap, ia hanya ingin menikahi wanita yang dicintainya.
Hanya ada satu gadis yang ia cintai dalam kehidupannya. Namun saat ini, gadis itu pergi entah ke mana. Dan Alif sudah bertekad untuk menunggu ia kembali dan menikah dengannya.
“Terserah apa kata kalian tentang wanita itu. Alif gak peduli dan gak mau menikah dengannya!” ungkap Alif sambil beranjak dari tempat duduk hendak meninggalkan orangtuanya di ruang keluarga.
“Baiklah. Silahkan kamu menolak perjodohan ini, tapi terpaksa papa akan cabut semua saham papa diperusahaan kamu dan juga ... Papa akan mencoret namamu dari daftar keluarga!” ancam pak Pradana serius.
Alif menghentikan langkahnya. Dia menghela napas kasar sambil mengusap wajahnya. Merasa frustasi dengan ancaman tersebut.
Kedua sudut bibir paruh baya itu tertarik sedikit. Ancamannya berhasil membuat putranya tak berani berkutik. Sebenarnya ia tak setega itu membuat perusahaan Alif hancur.
Namun, tak ada salahnya ia menggunakan cara tersebut agar Alif mau menurut padanya. Pak Pradana dan istrinya sudah berjanji akan menikahkan Alif dengan putri sahabatnya di masa lalu. Dan menurutnya, sekaranglah waktu yang tepat untuk menikahkan mereka.
“Pa ….”
Lelaki paruh baya itu tak memedulikan teriakan Alif yang memanggilnya. Dia terus melangkahkan kakinya hendak menuju ke kamar. Bu Anita yang melihat kepergian sang suami, lantas segera ikut beranjak untuk mengikutinya.
Namun sebelum wanita paruh baya itu pergi, dia melirik sekilas kepada Alif. Kedua sudut bibir merahnya tertarik membentuk senyum lembut.
“Tolong pikirkan baik-baik. Semua kami lakukan untuk kebaikan kamu juga,” tuturnya lembut, setelah itu ia pergi menyusul suaminya.
Alif bergeming menatap nanar bayangan punggung mamanya yang sudah menghilang di balik pintu kamar. Lelaki beralis tebal itu menjambak rambut hitamnya kasar. Kemudian bergegas menuju ke kamarmnya.
Halo Kakak ... Terima kasih sudah mau membaca karya Rose ini. Alhamdulillah novel Gadis Pengganti sudah tamat. Rose berharap Kakak juga mau membaca karya Rose yang lainnya berjudul : Jerat Cinta Lelaki Pengganti Atas ketersediaan kalian membaca karya Rose, Rose ucapkan banyak terima kasih
"Mi, selamat, ya. Aku turut bahagia atas pernikahan kamu, semoga kalian bahagia." Abimanyu bersalaman dengan Kamea. Pemuda itu menatap lamat wajah gadis yang pernah dicintainya. Senyumnya masih sama, terlihat manis seperti senyum yang nampak saat pertama kali mereka bertemu. "Makasih, Bi. Semoga kamu juga cepat menyusul, ya." Abimanyu tersenyum kecut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kamea. Lantas kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Doakan saja, semoga bisa secepatnya," sahutnya lirih. "Hei, dilarang berlama-lama menatap istriku seperti itu!" Abimanyu langsung menoleh ke arah laki-laki yang ada di samping Kamea. Seperti biasanya suami dari sahabatnya itu akan selalu memasang wajah waspada setiap kali ia dekat dengan istrinya. "Ya, ya, ya! Aku tahu dan aku tidak akan merebutnya," sahut Abimanyu sambil tersenyum miring. Kemudian dia mel
