Home / Romansa / Gadis Yang Dicari Direktur / Aku Yakin Petugas Kebersihan Itu Tidak Bersalah

Share

Aku Yakin Petugas Kebersihan Itu Tidak Bersalah

Author: Mayangnoura
last update Last Updated: 2024-02-17 08:04:06

"Karena petugas kebersihan itu tidak mungkin dengan sengaja menumpahkan minyak di sana, pa. Untuk apa dia melakukan itu?" jawab Langit dengan nada yang terkontrol. Dia selalu menghormati kedua orangtuanya.

"Kata Mentari petugas kebersihan itu sengaja ingin menjebakmu. Papa rasa itu perkiraan yang masuk akal."

"Itu tidak masuk akal, pa," sahut Langit. Mentari terbakar oleh rasa cemburunya yang tidak bisa dikendalikan."

Pandangan Dewa menyipit. "Bagaimana kamu bisa berkara seperti itu?"

"Kalau petugas kebersihan itu ingin menjebakku, bagaimana caranya dia bisa tahu kalau aku yang akan lewat? Apakah dia punya kemampuan super yang pandangannya dapat menembus berlapis-lapis dinding?"

Dewa membisu merenungi penjelasan Langit.

"Tidak mungkin kan, pa? Itulah yang ada dalam pikiranku. Agar masalah ini tidak jadi berlarut-larut dan menjadi salah sangka, aku meminta bagian operator untuk mengecek rekaman cctv di sana agar kita tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Nanti operator itu akan mengirimkannya padaku. Aku yakin, petugas kebersihan itu tidak bersalah."

Dewa tetap membisu mendengar jawaban putranya. Penjelasan Langit memang cukup masuk akal. Yaitu tidak mungkin rasanya kalau petugas kebersihan itu tahu yang akan lewat adalah Langit. Hanya saja yang membuat hati Dewa merasa janggal adalah ekspresi Langit saat membela petugas kebersihan itu. Begitu yakin kalau petugas kebersihan itu tidak bersalah seperti sedang membela orang tercinta dari sebuah tuduhan.

Sementara Senja, hanya diam tanpa kata mendengar obrolan suami dan putranya. Dia tidak berani untuk ikut campur karena pasti suaminya akan marah. Dewa sangat tidak suka dirinya ikut berbicara apalagi berpendapat untuk urusan yang bukan menjadi tugasnya. Bagi Dewa, urusannya hanya tentang rumah.

"Apakah masih ada yang ingin papa bicarakan?" tanya Langit setelah mendapati Dewa terus diam. "Kalau memang semuanya sudah jelas, aku mau ke kamar dan beristirahat."

Dewa menghela nafas berat. "Tidak ada lagi yang ingin papa tanyakan. Tapi bukan berarti masalah ini sudah jelas. Papa menunggu rekaman cctv yang kamu katakan tadi."

Langit mengangguk. "Baik, pa. Kalau rekaman cctv-nya sudah ada, akan aku berikan pada papa. Kalau begitu aku ke kamar sekarang."

Langit beranjak dari dudukmya dan segera meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya. Begitu sampai di sana, dia langsung menutup pintu dan menguncinya seolah tidak mau diganggu. Di detik berikutnya, dia duduk di lantai dengan punggung bersandar di daun pintu. Kemudian, dia mencoba mengingat semua adegan demi adegan saat dirinya bertemu kembali dengan gadis yang dicarinya selama 15 tahun ini. Walaupun dirinya belum mendapatkan pengakuan kalau petugas kebersihan itu adalah gadis yang dicarinya, tapi dia yakin kalau petugas kebersihan itu memang gadis itu. Apa yang dikatakan oleh hati biasanya tidak salah.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku telah dipertemukan oleh Tuhan dengannya? Apakah aku harus memberinya hadiah atau...." Langit menyentuh dadanya. Ada degupan jantung yang tidak biasa yang dia rasakan. Selain itu, dia juga merasakan perasaan yang sangat indah tapi menyedihkan.

