Share

9. Liontin Emas

Penulis: Alvarezmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 08:10:17

Raina terdiam. Suara detik jam dinding tua di rumah itu terdengar nyaring di telinganya yang kini dipenuhi gemuruh pertanyaan. Ia merasa seakan kepalanya akan meledak oleh fakta yang baru saja diucapkan Bu Laras.

“Keluarga Elvano…? Maksud Ibu, aku... bagian dari mereka?”

Bu Laras mengangguk pelan. “Lebih dari itu, Nak. Kau bukan hanya bagian dari mereka. Kau adalah darah mereka. Kau cucu kandung dari mendiang Nyonya Giselda.”

Nama itu terdengar asing, namun terasa mengguncang.

Raina menggeleng, mencoba menolak kenyataan. “Tidak mungkin… aku tidak ingat apa-apa. Bahkan tidak pernah mendengar nama itu!”

Bu Laras berjalan ke sebuah lemari tua di sudut ruangan. Ia menarik satu laci yang berdebu dan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil. Dengan hati-hati, ia membukanya dan mengeluarkan sebuah liontin emas yang tampak sudah tua, lalu menyerahkannya pada Raina.

“Ini milik ibumu. Dulu, dia selalu memaka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gadis Tanpa Ingatan   11. Undangan Emas.

    Raina menghabiskan sisa malam itu dalam diam. Duduk di ujung ranjang, memandangi kartu nama hitam yang terasa seperti kunci ke pintu rahasia yang selama ini tertutup rapat. Di bagian belakang kartu, hanya ada satu kalimat kecil berukir perak:“Tak semua darah membawa keluarga, tapi semua luka membawa kebenaran.”Kata-kata itu terus berputar dalam pikirannya, seperti mantra yang perlahan-lahan merobek tirai kebingungan. Elvano masih tertidur di sofa, napasnya tenang. Ia tampak damai, tak menyadari badai baru yang telah masuk diam-diam ke dalam rumah mereka.Pagi belum benar-benar datang saat Raina akhirnya beranjak dari tempat tidur. Ia memasukkan kartu nama itu ke dalam saku hoodie-nya, lalu memandangi wajah Elvano sejenak. Ada rasa ingin membangunkannya, memberitahunya semua. Tapi suara wanita tadi terngiang kembali"Pastikan kau sendiri. Jangan bawa siapa pun dari keluarga Gunawan."Raina tahu, Elvano tak bersalah. Ia mungkin satu-satunya da

  • Gadis Tanpa Ingatan   10. Wanita misterius

    Raina menatap langit-langit kamar sambil menggenggam liontin tua itu erat-erat. Meski tubuhnya terbaring di ranjang empuk milik keluarga Elvano, pikirannya tak pernah merasa seterasing ini.Ia telah tahu. Ia bukan gadis biasa. Ia adalah Amara—nama yang pernah dihapus, dilupakan, dikubur oleh keluarganya sendiri. Tapi apakah itu cukup? Apakah tahu nama membuat semuanya terasa utuh?Tidak. Justru sebaliknya.Malam kian larut. Elvano tertidur di sofa ruang tamu, tak sanggup menahan lelah setelah obrolan yang menyesakkan tadi. Raina tak bisa tidur. Tangannya bergerak pelan membuka laci meja samping tempat tidur. Matanya menatap ke dalam, pada benda kecil yang dulu membuatnya penasaran: sebuah ponsel tua.Ponsel itu... yang dulu tiba-tiba menyala dan menerima panggilan dari nomor bernama “Mom.”Raina menggigit bibir. Ia masih ingat jelas suara di seberang waktu itu. Lembut tapi mengancam. “Amara... kau harus pergi ke alamat ini. Seseorang

  • Gadis Tanpa Ingatan   9. Liontin Emas

    Raina terdiam. Suara detik jam dinding tua di rumah itu terdengar nyaring di telinganya yang kini dipenuhi gemuruh pertanyaan. Ia merasa seakan kepalanya akan meledak oleh fakta yang baru saja diucapkan Bu Laras. “Keluarga Elvano…? Maksud Ibu, aku... bagian dari mereka?” Bu Laras mengangguk pelan. “Lebih dari itu, Nak. Kau bukan hanya bagian dari mereka. Kau adalah darah mereka. Kau cucu kandung dari mendiang Nyonya Giselda.” Nama itu terdengar asing, namun terasa mengguncang. Raina menggeleng, mencoba menolak kenyataan. “Tidak mungkin… aku tidak ingat apa-apa. Bahkan tidak pernah mendengar nama itu!” Bu Laras berjalan ke sebuah lemari tua di sudut ruangan. Ia menarik satu laci yang berdebu dan mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil. Dengan hati-hati, ia membukanya dan mengeluarkan sebuah liontin emas yang tampak sudah tua, lalu menyerahkannya pada Raina. “Ini milik ibumu. Dulu, dia selalu memaka

