Home / Romansa / Gadis Tawanan sang CEO / 6. Hari Pertama Jadi Pelayan

Share

6. Hari Pertama Jadi Pelayan

Author: Cececans
last update Last Updated: 2023-11-07 16:45:31

Serena buru-buru menyeka air matanya saat Kepala Pelayan kembali masuk ke kamar mandi. Saat itu Serena baru saja selesai dan hendak memakai seragam pelayan.

"Cepat! Kau sudah membuang-buang waktuku, Sialan!" Kalimat yang terucap dari bibir Kepala Pelayan begitu kasar, dan begitu merendahkan Serena.

Kepala Pelayan tahu siapa Serena sebenarnya. Bahkan semua orang yang ada di mansion pun juga sudah mengetahuinya, kalau Serena adalah anak pelakor yang merusak keluarga Lucas, tuan mereka. Maka dari itu, mereka membenci keberadaan Serena, dan tak segan-segan memperlakukan gadis rendahan itu dengan buruk.

"Cepat!" Dengan tak sabaran Kepala Pelayan menarik Serena kasar menuju kamar. Ia membanting tubuh rapuh Serena ke kasur, dan menyuruhnya untuk segera berpakaian.

"Baik." Hanya satu kata yang keluar dari bibir Serena. Ia bergegas memakai seragam pelayan sebelum Kepala Pelayan membentaknya lagi.

Kepala Pelayan mengulas senyum licik yang samar. "Ikuti aku!" perintahnya pada Serena.

Serena dengan patuh berjalan di belakang Kepala Pelayan melewati lorong mansion, yang menghubungkan ruang utama dengan ruang istirahat yang luas.

Langkah Serena terus bergerak sampai akhirnya ia berhenti di dapur. Di sana terdapat banyak pelayan dan seorang koki yang terlihat sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Lucas.

Setelah memperhatikannya lebih saksama, Serena baru menyadari jika mansion yang sangat luas ini hanya ditinggali oleh Lucas. 

Kecuali para pelayan, dan pegawai Lucas yang lain, tidak ada saudara ataupun keluarga yang tinggal di mansion ini.

"Jalang, kemari kau!" sentak sebuah suara meruntuhkan lamunan Serena.

Tiga orang pelayan sudah berdiri di depan Serena. Masing-masing mereka membawa sebuah rotan.

Mendadak Serena dilingkupi firasat buruk. Bukan tanpa alasan rotan-rotan itu ada di tangan mereka. Sepertinya mereka akan menggunakannya untuk memukul Serena, terlihat dari ekspresi yang mereka tunjukkan sekarang. Dipenuhi dengan aura bermusuhan.

"I—iya." Serena segera memenuhi panggilan mereka, berjalan mendekat menuju tiga pelayan itu.

Baru saja Serena sampai di hadapan mereka. Salah satu dari pelayan itu memerintahkan yang lain untuk mengangkat rok Serena sampai sebatas lutut.

"Hari ini Kepala Pelayan menyuruhku untuk melatihmu," ucapnya mengikat sehelai kain untuk membungkam mulut Serena.

Ia kemudian mengambil secangkir teh panas dan meletakkannya ke telapak tangan Serena. "Kau harus berjalan ke sana tanpa menumpahkan teh sedikit pun," desisnya ke telinga Serena sambil menunjuk ke arah dinding di depannya.

Serena hanya bisa mengangguk, tanpa bisa membantah. Karena ia tahu, jika ia membantah sedikit, rotan di tangan si pelayan sudah pasti mendarat di kakinya. 

Ia berjalan pelan dan penuh hati-hati. Berharap ia berhasil melakukannya. Namun, ketika Serena melangkahkan kakinya hendak mencapai dinding. Seorang pelayan yang melintas sengaja menubruk bahunya cukup keras, sampai Serena terhuyung dan menjatuhkan cangkir tehnya ke lantai. Cangkir itu hancur berkeping-keping.

"Astaga! Apa yang sudah kau lakukan?! Itu cangkir mahal! Bisa-bisanya kau menjatuhkannya!" pekik salah satu dari tiga pelayan itu. "Kalau sampai Kepala Pelayan tahu, tamatlah riwayatku."

Serena melihat tiga pelayan itu mendekat. Wajah mereka lebih geram dari sebelumnya.

Tanpa berucap sepatah kata pun, mereka menyeret Serena ke gudang yang ada di belakang mansion.

Mereka langsung menghujani kaki Serena dengan kebasan rotan.

"Arghh …." Serena berteriak saat rotan mengenai kakinya, meninggalkan bekas kemerahan dengan darah yang merembes keluar.

Kain yang sebelumnya membungkam mulut Serena sudah terlepas sehingga ia bisa mengeluarkan suara.