"Aku tidak bisa membohongi diriku. Aku mencintainya," gumam Langit lirih. Dia mengatakan itu dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi sedetik kemudian, wajahnya muram begitu ingat kalau akan ada jurang besar yang menghadang mereka.

Langit mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua indra penglihatan. Pandangannya kemudian menatap lekat gelang dari biji Palem yang melingkari pergelangan tangannya itu.

"Apakah kamu ingat dengan gelang ini Kahyangan?" tanya Langit pada dirinya sendiri. Dia sudah tahu nama gadis yang dicarinya itu adalah Kahyangan dari orang-orang yang ada di IGD saat dirinya menggendong gadis itu masuk ke ruangan itu untuk diobati.

Sementara itu di tempat lain, Kahyangan terbaring di atas sebuah kasur busa tanpa tempat tidur yang terbentang begitu saja di sudur kiri sebuah kamar mungil. Di beberapa bagian tubuhnya terdapat lebam berwarna biru keunguan. Harusnya, dia masih terbaring di rumah sakit. Tapi dia menolak karena dia merasa tidak sedang sakit meskipun dia merasa nyeri. Purnama yang terlambat mengetahui apa yang terjadi dengannya karena kuliah, duduk di sampingnya dengan wajah sedih.

"Aku tidak habis pikir mengapa Dokter Mentari bisa melakukan ini pada kakak? Mengapa dia begitu tega? Padahal kakak kan tidak salah apa-apa?" Entah sudah berapa lama Mentari mengucapkan kalimat yang serupa. Dia ingin marah dan kesal pada dokter yang satu itu.

"Kakak tidak bersalah, itu kan menurut kita. Tapi tidak menurut dia. Dokter Mentari cemburu saat kakak secara tidak sengaja memeluk calon suaminya," jawab Kahyangan yang tidak mau menyalahkan Mentari atas apa yang telah terjadi.

"Kan tidak sengaja, kak? Refleks ingin menyelamatkan. Masak mau menyelamatkan harus pilih-pilih orang? Apalagi kakak tadi belum tahu siapa Pak Langit."

"Dokter Mentari sangat mencintai calon suaminya. Orang kalau sudah cinta memang begitu. Cenderung menggunakan perasaan daripada logika, Pur."

"Bukan. Menurutku dia bukan tidak menggunakan logika tapi karena dia memang benci pada kakak. Tanpa ada Pak Langit, dia sudah sering memarahi kakak bukan? Untuk kebaikan kakak, menurutku lebih bagus kakak berhenti bekerja di sana dan cari pekerjaan di tempat lain yang jauh dari dia."

Kahyangan tersenyum dan mengelus tangan Purnama. "Yang sudah terjadi, lupakan. Kakak tidak harus sampai berhenti bekerja di sana. Berbeda cerita jika kakak dipecat. Maka kakak tidak bisa menolak lagi. Selama kakak masih diperbolehkan bekerja di sana, kakak akan menjalani."

Purnama tersenyum miring. "Ini yang aku tidak suka dari kakak. Kenapa sih kakak selalu bersikap bodoh seperti ini? Sekali-kali kak, pikirkan kebahagiaan kakak. Kakak itu berhak bahagia seperti juga manusia lainnya."

Kening Kahyangan menyipit. "Lho, Pur. Kok jadi bicara kemana-mana sih?"

"Bukan mau bicara kemana-mana, tapi aku sudah kesal sekali sama kakak. Mengapa kakak selalu berusaha membuat aku bahagia tapi tidak pernah ingin membahagiakan diri sendiri? Kalau aku tahu akhirnya akan menjadi seperti ini, aku tidak akan pernah mau menuruti keinginan kakak untuk menjadi pintar dan menjadi seorang dokter!"

Purnama tampak sangat emosi kali ini. Bukan tanpa sebab, setelah ibunya meninggal dengan meninggalkan pesan pada Kahyangan, sejak itu Kahyangan mencuci otaknya untuk selalu mendapatkan peringkat lima besar di sekolah agar bisa menjadi dokter. Padahal dulunya dia adalah anak yang tidak suka belajar dan tidak punya cita-cita menjadi seorang dokter. Justru Kahyangan lah yang pintar dan mempunyai cita-cita itu.