  • Gadis Tanpa Ingatan   8. Pertemuan di rumah tua

    Elvano tidak langsung merespons sentuhan itu. Ia menatap tangan Raina yang menggenggam tangannya dengan pelan, seakan bertanya: Kenapa kau tak pergi saja? Kenapa tetap bertahan di hadapanku yang tak bisa menjanjikan apa pun?Namun, Elvano tahu, ia lelah berpura-pura. Lelah menahan sesuatu yang seharusnya bisa ia ungkapkan sejak lama. Hatinya telah lama beku sejak kehilangan yang dulu, dan ia membiarkan dinding tinggi menutupi segalanya. Tapi malam ini, dinding itu retak—dan Raina berdiri tepat di balik celahnya.“Aku tidak mengerti kenapa aku merasa seperti ini setiap bersamamu,” lirih Elvano akhirnya, suaranya berat. “Padahal aku tahu aku harus menjaga jarak. Tapi saat melihatmu berdiri di jendela malam itu, tampak tersesat dan sendirian… aku tahu aku tak bisa membiarkanmu terus seperti itu.”Raina menatap pria itu tanpa berkata. Di matanya, Elvano bukan hanya lelaki yang sulit ditebak, tetapi juga seseorang yang menyimpan begitu banyak luka dan ketakutan yang belum tersembuhkan. Ia

  • Gadis Tanpa Ingatan   7. ciuman yang tak disengaja

    Hujan turun deras malam itu, menyapu jendela rumah besar Elvano dengan irama yang ritmis dan menyayat. Di balik tirai tipis, Raina berdiri diam memandangi langit yang kelabu. memantulkan kegelisahan yang sejak sore tadi terus menghantui pikirannya. Sejak menerima telepon misterius yang menyebut nama "Amara", pikirannya kacau. Nama itu terdengar begitu akrab, namun saat ia coba menggalinya, hanya kehampaan yang menjawab. Ia merasa seperti seseorang yang berjalan di lorong gelap tanpa tahu ke mana arah pulang. Langkah kaki berat terdengar mendekat ke arahnya. Raina menoleh.. terlihat Elvano sedang berjalan mendekat. “Apa Ada yang mengganggu pikiranmu?” tanyanya datar, tapi ada nada lembut yang berusaha ia sembunyikan. Raina menatap pria itu yang berdiri tak jauh dari nya. “Apakah menurutmu aku… orang jahat?” tanyanya tiba-tiba. Elvano mengerutkan kening. “Kenapa kau berpikir begitu?” “Aku tidak tahu siapa diriku. Tapi… kenapa ada seseorang yang menyebutku dengan nama lain?

  • Gadis Tanpa Ingatan   6. telepon dari masa lalu

    Sudah lewat tengah malam ketika Raina terbangun karena mimpi yang sama untuk ketiga kalinya di minggu ini.Tangisan. Kilat. Bunyi klakson. Dan jeritan seseorang yang memanggil nama… Amara.Ia terduduk dengan napas memburu. Keringat membasahi pelipis dan lehernya. Ia begitu gelisah, ia buru buru ke dapur untuk mencari air minum. Berharap bisa mengurangi kegelisahan yang sedang ia rasa. Ia langsung menegak habis air putih di tangan nya. Setelah sedikit tenang ia kembali ke kamarnya. Ia duduk bersandar di sofa kamar. Berusaha mengingat suara dan nama yang di panggil lewat mimpinya.Amara.. ia mulai kembali gelisah mengingat nama itu. Namun bukan hanya mimpi itu yang membuatnya gelisah malam ini.Sebuah ponsel asing bergetar di bawah laci meja samping tempat tidurnya. Ia bahkan tidak tahu kapan benda itu ada di sana. Elvano tak pernah memberinya ponsel. Dan ia sendiri yakin bahwa ia tidak pernah menyimpannya.Dengan tangan gemetar, ia menarik laci. Sebuah ponsel hitam, model lama, menyala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status