Share

Gadis Simpanan Ayahku
Gadis Simpanan Ayahku
Penulis: Aeris Park

1. Pertemuan Pertama

Lorong Sand Box University terlihat sepi karena kelas sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu. Seluruh mahasiswa sudah masuk ke kelas mereka masing-masing untuk menerima materi dari dosen pembimbing.

Namun, tidak dengan Dara. Gadis itu berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lorong paling ujung tepat di lantai tiga. Helaan napas lega sontak keluar dari bibir mungilnya karena dosen yang mengajar di kelasanya sedang izin keluar. 

"Ya ampun, Dara! Kamu terlambat lagi? Untung saja Miss Calista sedang ada urusan sebentar dengan Dekan, kalau tidak—" Gadis berambut hitam sebahu itu menahan suaranya sebentar sebelum kembali bicara. "Kamu nanti pasti akan mendapat hukuman."

Gadis bernama lengkap Andara Salsabil itu hanya bisa nyengir setelah mendengar ucapan sahabat baiknya, Shasa. Hari ini dia kembali terlambat datang ke kampus karena sang kekasih mengajaknya bercinta lagi pagi ini. Beruntung dia tidak pernah mendapat hukuman dari pihak kampus karena Tama—lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya menjadi donatur terbesar di kampusnya.

"Maaf, aku tadi bangun kesiangan karena semalam lembur," ucap Dara diakhiri dengan kekehan.

Gadis itu memang bekerja paruh waktu di Dalcom Cafe sebagai pelayan sepulang kuliah. Dara sebenarnya tidak perlu bersusah payah bekerja karena Tama bisa memberinya banyak uang untuk dikirim pada sang ibu yang tinggal di desa. Namun, dia terpaksa bekerja untuk menutupi hubungan terlarang yang dia jalani bersama Tama karena lelaki yang menjadi kekasihnya itu sudah memiliki istri dan seorang anak.

Dara bertemu dengan Tama pertama kali saat datang ke kota. Saat itu dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta paling bergengsi di kota metropolitan tersebut. Namun, hidup di kota besar ternyata tidak semudah yang Dara bayangkan, apa lagi saat itu dia masih berusia delapan belas tahun dan belum begitu memahami kehidupan di kota.

Uang pemberian sang ibu untuk bekal habis dalam waktu beberapa hari karena harga barang kebutuhan di kota berkali-kali lipat lebih mahal dari pada di desa.

Dara sempat luntang-lantung di jalan seperti gelandangan. Dia bahkan pernah mengumpulkan barang bekas untuk menyambung hidup. Hingga tanpa sengaja dia bertemu dengan Tama. Lelaki dewasa itu telah berhasil membuatnya jatuh cinta. Dara seolah-olah menemukan sosok ayah dalam diri Tama yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Padahal Tama sudah berkeluarga dan memiliki anak, tapi dia memilih menutup mata akan hal itu.

"Tadi Miss Calista ngasih kita tugas kelompok buat akhir semester. Tugas ini penting banget karena jadi salah satu syarat wajib agar lulus mata kuliah ini," jelas Sasha.

"Tugas apa?" tanya Dara sambil mengeluarkan tabletnya dari dalam tas. Meskipun sibuk, gadis itu tidak pernah lupa mengerjakan tugas kuliahnya karena baginya pendidikan sangat penting. Lagi pula dia ingin membanggakan sang ibu dan memiliki keturunan yang cerdas.

"Miss Calista menyuruh kita melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai."

Dara mengangguk paham mendengar penjelasan singkat dari Shasa. "Em, okay. Kalau begitu siapa saja kelompok kita?"

"Em, aku, kamu, Brian, dan Keynan."

Dara mengerutkan dahi karena nama cowok itu terdengar asing di telinganya.

"Siapa, Keynan?"

Shasa menepuk jidat. "Aku lupa ngasih tahu kamu, Keynan mahasiswa pertukaran pelajar dari kampus sebelah."

"Oh, gitu ...." Dara mengangguk, lantas memperhatikan cowok yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja paling belakang di kelas. Semoga saja Keynan bisa diajak kerja sama.

Setelah itu Dara dan Shasa terlibat obrolan singkat tentang mahasiswa baru yang menjadi anggota kelompok mereka. Dari gosip yang beredar, Keynan tidak pernah memiliki teman karena sangat dingin dan irit bicara. Selain itu Keynan tidak suka bersosialisasi dengan orang lain.

"Padahal Keynan ganteng banget. Kalau sifatnya nggak dingin pasti udah aku jadiin gebetan," sungut Shasa terdengar penuh semangat.

"Heh?!" Dara refleks menepuk lengan Shasa. "Jangan keras-keras kalau ngomong, nanti kedengeran sama orangnya," ucapnya sambil melirik Keynan yang masih setia menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Shasa malah terkekeh tanpa dosa mendapat peringatan keras dari Dara. Mereka terpaksa berhenti mengobrol karena Miss Calista kembali ke kelas.

Dara dengan serius menyimak materi yang disampaikan oleh Miss Calista di depan kelas seolah-olah sudah mengikuti perkuliahan sejak awal. Padahal dia baru saja datang.

***

Keynan berulang kali menghela napas panjang sambil melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tidak terasa sudah dua jam dia menunggu sang ayah untuk makan malam bersama. Namun, ayahnya belum juga pulang sampai sekarang. Bahkan makanan yang tersaji di atas meja makan sudah dingin.

Keynan pun meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Jemari tangannya begitu lincah mengetik beberapa kata untuk dikirim pada sang ayah. Tidak lama kemudian ada pesan masuk di ponselnya.

Ayah:

[Maaf, ayah malam ini tidak pulang. Jangan tidur terlalu malam. Love ❤]

Helaan napas panjang kembali lolos dari bibir Keynan. Dia pikir, malam ini ayahnya akan pulang, tapi ternyata tidak. Entah apa yang sang ayah lalukan di luar sana, dia tidak pernah tahu karena hubungan mereka tidak sedekat dulu.

Keynan benar-benar rindu dengan keluarganya yang dulu. Saat sang ibu belum mengalami kecelakaan hingga tidak sadarkan diri sampai sekarang.

Hubungan kedua orang tuanya dulu sangat harmonis karena ayahnya sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Selain itu ayahnya selalu menempatkan keluarga di atas segala-galanya.

Namun, sejak pertengkaran hebat yang terjadi pada ayah dan ibunya lima tahun lalu membuat keadaan seketika berubah. Sang ayah lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah dan jarang sekali memperhatikannya. Rumah yang dulu terasa hangat pun sekarang terasa begitu dingin. Hening. Benar-benar sepi.

"Maaf, Den Keyanan. Apa makanannya perlu bibik hangatkan lagi?"

Pertanyaan Bik Minah sontak membuat Keynan tersadar dari lamunan. Cowok berusia dua puluh satu tahun itu pun menggelengkan kepala pelan karena nafsu makannya mendadak hilang.

"Buang saja semua makanannya, Bik," ucapnya sebelum beranjak ke kamar.

Bik Minah hanya bisa menghela napas melihat sang majikan yang meninggalkan ruang makan. Wanita paruh baya yang sudah merawat Keynan sejak kecil itu merasa iba atas apa yang terjadi pada keluarga Narendratama. Padahal Keynan dulu sosok anak yang begitu hangat dan ceria, tapi kejadian lima tahun lalu telah mengubah Keynan menjadi pribadi yang begitu tertutup dan dingin pada siapa pun.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
꧁🌹ɬཞıąʂ℘ıŋą 🌹࿐꧂
kasihan keynan..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status