Sebenarnya Purnama merasa tidak apa-apa meneruskan cita-cita Kahyangan menjadi seorang dokter, tapi yang membuatnya tidak terima, Kahyangan berubah. Yang tadinya adalah seseorang yang penuh ambisi mengejar cita-cita mendadak menjadi seseorang yang tidak punya mimpi untuk diri sendiri. Kahyangan menjadi seseorang yang tidak punya keinginan menjadi sukses dan sibuk menjadikan dirinya sukses.

"Jangan bicara seperti itu, Pur," ucap Kahyangan dengan perasaan sedih. "Apa yang kakak lakukan adalah demi melaksanakan pesan terakhir dari ibu."

"Ibu berpesan agar kakak menjadikan aku orang yang sukses, bukan menjadikan aku seorang dokter! Sukses itu tidak harus menjadi dokter kak! Dan lagi, dokter mengeluarkan biaya yang sangat besar hingga kita harus menjual rumah peninggalan orangtua di desa! Terus lagi, dokter itu sekolahnya sangat lama! Seandainya aku tidak sekolah kedokteran, mungkin uang hasil menjual rumah tidak habis untuk aku saja, tapi juga untuk diri kakak!"

"Pur, tolong jangan dibahas lagi tentang ini," sahut Kahyangan. "Semua sudah terjadi dan kakak tidak pernah menyesalinya. Kakak justru bangga bisa menjadikan kamu orang sukses seperti keinginan ibu."

"Ibu! Ibu! Jangan jadikan ibu sebagai alasan kakak untuk menjadikan aku seorang dokter, kak! Sekali lagi, ibu hanya ingin aku sukses bukan menjadikan aku seorang dokter! Kakak itu menjadikan aku bahan obsesi kakak yang dulu sangat ingin menjadi dokter!"

Kahyangan terdiam seketika. Tidak ingin beragumen lagi. Bukan tidak mau berdebat, tapi langsung introspeksi diri. Benarkah dirinya seperti yang dikatakan oleh Purnam? Benarkah dirinya menjadikan adiknya sebagai bahan obsesi diri yang ingin menjadi dokter namun harus kandas karena keadaan yang tidak memungkinkan?

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Obrolan Pasangan Pengantin

    Kahyangan langsung berdiri dari duduknya. "Maaf jika bapak tersinggung dengan percakapan kami. Kami tidak bermaksud_""Tidak masalah," sela Dewa sembari tersenyum. Senyum yang pertama kali dia perlihatkan untuk kakak beradik itu. "Justru aku ingin tahu banyak bagaimana kalian menilaiku. Selama ini, aku memang terlalu egois dan selalu merasa benar. Sampai akhirnya orang-orang terdekatku yang meninggalkan aku menyadarkan aku kalau aku benar-benar sosok orang yang buruk. Dan aku bertekad untuk mengakhirinya. Aku ingin menjadi orang yang baik sekarang."Kahyangan tersenyum samar. "Syukurlah kalau anda punya keinginan seperti itu. Aku turut senang mendengarnya."***Beberapa jam setelah pernikahan yang penuh kesederhanaan dan makan-makan, Dewa dan rombongan berpamitan pulang. Mereka cukup tahu diri tidak ingin mengganggu malam pertama pasangan berbahagia yang baru saja sah menjadi suami istri."Kapan rencananya kalian akan kembali ke kota?" tanya Dewa dengan wajah penuh harap. Dia bukan s

