Sekretaris Pete terlihat berjalan bersama seorang gadis, memasuki gedung perkantoran salah satu milik Hamzah Grup, yaitu tempat yang menjadi kantor tuan muda Reynold.
Dengan yakin sekretaris Pete meminta gadis itu untuk masuk ke ruangan tuan muda Reynold.
Reynold terlihat mengamati gadis itu dengan seksama.
Gadis itu adalah gadis pertama yang dibawa oleh sekretaris Pete di masa pencarian gadis perawan selama lima puluh hari.
Gadis lugu dengan penampilan apa adanya. Dari gaya berpakaiannya, sepertinya sekretaris Pete menemukan gadis itu di pinggiran kota.
Cukup lama Reynold mengamati gadis yang berusia sekitar sembilan belas tahun itu.
Reynold mengamati setiap detail yang ada pada gadis itu.
"Kau yakin masih perawan?" tanya Reynold menelisik.
Gadis muda itu mengangguk namun terlihat sedikit ragu.
Mendengar Reynold mulai berbicara, sekretaris Pete terlihat berjalan keluar, memberikan ruang pribadi kepada Reynold, supaya lebih bisa menilai apakah gadis yang dibawanya adalah gadis perawan yang Reynold cari.
"Kau yakin?" tanya Reynold menelisik.
Gadis itu kembali mengangguk pelan.
"Sekarang, coba lepas semua pakaianmu dan mendekatlah," ucap Reynold.
Mendengar hal itu, dengan ragu gadis muda yang diketahui bernama Anna itu mulai melepas bajunya satu per satu.
Dia terlihat ragu-ragu, namun tetap menuruti apa yang diperintahkan kepadanya.
"Kemarilah," ucap Reynold seraya mengayunkan tangannya sebagai isyarat meminta gadis itu untuk mendekat.
Gadis itu mulai berjalan mendekat ke arah Reynold, pria tampan dengan setelan jas yang menawan.
Sisiran rambutnya begitu rapi dan berkilap, wangi aroma tubuhnya terkesan mewah, membuat setiap orang yang mencium aroma tubuhnya akan terpesona, siapapun yang melihatnya tidak akan mampu menolak apa yang menjadi kehendaknya, karna dialah sang kasanova.
Gadis muda itu mendekat perlahan hingga akhirnya sudah berada tepat di depan meja kerja Reynold.
"Mendekatlah," pinta Reynold.
Mendengar itu, sang gadis muda mulai melangkahkan kaki ke samping, melewati meja kerja dan akhirnya berdiri tepat di samping Reynold.
Gadis itu hanya memakai celana dalam dan bra yang terlihat sedikit kumal, tidak nampak seksi atau bahkan menarik, karna bentuk tubuhnya sangat biasa.
"Lepaskan penutup dadamu," pinta Reynold.
Gadis muda itu sempat menatap Reynold beberapa waktu, sebelum akhirnya menuruti apa yang Reynold perintahkan.
Sekarang, dia terlihat bertelanjang dada, memperlihatkan ukuran dadanya yang tidak terlalu besar.
Reynold mulai mendekat ke arah gadis itu, dengan cepat menyentuh dada tak berisi itu.
"Kau yakin masih perawan?" tanya Reynold. Gadis itu kembali mengangguk.
Reynold kembali terlihat mengelus lembut dada gadis muda itu. Tidak ada perlawanan, gadis muda itu terlihat menerima perlakuan Reynold.
Melihat itu, Reynold semakin berani, dia memainkan tangannya dengan begitu trampil. Dia meremas dada ranum dan kecil itu, tidak ada yang istimewa, ukurannya biasa dan tidak terlalu menggairahkan untuk sang casanova.
"Sekarang kau sudah tidak perawan," bisik Reynold tepat di sebelah telinga gadis muda itu, yang terlihat menikmati remasan pelan di dadanya.
"Kau ingin lebih? Berbaringlah, aku akan memetik bungamu," ucap Reynold sembari menjilat telinga kiri gadis muda itu.
Ada ketakutan mulai tergambar di wajah gadis muda itu. Dia melangkah mundur, berusaha menghindari Reynold.
