Beranda / Romansa / Gadis Tawanan sang CEO / 5. Ini Tidak Gratis

Share

5. Ini Tidak Gratis

Penulis: Cececans
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-07 16:18:05

Lucas baru saja menemui Slade di ruang utama. Dan kini ia melangkah tegas menuju kamar Serena.

Semalam ia langsung meminta pengawal pribadinya itu untuk mencari tahu hubungan Serena dengan pria tua yang ia hajar habis-habisan kemarin di kamar hotel.

Setelah melihat noda darah di sprei, yang menandakan dirinyalah yang merenggut keperawanan Serena. Lucas jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang dilakukan Serena bersama si pria tua di hotel. Jika Serena menjual diri, bukannya seharusnya adik tirinya itu sudah tidak perawan? Tapi, Serena masih perawan.

Sekarang semua rasa penasaran Lucas telah terjawab, lewat kertas pelunasan hutang yang kini di dalam genggaman tangannya.

Ternyata Serena telah berhutang pada si pria tua. Sepuluh juta dolar. Dan gadis itu dijadikan jaminannya.

"Sebenarnya kehidupan seperti apa yang kau jalani selama ini, Serena?" gumam Lucas dengan tatapan menajam sambil mencengkeram kertas di tangan kanannya. Ia melangkah terus sampai tiba di depan kamar Serena.

Lucas membuka pintu kamar dengan kasar. Dan matanya langsung berserobok dengan mata kelam Serena yang juga menatapnya, dengan sorot ketakutan.

"Kak Lucas, apa yang akan kau lakukan? Tidak cukupkah semalam kau sudah …" Suara Serena yang bergetar lenyap begitu saja saat Lucas melempar secarik kertas ke arahnya. Air matanya pun berhenti mengalir.

"Aku sudah melunasi hutangmu," tukas Lucas dingin. Ia menatap Serena dengan raut wajah datar.

Serena mengernyitkan dahinya, tak mengerti kenapa Lucas melakukan semua ini. Lucas sudah menolongnya dari si pria tua, tapi Lucas juga yang sudah menghancurkan dirinya. Dan kini, Lucas melunasi hutangnya.

Akan lebih baik jika Lucas langsung membunuhnya sekarang, kalau memang pria itu begitu membenci Serena. Dan bukannya melakukan hal-hal yang membuat Serena bingung.

"Kenapa kau melunasi hutangku, Kak?" tanya Serena dengan penuh waspada. Ia merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya.

Lucas mendengus. Ia mencondongkan tubuhnya ke wajah Serena.

Serena spontan beringsut mundur.

"Apa aku harus punya alasan untuk melakukannya, huh?" Lucas memberikan seulas senyum miring yang ganjil. Entah itu senyuman merendahkan, atau licik. Serena gagal memahaminya.

Tanpa aba-aba, Lucas menarik leher Serena mendekat padanya. Mata abu-abu Lucas begitu menusuk, begitu penuh kebencian. Serena menahan napas seketika melihatnya.

"Tapi, ini tidak gratis, Serena. Kau harus bekerja untukku selama tujuh tahun. Kau harus melayaniku dan harus melakukan semua yang aku perintahkan." Tangan Lucas yang sebelumnya mendarat di leher Serena, perlahan turun. Menemukan payudara Serena yang membuatnya candu.

Serena menampik tangan Lucas sebelum berhasil menyusup masuk ke selimutnya. "Lebih baik aku bekerja di club untuk melunasi hutangku, Kak. Jadi, biarkan aku pergi sekarang."

Perkataan Serena berhasil mematik emosi Lucas. Ia menyambar dagu Serena dan meremasnya kuat-kuat, sampai Serena meringis kesakitan.

"Tidak semudah itu kau bisa pergi dariku, Serena. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari mansionku, meski kau sudah berupa mayat," desis Lucas semakin mengeratkan cengkeramannya di dagu Serena. "Dan, jangan pernah menguji kesabaranku."

Lucas menghempaskan dagu Serena kasar. Ia berderap keluar, meninggalkan Serena seorang diri di dalam kamar yang sangat luas. Kesepian dan kengerian yang menyesakkan segera memeluk Serena dengan kejam saat pintu kamar tertutup.

Serena melingkarkan tangannya di sekitar lututnya yang tertekuk. Ia membenamkan kepalanya di antara kedua tangannya dan terisak dengan pilu. "Kenapa dunia begitu jahat padaku? Apa kesalahanku sampai aku harus menderita seperti ini?" tanyanya dengan suara parau.

***

Serena terlelap dalam tidurnya setelah lelah menangis. Ia sudah memakai kembali pakaiannya dan segera terbangun saat seorang wanita paruh baya berpakaian pelayan masuk ke kamarnya, diikuti dua pelayan muda.

"Cepat bangun! Apa kau akan bermalas-malasan seperti ini, huh?!" teriak Kepala Pelayan menyentak Serena. Ia melempar seragam pelayan tepat mengenai wajah Serena.

Serena spontan mengambil seragam pelayan yang baru saja dilemparkan ke arahnya. Ia menatap Kepala Pelayan dengan bingung. "Apa ini?"