"Aku tidak sengaja menjatuhkannya. Bukannya kalian juga melihat ada pelayan yang sengaja menabrakku." Serena berusaha membela dirinya. Namun, yang ia dapatkan justru kebasan rotan yang semakin kencang.

"Diam! Meskipun, kami tahu, kami akan tetap menghukummu," desis si pelayan kembali mengayunkan rotan ke kaki Serena dengan sekuat tenaga. Saat ia hendak mengibaskan rotan lagi, Kepala Pelayan muncul. Entah dari mana datangnya. Dan itu membuat tangan si pelayan yang sudah terangkat di udara berhenti. Wajahnya memucat.

Kepala Pelayan melirik Serena tajam, pandangannya kemudian beralih ke kaki Serena yang dipenuhi darah yang mengalir.

"Jangan sampai Tuan Lucas tahu. Cepat bersihkan darahnya, dan suruh dia menutupinya dengan rok," titah Kepala Pelayan kepada ketiga pelayan itu, kemudian berbalik pergi.

Tiga pelayan itu segera melepaskan Serena, dan menyiramkan air ke kaki Serena. "Ingat, jangan sampai Tuan Lucas tahu hal ini."

Serena menggigit bibir bawahnya menahan sakit saat air menerjang kulitnya yang mengelupas. Memangnya kenapa kalau Lucas sampai tahu hal ini? Kenapa mereka begitu takut? Lagi pula Lucas tak akan peduli. Lucas justru senang melihat Serena menderita.

Ketika Serena kembali ke dapur. Ia disuruh Kepala Pelayan mengantarkan makanan untuk Lucas. Sekali lagi wanita paruh baya itu memperingatkan Serena. "Jangan sampai kau mengadu kepada Tuan Lucas. Kalau sampai Tuan Lucas tahu hal ini, aku akan memastikan hidupmu seperti di nereka."

Serena mengangguk. "Aku tidak akan melakukannya." Terselip nada getir di ucapannya.

Dengan langkah pelan, Serena membawa nampan berisi makanan menuju meja makan, di mana Lucas sudah duduk di sana sambil bermain ponsel.

"Ini, Kak. Maksudku Tuan." Serena meletakkan makanan yang ia bawa ke meja tanpa melihat ke arah Lucas. Ia tak berani menatap mata abu-abu Lucas yang selalu terlihat seperti akan menusuknya.

Saat Serena hendak berbalik pergi, Lucas mencekal tangannya kasar. "Mau ke mana kau, huh?"

Serena mengerjap cepat. "Aku ingin kembali ke dapur untuk mengerjakan tugasku yang lain."

"Aku tidak mengizinkanmu pergi," tandas Lucas tajam. "Jadi tetaplah di sini, jangan bergerak sedikit pun dari tempatmu berdiri!"

-To Be Continued-

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lena
sangat suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gadis Tawanan sang CEO   22. Bercinta di Depan Para Pelayan

    Lucas mengerutkan kening melihat Serena sibuk membersihkan sofa, padahal sekarang sudah malam. Dan, seharusnya gadis itu beristirahat.Ide nakal melintas di kepala Lucas. Ia menghampiri Serena dengan langkah sepelan mungkin agar adik tirinya itu tak menyadarinya.Serena melonjak kaget saat tangan Lucas tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Ia refleks memutar tubuhnya dan membelalakkan mata. "Tuan, Anda sudah pulang?"Lucas menaikkan sebelah alisnya. "Menurutmu?"Serena membuang muka menahan malu. Jaraknya dengan Lucas sangat dekat, sampai ia bisa melihat sekilas bayangan dirinya di mata abu-abu pria itu."Tuan!" Serena memekik saat tangan Lucas menyusup ke dalam roknya, meraba bagian intimnya yang masih dilapisi celana dalam."Kenapa? Kau mau marah?" tanya Lucas di dekat telinga Serena. Napasnya yang berhembus pelan menggelitik leher jenjang Serena yang tampak polos karena rambut panjangnya digulung ke atas. "Tapi, tubuhmu menyukainya, Serena. Kau sudah basah di bawah sini."Se

  • Gadis Tawanan sang CEO   21. Masturbasi di Bawah Meja

    Lucas tak bisa menahan hasrat saat ia melihat layar ponselnya yang menampakkan Serena sedang mandi. Sebelum berangkat kerja tadi, ia diam-diam menyuruh pelayan menaruh kamera CCTV di setiap pojok atas kamar Serena. Termasuk kamar mandinya.Gadis itu sedang membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya. Tangannya berhenti di bagian kewanitaannya untuk menggosok bagian sana."Huh ... Serena." Lucas mengeluarkan kemaluannya, mengurut pelan seiring Serena menggesek kewanitaannya di sana. "Ahh ...."Lucas mengerang saat cairannya menyembur keluar. Ia terengah-engah dengan menatap sayu Serena yang beralih membilas tubuhnya.Sialan. Hanya dengan melihat Serena mandi saja, Lucas mencapai klimaksnya dengan mudah. Ia menyeringai tipis melihat telapak tangannya yang dipenuhi cairannya.Lucas kemudian mengambil tisu, membersihkan kejantannya dan meja kerjanya yang telah ia kotori. Ia menghela napas puas saat Slade baru datang menghadapnya.Ia sengaja menyuruh pengawal setianya itu pergi untuk membelikann