"Keluar dari ruanganku!" teriak Reynold, disusul dengan langkah kaki penuh ketakutan dari gadis muda itu.
Rupanya sedari tadi Reynold berusaha memberi ujian kecil, melihat apakah gadis muda itu benar benar masih perawan seutuhnya atau bukan.
Dengan pengalaman yang panjang, tentu itu adalah hal yang sangat mudah bagi Reynold.
"Sekretaris Pete!" teriak Reynold memanggil sekretaris Pete yang sedari tadi berdiri di balik pintu ruang kantornya.
"Iya tuan muda," ucap sekretaris Pete gugup.
"Dari mana kau dapat penipu seperti itu, jangan kau ulangi kesalahan yang sama," ucap Reynold dengan nada yang cukup tinggi.
"Baik tuan muda. Keluarganya meyakinkan jika gadis itu masih perawan seutuhnya. Bagaimana tuan muda bisa tau jika dia bukan perawan yang tuan cari?" tanya sekretaris Pete menelisik ingin tau.
Mendengar pertanyaan itu, Reynold tertawa sejadi jadinya.
"Sekteraris Pete, itu mudah saja, dia tidak menolak sedikitpun ketika aku memintanya membuka pakaian, bahkan menyentuh dadanya. Itu bukan pengalaman pertamanya, dia sudah sering melakukan hal itu," ucap Reynold memberi penjelasan.
Jelas, tidak ada yang lebih faham mengenai seluk beluk wanita melebihi sang casanova ini. Pengalamannya sungguh tiada tanding. Dia bisa tidur dengan gadis manapun sesuka hati, tidak ada penolakan, bahkan sebagian gadis menyerahkan tubuhnya dengan cuma cuma.
"Cari yang lebih baik," perintah Reynold kepada sekretaris Pete.
"Baik tuan muda, saya akan berusaha."
Hari hari sekretaris Pete diisi dengan masa pencarian sang perawan. Banyak tempat yang didatanginya hanya untuk mencari perawan seutuhnya yang menjadi syarat mendasar dalam pencarian calon istri sang pewaris tunggal.
Sebelum lima puluh hari, dan itu sangat singkat sekali.
Sekretaris Pete terkejut ketika memasuki ruang kamar kakek Hamzah. Kondisinya sangat berbeda jauh dibandingkan dengan beberapa hari lalu. Kakek Hamzah berdiri dengan tegap, memakai setelan jas putih dengan tongkat andalannya yang dia gunakanan untuk membantunya berdiri lebih seimbang.Rambutnya memang sedikit memutih dan dia sama sekali tidak berniat untuk memolesnya dengan cat warna walau hanya untuk sekedar membuatnya lebih terlihat muda. Usiaya hampir delapan puluh tahun, namun pancaran ketampanananya tidak luntur sedikitpun.Wajahnya berkharisma, teduh dan enak dipandang. Ketampanan yang sudah mendarah daging, mungkin R
Kantor tuan muda Reynold terlihat begitu ramai, ada beberapa orang berdiri di pojok ruang tunggu dan beberapa diantaranya bergerombol di beberapa sudut."Sekretaris Pete!" teriak seorang kariawan wanita yang melihat sekretaris Pete berjalan cepat menuju ke arah ruangannya. "Iya Maria, ada apa?" tanya sekretaris Pete pada wanita muda yang merupakan seorang resepsionis yang bekerja di gedung E, tempat di mana tuan muda Reynold berkantor. "To-tolong saya, beberapa gadis di luar ingin bertemu dengan tuan muda, saya tidak mengizinkanya karena mereka belum membuat janji." Mendengar itu, sekretaris Pete terlihat mengerutkan dahi."Baiklah, coba aku lihat mereka dulu." ucap sekretaris Pete, lalu di
Masih di hari hari pencarian.Sekretaris Pete berusaha sekuat tenaga untuk menemukan gadis itu, dia berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai gadis istimewa yang mungkin saja ada di sudut negeri. Dia tidak ingin salah memilih, memberikan undangan pada gadis yang tidak tepat, yang berakibat akan ada amarah dan gertakan dari tuan muda yang begitu dia jaga.Di dalam kantornya, Reynold terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya, beberapa kali dia melirik ke arah jam tangan mahal yang melingkar di tangan kirinya. Siang ini dia ada janji dengan sekretaris Pete, ada tiga gadis yang harus ditemuinya. Reynold sejatinya adalah sang casanova,