"Kau bodoh ya?! Bukannya Tuan Lucas sudah bilang padamu. Mulai hari ini kau bekerja sebagai pelayan. Aku sebagai kepala pelayan di sini akan melatihmu untuk tak bermalas-malasan. Cepat bangun!"

Belum juga Serena memahami ucapan si Kepala Pelayan. Wanita dengan wajah bengis itu sudah menyeret Serena ke kamar mandi.

"Tunggu!" Serena hendak melepaskan diri. Tapi, dengan cepat dua pelayan muda yang sebelumnya berdiri di belakang Kepala Pelayan mencekal tangan Serena, sehingga Serena tidak bisa berontak.

Mereka menyeret Serena ke bawah shower yang menyala, membiarkan tubuh Serena diguyur air dingin yang keluar dari shower.

Kepala Pelayan meraih rambut Serena dan memaksanya mendongak. "Tuan Lucas menugasiku untuk mendidikmu. Setelah ini aku akan mengajarimu menjadi pelayan yang baik. Diam dan jadilah gadis yang menurut," ucapnya menepuk kepala Serena.

Serena mengatupkan bibirnya yang menggigil. Di udara pagi yang dingin ini, air dingin yang mengenai kulitnya terasa begitu menusuk.

Kepala Pelayan melepaskan cekalannya dari rambut Serena. Ia lalu memerintahkan dua pelayan muda untuk membuka pakaian Serena.

"Tunggu! Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Serena mencegah dua pelayan yang hendak menarik lepas pakaiannya.

Dua pelayan itu melirik ke arah Kepala Pelayan, meminta persetujuan.

Kepala Pelayan berubah geram karena Serena tidak mau menurut. "Jangan kau kira karena kau sudah menghabiskan malam bersama Tuan Lucas, kau jadi merasa lebih tinggi derajatnya dariku sehingga kau berani menentangku. Kau bahkan lebih rendah dari kotoran. Kau jalang tak tahu malu!"

Dengan tak berperasaan Kepala Pelayan menarik keras pakaian Serena, merobeknya. Lalu, ia melempar sabun yang mengenai paha Serena. "Cepat selesaikan mandimu! Aku tunggu di luar."

Setelahnya, Kepala Pelayan dan dua pelayan muda itu keluar dari kamar mandi.

Serena menatap kepergian mereka dengan mata berkaca-kaca. Air matanya meleleh bersamaan air dingin yang mengucur deras dari kepalanya.

Belum cukupkah penderitaan yang ia dapatkan dari Lucas? Sekarang penderitaannya kian bertambah. Serena tidak tahu apakah ia sanggup bertahan menghadapi semuanya.

-To Be Continued-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Tawanan sang CEO   22. Bercinta di Depan Para Pelayan

    Lucas mengerutkan kening melihat Serena sibuk membersihkan sofa, padahal sekarang sudah malam. Dan, seharusnya gadis itu beristirahat.Ide nakal melintas di kepala Lucas. Ia menghampiri Serena dengan langkah sepelan mungkin agar adik tirinya itu tak menyadarinya.Serena melonjak kaget saat tangan Lucas tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Ia refleks memutar tubuhnya dan membelalakkan mata. "Tuan, Anda sudah pulang?"Lucas menaikkan sebelah alisnya. "Menurutmu?"Serena membuang muka menahan malu. Jaraknya dengan Lucas sangat dekat, sampai ia bisa melihat sekilas bayangan dirinya di mata abu-abu pria itu."Tuan!" Serena memekik saat tangan Lucas menyusup ke dalam roknya, meraba bagian intimnya yang masih dilapisi celana dalam."Kenapa? Kau mau marah?" tanya Lucas di dekat telinga Serena. Napasnya yang berhembus pelan menggelitik leher jenjang Serena yang tampak polos karena rambut panjangnya digulung ke atas. "Tapi, tubuhmu menyukainya, Serena. Kau sudah basah di bawah sini."Se

  • Gadis Tawanan sang CEO   21. Masturbasi di Bawah Meja

    Lucas tak bisa menahan hasrat saat ia melihat layar ponselnya yang menampakkan Serena sedang mandi. Sebelum berangkat kerja tadi, ia diam-diam menyuruh pelayan menaruh kamera CCTV di setiap pojok atas kamar Serena. Termasuk kamar mandinya.Gadis itu sedang membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya. Tangannya berhenti di bagian kewanitaannya untuk menggosok bagian sana."Huh ... Serena." Lucas mengeluarkan kemaluannya, mengurut pelan seiring Serena menggesek kewanitaannya di sana. "Ahh ...."Lucas mengerang saat cairannya menyembur keluar. Ia terengah-engah dengan menatap sayu Serena yang beralih membilas tubuhnya.Sialan. Hanya dengan melihat Serena mandi saja, Lucas mencapai klimaksnya dengan mudah. Ia menyeringai tipis melihat telapak tangannya yang dipenuhi cairannya.Lucas kemudian mengambil tisu, membersihkan kejantannya dan meja kerjanya yang telah ia kotori. Ia menghela napas puas saat Slade baru datang menghadapnya.Ia sengaja menyuruh pengawal setianya itu pergi untuk membelikann