  • Gadis Tawanan sang CEO   20. Payudaranya Begitu Lembut

    Malam yang mulai larut tak juga menghentikan aktivitas pria dan wanita yang tengah dilanda gairah membara. Aroma percintaan kental memenuhi kamar dengan pencahayaan minim.Helen yang telanjang duduk di kursi merah beludru dengan kedua kakinya mengangkang lebar. Bagian kewanitaannya telah basah oleh cairan lengketnya sendiri."Come on, Grady! Tunjukkan betapa perkasanya kau!" tandas Helen mencambuk Grady yang berlutut di depannya dengan tubuh telanjang juga. Tangannya tertali di belakang badan. Dan matanya tertutup kain hitam."Ahh ...." Grady mendesah saat cambuk itu mengenai pahanya. Kejantanannya mulai bangkit. Helen tertawa puas melihat pemandangan yang ada di depannya.Dengan kaki, Helen menyentuh kejantanan Grady. "Apa katamu tadi? Lucas punya gadis simpanan di mansionnya?"Sambil menahan hasrat yang minta dipuaskan, Grady mengangguk. "Dia salah satu pelayan di mansion Tuan Muda Lucas. Siapapun akan paham kalau gadis itu spesial. Tuan Muda Lucas bahkan sampai menyuruhku untuk me

  • Gadis Tawanan sang CEO   19. Bubur Buatan Serena

    Serena keluar dari kamar Lucas bertepatan dengan kedatangan Slade. Mereka berpapasan saat hendak melewati lorong mansion."Siang, Slade." Serena menyapa dengan menunduk singkat. Tanpa menunggu balasan Slade, ia melanjutkan langkah ke kamarnya sendiri.Sementara Slade terpaku menatap punggung Serena yang perlahan menjauh dari pandangannya.Serena perempuan yang cantik dan sederhana. Selain itu, tubuhnya sangat indah. Sekuat apapun Slade menghilangkan perasaannya pada gadis itu, ia tetap saja gagal.Sepertinya Slade semakin jatuh cinta pada Serena. Tapi, ia harus memendam perasaan itu dalam-dalam. Karena sampai kapanpun ia tak akan bisa memiliki Serena. ***Setelah Lucas diperiksa dan lukanya sudah diobati oleh Grady, Serena berinisiatif membuatkan bubur untuk Lucas, dan mengantarkannya ke kamar kakak tirinya itu.Serena mengangkat sebelah tangan untuk mengetuk pintu kamar Lucas. Di tangan satunya ia membawa nampan berisi semangkuk bubur daging yang masih mengepulkan asap dan segelas a

  • Gadis Tawanan sang CEO   18. Hari Kematiannya

    Pagi ini Lucas dengan sengaja memundurkan semua jadwal pertemuannya dengan pemegang saham. Karena hari ini adalah hari peringatan kematian ibunya, dan ia ingin menghabiskan waktunya di makam wanita itu.Felicity Brown. Wanita yang kuat dan penuh kasih sayang itu meninggal setelah menabrakkan mobilnya sendiri ke pohon.Kematiannya delapan belas tahun yang lalu telah memberikan luka mendalam pada diri Lucas. Apalagi sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ayahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun membawa wanita lain dan bermesraan secara terang-terangan di depannya dan ibunya."Mom ...." Lucas berlutut di samping makam ibunya. Tak ia pedulikan celananya yang kotor oleh tanah yang lembab.Disentuhnya batu nisan yang tertutupi lumut itu pelan. Ia meringis pedih. Tanpa ia sadari—karena terlalu sibuk bekerja—sudah lama ia tak mengunjungi ibunya. Wanita itu pasti merindukan Lucas, sampai memberikan tanda dengan sesekali mampir dalam mimpinya."Lucas rindu Mommy." Lucas menunduk. Beberapa tetes