Malam ini suasana di kediaman Pradana terlihat sangat ramai. Rumah megah dan mewah itu didekor dengan sedemikian rupa sehingga terlihat gemerlap indah. Tamu-tamu penting mulai berdatangan satu persatu untuk menemui tuan rumah.Di dalam sebuah ruangan berukuran cukup luas seorang gadis sudah siap dengan gaun cantik berwarna putih tulang. Paras cantik itu semakin terlihat anggun dengan mengenakan sedikit polesan make up dari perias handal yang disewa oleh keluarga Pradama secara khusus.Gadis itu berbalik melihat ke arah pintu ketika tiba-iba seseorang membukanya dari luar. Kedua sudut bibir tipis itu tertarik ke atas membentuk senyum yang sangat manis menyapa sosok laki-laki yang sangat dicintainya sejak lama."Sayang, kenapa masih di sini? Ayok kita ke bawah. Para tamu sudah menunggu," ujar Alif kepada sang istri tercinta.Dia berjalan mendekati gadisnya dengan pandangan yang terpusat pada wajah sang
"Alif, kenapa kamu ada di sini? Kamea sama siapa?" Mama Anita yang baru saja tiba di rumah sakit tak sengaja berpapasan dengan putranya yang juga baru saja kembali dari luar sehabis membelikan makanan untuk Kamea. "Ma, aku habis membelikan makanan untuk Sanee. Tadi dia bersama Fely," sahut Alif sambil mengangkat kantung kresek di tangannya. Kedua bola mata Mama Anita membulat. Tak percaya dengan yang baru saja ia dengar. Putranya dengan mudah meninggalkan menantu kesayangannya berdua dengan Felysia, wanita yang sudah menyebabkan Kamea seperti sekarang ini. "Apa?! Kenapa kamu membiarkan wanita itu bersama menantuku? Gimana kalau dia menyakiti Kamea?" Mama Anita menggerutu geram atas kecerobohan putranya. Biar bagaimanapun Felysia adalah wanita yang sedang terobsesi cinta putra semata wayangnya yang saat ini sudah menikah dengan Kamea. Bila ia bisa nekad memaksa Alif untu
Alif pergi ke luar untuk membelikan makanan untuk Kamea. Sebenarnya dia enggan pergi meninggalkan istrinya itu sendirian ditemani oleh Felysia. Tetapi belia itu memaksa, Alif terpaksa tetap pergi. Namun sebelum itu, ia terlebih dulu memperingatkan kepada Felysia untuk tidak berbuat macam-macam kepada istrinya.Suasana di dalam ruangan menjadi hening untuk beberapa saat setelah Alif pergi. Dua wanita berbeda usia itu terdiam mengumpulkan kata-kata yang hendak mereka bicarakan. Felysia berjalan mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kamea."Gimana kedaaan kamu sekarang?" Setelah beberapa saat terdiam, Felysia membuka percakapan dengan menanyakan kabar Kamea."Sudah lebih baik," sahut Kamea singkat.Setelah itu suasana kembali menjadi hening untuk beberapa detik hingga Felysia kembali membuka percakapan untuk mengurai rasa canggung yang sedang melingkupi ruangan."U
"Kamu gak ada yang mau ditanyakan sama, Mas?"Belia itu tak langsung menjawab. Dia memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan kepada suaminya itu. Beberapa detik kemudian, Kamea menggelengkan pelan kepalanya sehingga menimbulkan gesekan di dada bidang Alif.Kedua sudut bibir tebal itu tertarik ke atas mengulas sebuah senyum. Lalu laki-laki berkulit putih itu mendesahkan napas di udara. Lembut tangan kekarnya mengusap kepala sang istri. Bersyukur dia tidak jadi kehilangan gadisnya.Entah, mungkin saja ia akan menjadi gila andai gadisnya itu pergi meninggalkannya. Memikirkan semua itu, Alif mengeratkan dekapannya. Dia benar-benar takut kehilangan Kamea. Beberapa saat kemudian, Alif merenggangkan tubuhnya dari tubuh Kamea."Kalau begitu, Mas yang ingin bertanya sama kamu. Boleh?"Kamea menatap dalam manik mata suaminya. Kedua alisnya saling bertautan hingga membentuk garis hal