  • Gadis Tawanan sang CEO   20. Payudaranya Begitu Lembut

    Malam yang mulai larut tak juga menghentikan aktivitas pria dan wanita yang tengah dilanda gairah membara. Aroma percintaan kental memenuhi kamar dengan pencahayaan minim.Helen yang telanjang duduk di kursi merah beludru dengan kedua kakinya mengangkang lebar. Bagian kewanitaannya telah basah oleh cairan lengketnya sendiri."Come on, Grady! Tunjukkan betapa perkasanya kau!" tandas Helen mencambuk Grady yang berlutut di depannya dengan tubuh telanjang juga. Tangannya tertali di belakang badan. Dan matanya tertutup kain hitam."Ahh ...." Grady mendesah saat cambuk itu mengenai pahanya. Kejantanannya mulai bangkit. Helen tertawa puas melihat pemandangan yang ada di depannya.Dengan kaki, Helen menyentuh kejantanan Grady. "Apa katamu tadi? Lucas punya gadis simpanan di mansionnya?"Sambil menahan hasrat yang minta dipuaskan, Grady mengangguk. "Dia salah satu pelayan di mansion Tuan Muda Lucas. Siapapun akan paham kalau gadis itu spesial. Tuan Muda Lucas bahkan sampai menyuruhku untuk me

  • Gadis Tawanan sang CEO   19. Bubur Buatan Serena

    Serena keluar dari kamar Lucas bertepatan dengan kedatangan Slade. Mereka berpapasan saat hendak melewati lorong mansion."Siang, Slade." Serena menyapa dengan menunduk singkat. Tanpa menunggu balasan Slade, ia melanjutkan langkah ke kamarnya sendiri.Sementara Slade terpaku menatap punggung Serena yang perlahan menjauh dari pandangannya.Serena perempuan yang cantik dan sederhana. Selain itu, tubuhnya sangat indah. Sekuat apapun Slade menghilangkan perasaannya pada gadis itu, ia tetap saja gagal.Sepertinya Slade semakin jatuh cinta pada Serena. Tapi, ia harus memendam perasaan itu dalam-dalam. Karena sampai kapanpun ia tak akan bisa memiliki Serena. ***Setelah Lucas diperiksa dan lukanya sudah diobati oleh Grady, Serena berinisiatif membuatkan bubur untuk Lucas, dan mengantarkannya ke kamar kakak tirinya itu.Serena mengangkat sebelah tangan untuk mengetuk pintu kamar Lucas. Di tangan satunya ia membawa nampan berisi semangkuk bubur daging yang masih mengepulkan asap dan segelas a

  • Gadis Tawanan sang CEO   18. Hari Kematiannya

    Pagi ini Lucas dengan sengaja memundurkan semua jadwal pertemuannya dengan pemegang saham. Karena hari ini adalah hari peringatan kematian ibunya, dan ia ingin menghabiskan waktunya di makam wanita itu.Felicity Brown. Wanita yang kuat dan penuh kasih sayang itu meninggal setelah menabrakkan mobilnya sendiri ke pohon.Kematiannya delapan belas tahun yang lalu telah memberikan luka mendalam pada diri Lucas. Apalagi sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ayahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun membawa wanita lain dan bermesraan secara terang-terangan di depannya dan ibunya."Mom ...." Lucas berlutut di samping makam ibunya. Tak ia pedulikan celananya yang kotor oleh tanah yang lembab.Disentuhnya batu nisan yang tertutupi lumut itu pelan. Ia meringis pedih. Tanpa ia sadari—karena terlalu sibuk bekerja—sudah lama ia tak mengunjungi ibunya. Wanita itu pasti merindukan Lucas, sampai memberikan tanda dengan sesekali mampir dalam mimpinya."Lucas rindu Mommy." Lucas menunduk. Beberapa tetes

  • Gadis Tawanan sang CEO   17. Tangannya Retak

    Setelah membalikkan meja, Lucas menyuruh semuanya keluar termasuk Slade."Keluar!" teriak Lucas membanting benda-benda yang bisa ia jangkau dengan membabi buta. Persetan dengan semua ini. Lucas ingin melampiaskan emosinya sampai puas.Wanita sewaan lari terbirit-birit, begitu juga tiga pria itu. Mereka sangat ketakutan. Apalagi mereka pernah mendengar rumor Lucas yang tak segan-segan membunuh siapa saja yang berani menyulut emosinya.Slade turut meninggalkan ruangan dalam diam. Tak ingin memperparah kemarahan Lucas."Huh ...." Lucas menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan napas masih memburu. Ia tak peduli lagi dengan kekacauan yang ia buat. Lagi pula tidak ada yang berani menyinggung seorang Lucas. Pemilik club mewah ini pun tidak.Pandangannya kemudian terpaku pada Serena yang kepalanya tertunduk, dengan tubuh hanya dilapisi pakaian dalam. Gadis itu tak menyadari tatapan buas Lucas yang bersorot hendak menelannya bulat-bulat. Ia terlalu mabuk untuk sekadar membuka matanya.Lucas meramb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status