  • Gadis Tawanan sang CEO   17. Tangannya Retak

    Setelah membalikkan meja, Lucas menyuruh semuanya keluar termasuk Slade."Keluar!" teriak Lucas membanting benda-benda yang bisa ia jangkau dengan membabi buta. Persetan dengan semua ini. Lucas ingin melampiaskan emosinya sampai puas.Wanita sewaan lari terbirit-birit, begitu juga tiga pria itu. Mereka sangat ketakutan. Apalagi mereka pernah mendengar rumor Lucas yang tak segan-segan membunuh siapa saja yang berani menyulut emosinya.Slade turut meninggalkan ruangan dalam diam. Tak ingin memperparah kemarahan Lucas."Huh ...." Lucas menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan napas masih memburu. Ia tak peduli lagi dengan kekacauan yang ia buat. Lagi pula tidak ada yang berani menyinggung seorang Lucas. Pemilik club mewah ini pun tidak.Pandangannya kemudian terpaku pada Serena yang kepalanya tertunduk, dengan tubuh hanya dilapisi pakaian dalam. Gadis itu tak menyadari tatapan buas Lucas yang bersorot hendak menelannya bulat-bulat. Ia terlalu mabuk untuk sekadar membuka matanya.Lucas meramb

  • Gadis Tawanan sang CEO   16. Melelang Tubuhnya

    "Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Serena sebelum ia masuk ke dalam mobil, mempertahankan kedua kakinya berada di atas aspal.Lucas yang sudah duduk di bangku belakang sedikit melongok keluar. "Ke club. Aku ingin kau menemaniku minum, Serena."Serena semakin ragu ikut. Ia hanya memakai kaos pink berlengan pendek dengan bawahan celana jeans. Sangat tak cocok untuk digunakan pergi ke club. Tapi, ia tak punya pakaian lainnya yang lebih pantas.Selain itu, Serena harus tetap waspada terhadap Lucas. Bisa saja pria itu membawanya ke club untuk dihabisi. Namun, menolak pun rasanya juga tak menguntungkan posisi Serena.Menurut cerita Nola tentang Lucas. Selama ia bekerja pada Lucas, tuannya itu tak suka ada yang menolak ajakannya. Jika orang itu berani menolak, sudah dipastikan orang tersebut berakhir dilempar ke kandang buaya.Serena merinding membayangkan dirinya dilempar ke kandang berisi banyak buaya yang kelaparan. Dagingnya akan dicabik-cabik sampai tak berbentuk. Jika nyawanya berakhir s

  • Gadis Tawanan sang CEO   15. Menyukai Serena?

    Helen membanting dengan keras ponselnya ke meja. "Menyebalkan," dengusnya geram karena panggilan darinya tak diterima Lucas.Teh chamomile di sisinya yang masih mengepulkan asap tak juga menggugah seleranya. Di dalam kepala Helen justru dipenuhi oleh Lucas."Tunggu aku, Lucas. Aku akan menaklukkanmu.""Sayang."Tatapan Helen tersita pada pria sewaannya yang keluar dari kamar dengan tubuh telanjang bulat. Bagian batangnya mengendur ke bawah karena lelah setelah berjam-jam menyodok Helen.Helen tersenyum. Ia melenggang kepada si pria, dan mengusap kemaluannya. Si pria mengulum bibirnya merasa nikmat dengan pijatan yang Helen berikan.Sedang, Helen membayangkan kejantanan Lucas. Mungkin saja milik Lucas tumbuh lebih besar dari ini. Batinnya bergairah.***"Tuan, apa Anda menyukai Nona Serena?" tanya Slade tiba-tiba, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia berdiri tegap menghadap Lucas yang duduk di meja.Di antara banyaknya orang yang takut dengan Lucas, Slade memang pengecualian. Pria

  • Gadis Tawanan sang CEO   14. Memandikan Serena

    Mata Slade melebar melihat apa yang ada di depannya. Lucas dengan ganas menyetubuhi Serena. Dan gadis itu ... Oh God, Slade tak ingin mengakuinya. Serena tampak begitu menikmati setiap hujaman dari Lucas hingga suara erangan dan desahannya memenuhi kamar itu. "Ahh ... lebih cepat, Tuan. Aku mau keluar. Ahh ...." Slade mundur selangkah dengan tubuh menegang. Saking terkejutnya ia sampai tak bisa bernapas dengan benar. Setelah kakinya bisa bergerak lagi, Slade memilih menjauhi kamar Serena. Tak kuat berlama-lama di sana. Apa ini alasan tuannya menyuruh Slade langsung datang ke kamar Serena? Untuk menunjukkan adegan panas mereka? Rasanya Slade telah kalah sebelum bertarung. Tentu saja, ia tak akan bisa menang jika lawannya seorang Lucas. Slade meringis samar. "Anda terlalu posesif, Tuan," gumamnya meninggalkan mansion selepas menitipkan pesan pada Kepala Pelayan. Sementara itu, Lucas yang melihat pintu kamar Serena tertutup kembali menyunggingkan senyum tipis penuh kemenangan.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status