Seorang laki-laki berparas tampan mengintip dari kaca pintu. Melihat sang istri tertawa lepas barsama sahabatnya. Manis, cantik dan ... menggemaskan.Dia menghela napas panjang. Kemudian, tawa itu seolah menular padanya. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyum."Kau, mau sampai kapan berdiri di sini?"Alif terlonjak kaget mendapati Doni sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan sahabatnya itu sudah ada di sana. Seingatnya, baru saja laki-laki berkaca mata itu masih tertawa ria di dalam bersama Kamea."Temui istrimu dan selesaikan semuanya sekarang. Kamu benar-benar tidak ingin kehilangannya, bukan?" ujar Doni lagi.Kedua bola mata berlensa cokelat itu membulat. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan gadisnya.Alif menghela napas panjang dan menghembusiannya secara perlahan. Iris matanya menoleh ke arah gadis yang saat ini sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.Kemudi
Alif menatap sendu dari kejauhan melihat Kamea sedang berada di taman rumah sakit di temani Abimanyu. Gadis itu terlihat tersenyum mendengarkan Abimanyu bercerita.Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Yang jelas sesuatu di sini sedang meremas-remas hati Alif. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras setiap kali melihat gadis itu tertawa riang."Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita cintai tersenyum bersama orang lain?" tanya Doni.Dia baru saja datang, sengaja ingin menjenguk istri dari sahabatnya itu. Dia terpaku selama beberapa detik melihat Alif yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya. Doni penasaran.Ia pun mengikuti arah pandangan Alif. Laki-laki berkacamata itu menyunggingkan senyum miring. Kemudian menepuk sebelah pundak Alif."Yang kamu rasakan saat ini, begitulah yang dia rasakan saat melihatmu bersama Felysia," ucap Doni lagi.Alif menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Doni yang s
"Abi ...."Abimanyu langsung menunduk melihat gadis yang baru saja memanggil namanya."Aku ada di mana?" gumamnya pelan. Seingatnya terakhir kali ia bangun masih ada di rumah Abimanyu."Ami, kamu sudah bangun? Syukurlah. Aku sangat senang akhirnya kamu bangun juga, Mi," ucap Abimanyu. "Sekarang kamu sedang dirawat di rumah sakit," sambungnya lagi.Dia tersenyum bahagia karena akhirnya Kamea mau membuka matanya. Terlebih, gadis itu langsung memanggil namanya."Sayang, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa kamu ingin minum?"Mengetahui Kamea sadar, Alif langsung menghampiri belia itu. Ia menggenggam erat telapak tangan Kamea dan menciuminya beberapa kali.Dia menatap lamat wajah Kamea dengan iris berkaca-kaca. Sementara belia itu hanya diam dengan pandangan kosong."Sayang, syukurlah akhirnya kamu bangun." Mama Anita langsung menghampiri Kamea.Abimanyu menggeser tubuhny
Abimanyu berjalan melangkahkan kakinya mendekat. Dia ingin menjenguk Kamea yang sudah seminggu ini masih belum juga sadarkan diri. Dia mendekat ke arah Alif yang sedang duduk di samping tepi tempat tidur Kamea."Sabar saja, dia pasti akan segera bangun," ucapnya kepada Alif.Laki-laki beralis tebal itu tersenyum tipis kemudian mengangguk pelan.Abimanyu berjalan ke sisi lain ranjang Kamea. Dia menatap wajah tenang gadis yang sedang menutup matanya cukup lama.'Bangun Mi, aku kangen sama kamu. Jangan seperti ini, Mi. Aku yakin kamu gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati masa tersulit dalam hidupmu. Sudah cukup tidurnya, Mi. Coba bukalah mata kamu, lihatlah banyak orang yang menyayangimu, termasuk aku.'"Jangan berlama-lama menatapnya seperti itu. Apa kau mau aku mencolongkel matamu?!" tegur Alif ketus.Abimanyu menghela napas panjang. Dia mendelikkan matany