PencarianSetelah Natasya keluar dari kantor tuan muda Reynold, sekretaris Pete sudah bisa menebak apa yang telah terjadi, bagaimana situasi di dalam, sama seperti halnya kemarin, tidak ada yang bisa diperjuangkan. Sekretaris Pete berusaha mempersiapkan gadis kedua. Mungkin saja akan lebih beruntung. Dia adalah Diana, anak seorang pemilik perkebunan di pinggiran kota Jakarta. Penampilannya cukup menarik, itu menurut sekretaris Pete. Kulit putih bersih bak keramik bening yang menyilaukan mata, rambut sebahu yang terurai bergelombang. Wajah oval dengan mata bulat yang berhias bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir merah, cukup seksi dan menggairahkan bagi siapa saja yang melihat. Usianya masih sekitar dua puluh tahun, jiwa muda yang bergairah penuh semangat yang membara, kekuat
Matahari Sore"Bagaimana sekretaris Pete, sudah ada perkembangan?" tanya kakek Hamzah kepada sekretaris Pete yang berdiri di belakangnya."Maaf tuan, saya belum menemukan gadis itu," ucap sekretaris Pete seraya menunduk.Seperti biasa setiap sore, kakek Hamzah berdiri di jendela kaca yang berhadapan langsung dengan taman indah, taman indah peninggalan menantunya yang begitu dia sayangi, mennggu matahari terbenam yang nampak menyejukkan hati. Dia berdiri, dengan tangan di belakang, berusaha menegakkan tubuhnya yang mulai rapuh karena tua. "Berusahalah sekretaris Pete, bantu aku sebisa mungkin," ucap Tuan Hamzah tanpa membalikkan tubuh."Saya akan berusaha sebisa mungkin tuan
Takdir Reynold terlihat sibuk di kantornya, pekerjaan seolah tak ada habisnya, begitu banyak hal yang harus dia kerjakan. Beberapa kali sekretaris Pete membantu Reynold menyiapkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Mereka berdua sama sibuknya, tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar menenggak secangkir kopi yang sudah tersaji di meja, masih utuh dan sudah menjadi dingin. "Tuan muda, hari ini ada meeting dengan pak William di Hotel Graha jam 11 siang, lalu saya ingatkan lagi nanti sore ada peringatan meninggalnya nyonya Elle dan tuan Alex," sekretaris Pete mengingatkan beberapa jadwal yang hari ini harus dikerjakan oleh Reynold. "Iya, aku sudah ta
Si cantik"Aldo, jemput saya sekarang," Reynold terlihat berbicara dengan seseorang di telephone, dia adalah Aldo supir pribadinya yang sedang tidak di tempat karena mengantar Monalisa."Baik tuan," jawab Alno singkat.Beberapa menit setelahnya Mobil mewah berwarna biru tua itu telah sampai di depan lobby hotel. Melihat mobilnya sudah siap, Reynold segera melangkahkan kaki menuju ke arah mobil dan bergegas memasukinya. Aldo terlihat mendongakkan kepala, memandang ke kiri dan ke kanan seolah mencari sesuatu."Apa yang kau cari Aldo?" tanya Reynold setelah melihat prilaku aneh Aldo."Sekretaris Pete tuan muda,"
Perbincangan serius "Kakek, aku sudah mengambil bunganya," ucap Reynold ketika memasuki rumah dan bertemu dengan kakeknya. Reynold terlihat meraih tangan kakeknya itu dan menciumnya lembut. "Bisakah aku meminjam seratus lima puluh ribu? Aku naik taxi dan aku tidak memiliki uang cash," lanjut Reynold. "Minta bik Inah untuk membayar tagihan Taximu," perintah kakek Hamzah. "Baiklah kek," ucap Reynold singkat lalu dia berlalu untuk mencari bik Inah. Reynold me