Setelah kedua belah keluarga memperkenalkan anggota keluarga masing-masing, Aarav diminta menyematkan cincin di jari manis Sifabella.Bukan cincin pernikahan mereka tapi cincin pertunangan saat daddy Akbi melamar mommy Bee.Mommy dan Daddy tampak senang sekali begitu juga oma Aneu yang ekspresi wajahnya terlihat lega.Mungkin beliau merasa kalau tugasnya menjodohkan Aarav telah selesai.Yang membuat Sifabella heran adalah Aarav menjadi sangat pendiam, dia tidak banyak bicara dan semenjak bertemu tidak menyapa padahal duduk di samping Sifabella.Tapi Sifabella tidak ingin peduli, dia juga mengabaikan Aarav.Makan malam mulai dihidangkan, mereka semua bersantap sambil membahas perihal pernikahan Sifabella dan Aarav.“Jadi nanti setelah menikah, Bella akan dibawa Aarav ke Sydney … Aarav akan membantu kakeknya mengelola perusahaan kami di sana,” kata Daddy menyela pembicaraan sebelumnya.“Oh begitu?” Papap menatap Sifabella dengan sorot sendu, beliau sampai menghentikan pergerakan rahangn
Sifabella tidak terlalu bersemangat pergi ke acara lamarannya sendiri.Selain dia tidak mencintai pria yang akan menikahinya, Sifabella juga sudah bisa menduga kalau papap dan mama Lisa hanya akan mempermalukannya di depan keluarga Marthadidjaya.Jika bukan karena permintaan oma Aneu, Sifabella tidak mau menikah secepat ini.Masih ada mulut ibu tiri dan kedua kakak tirinya yang ingin Sifabella beli.“Dah lah, Bel … lo harusnya bersyukur dijodohin sama anak Sultan … ini tuh suatu pencapaian besar buat lo, gue yakin setelah nyokap tiri dan kedua kakak tiri lo ketemu sama keluarga calon suami lo—langsung pengsan mereka.” Rossa berceloteh sambil mendandani Sifabella yang sampai malas berdandan untuk acaranya sendiri.Sifabella sudah menceritakan semua keresahannya kepada Rossa jadi Rossa berusaha menghibur sahabatnya.Hembusan napas kasar entah sudah berapa kali Sifabella keluarkan hari ini.“Lo ngerti enggak sih, Ca … gue curiga mommynya mas Aarav mau ngabulin semua keinginan papap sama
“Mas … tadi mommy bilang kalau urusan restu serahin sama mommy itu maksudnya apa ya? Kok perasaan aku enggak.” Sifabella mengungkapkan kegundahannya.“Ya udah, percaya aja sama mommy.” Aarav membalas santai.“Aku takutnya papap kasih syarat yang enggak-enggak.” Aarav yang tengah mengemudi menoleh sekilas pada Sifabella, di bibirnya tersungging sebuah senyum simpul.“Enggak akan berani,” kata Aarav yakin.“Bisa enggak kita nikahnya di KUA aja atau di restoran besok malam … jadi kita bawa Penghulu, umpetin dulu di mana gitu ... setelah papap kasih restu langsung Penghulunya dikeluarin terus kita nikah.” Sifabella memberi ide yang menurut Aarav sangat konyol.“Enggak bisa Bella, mommy sama oma pasti ingin pesta besar karena pesta terakhir pernikahan di keluarga gue.” “Tapi Mas … nanti mama Lisa pasti minta yang aneh-aneh dan papap akan selalu dukung.”“Ya udah biarin, lo ngeremehin kekayaan keluarga gue?” Sifabella menatap Aarav malas. “Aku engga rela mereka menjual nama aku, memanfaa
“Bel … sini deh,” panggil Mommy Bee saat Sifabella baru saja sampai di rumah produksi milik oma Aneu.“Iya Bu … eh, Mom … ada yang bisa Bella bantu?” Sifabella mendekat.“Taraaaaa.” Mommy Bee merentangkan kedua tangannya pada manekin yang dibalut gaun pengantin.“Bagus enggak?” Mommy Bee bertanya.“Bagus, rancangan terbaru Mom?” Dengan polosnya Sifabella bertanya.“Iya … Mommy sengaja buat udah lama khusus untuk calon istrinya Aarav … barusan Mommy rombak dikit dan sesuaikan dengan ukuran kamu … kamu coba ya!” Mata Sifabella membulat begitu juga mulutnya.“Ta-tapi Mom … ini terlalu ….” Sifabella menatap gaun indah hasil rancangan Mommy dengan mata berkaca-kaca.“Luar biasa,” sambung Sifabella serak.Mommy terkekeh. “Untuk calon mantu Mommy tersayang, harus yang luar biasa donk … fitting dulu ya, Mommy tunggu di luar.” Mommy Bee keluar dari ruangan itu usai berkata demikian tanpa lupa menutup pintu.“Terimakasih, Tuhan ….” Sifabella menyentuh gaun cantik itu dan satu buliran kristal m
“Cepetan Bella! Lo tinggal milih doank lama banget.” Aarav menggeram menahan suaranya.Bagaimana Aarav tidak kesal, sudah dua jam lamanya dia menunggu Sifabella memilih cincin namun gadis itu tak kunjung bisa menentukan pilihan.Waktu tidur siangnya terbuang percuma, padahal baru sekarang—semenjak dia dibebaskan di perusahaan opa Beni di Jakarta, untuk kemudian nanti memimpin perusahaan beliau di Sydney—Aarav akhirnya bisa menikmati tidur siang selain weekend.“Sebentar ih, milih cincin nikah itu harus santai biar pas di hati karena akan dipake seumur hidup,” kata Sifabella sembari menatap koleksi cincin nikah di butik perhiasan ternama.Sifabella lantas tertegun begitu juga Aarav, kalimat itu menunjukkan seolah mereka akan menikah selamanya.Karena sesungguhnya Aarav sanksi kalau pernikahan yang akan dijalaninya bersama Sifabella akan langgeng bila mengingat pernikahan tersebut berawal dari perjodohan bukan cinta.“Saya mau yang ini aja, Mas!” kata Sifabella kepada seorang pria pelay
“Cieeee … yang baru pulang ketemu calon ayah mertua.” Daddy Akbi sedang menggoda Aarav yang baru saja sampai ke rumah.“Gimana? Sukses?Restu di tangan donk!” Mommy bertanya antusias sedangkan Aarav menunjukkan ekspresi lelah dan bergerak malas-malasan.Mommy langsung tahu kalau pertemuan tadi tidak berjalan lancar.“Coba sini cerita,” kata Mommy menepuk space kosong sofa di sampingnya.Aarav duduk di sana kemudian mengembuskan napas berat.Punggungnya bersandar nyaman pada sandaran sofa.“Bella itu punya kecewa yang besar sama papapnya, dia ditelantarkan papapnya semenjak mamanya meninggal … papapnya Bella lebih sayang sama istri muda dan dua anak tirinya … jadi tadi itu situasinya enggak kondusif … Bella emosional, papapnya juga enggak bijaksana main tuduh aja … masa dia nuduh Bella hamil karena tiba-tiba minta restu mau nikah … terus ibu tirinya Bella juga terlalu ngatur sih.” Aarav menceritakan.“Terus gimana? Masa gagal lagi, Rav?” Daddy tampak kecewa.“Tadi Aarav udah bicara sama