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Tamu Tak Terduga

    "Mama? Purnama? Pa...." Langit baru akan menyebutkan kata 'papa' ketika dia menggantungnya. "Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanyanya meskipun dia tahu bagi papanya tidak akan sulit mencari keberadaannya.Senja memaksakan senyum. "Untuk bertemu kamu dong. Tapi kami datang ke sini dalam keadaan hati yang tenang dan baik.""Oya?" Langit melirik Dewa. "Mama yakin?"Senja mengangguk. "Yakin." Wanita itu lalu menoleh pada Dewa. Dengan kedipan matanya, dia memberi kode. Karena kode itu, Dewa yang semula berdiri tak jauh dari supirnya, melangkah maju mendekati Langit. "Sebelumnya papa minta maaf karena telah mengganggu ketenangan kamu. Tapi papa tidak bisa menahan keinginan untuk segera bertemu kamu. Papa mau meminta maaf atas semua kesalahan papa padamu dan Kahyangan. Papa sudah sadar bahwa tidak seharusnya papa memaksakan kehendak. Kamu bebas menjalani hidup yang kamu inginkan. Dan yang terpenting adalah papa sudah mengakhiri kesepakatan perjodohan kamu dengan Mentari. Kamu bebas mau men

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Meminta Kesempatan

    Guruh tersentak seketika. Matanya sampai membuka begitu mendengar ucapan Dewa. "Ke-kenapa kamu berkata seperti itu?""Kenapa? Apa perlu aku menjelaskan secara rinci apa yang telah kamu lakukan lima belas tahun yang lalu pada Langit? Aku khawatir kamu jadi tidak bisa tidur malam ini."Guruh menelan saliva. Dia mencubit tangannya berharap ini hanyalah sebuah mimpi. Tapi nyatanya dia merasakan sakit."Aku tidak menyangka sama sekali kalau kamu pernah melakukan itu pada putraku, putra sahabat sendiri. Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu sampai bisa memiliki pemikiran untuk menghabisi Langit? Apa salah Langit yang waktu itu masih berusia lima belas tahun? Atau... kamu melakukannya karena dendam padaku? Katakan! Apa yang membuatmu memiliki dendam itu karena seingatku aku tidak pernah dengan sengaja mau menyakiti kamu?"Guruh membisu. Dia tidak berani untuk menjawab. Dia tidak menyangka kalau Dewa telah mengetahui rahasia ini. Rahasia yang telah disembunyikan selama lebih dari lima belas t

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menarik Kesepakatan

    “Pa, lebih baik kita hentikan pemaksaan ini. Tak akan baik akhirnya. Ya, mungkin sekarang kita bisa mendapatkan Langit seperti keinginan kita. Tapi nantinya tetap akan kehilangan. Mentari akan kembali berusaha untuk bunuh diri ketika Langit meninggalkannya. Mama lebih setuju kalau kita benahi anak kita, Mentari. Menguatkan mentalnya dan memberinya banyak pandangan tentang kehidupan. Mama merasa itulah yang diperlukan Mentari daripada apa yang kita perbuat sekarang ini,” ucap Cahaya dengan penuh kesadaran. Terus menerus memaksa orang telah membuatnya lelah."Mama sudah gila apa punya usul seperti itu?! Dewa sudah setuju untuk memaksa Langit menikah dengan Mentari secepatnya malah ingin digagalkan. Sia-sia saja kalau begitu usiaku selama lima belas tahun ini," balas Guruh."Ini bukan soal masalah ke sia-siaan atau apa. Tapi mengenai masa depan Mentari juga. Kalau pun kita berhasil menikahkan mereka berdua, nantinya bakal cerai mengingat Langit tidak pernah memiliki rasa suka pada Mentar

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menikah Dengan Sukarela

    "Aku belum bicara. Tapi kamu sudah menjawab seperti itu. Kamu tidak punya sopan santun sama sekali," ucap Dewa kemudian. Sedikit marah."Maaf kalau anda menganggap saya tidak sopan. Tapi saya hanya mempercepat menuntaskan keingintahuan anda," balas Purnama lagi. Dewa mendengkus kesal. "Jadi apa yang kamu tahu tentang kakakmu sekarang? Mustahil kakakmu tidak memberitahu keberadaannya.""Anda boleh percaya boleh juga tidak. Tapi inilah kenyataannya. Saya bukan seorang pembohong.""Lalu kenapa kamu tidak panik kehilangan kakakmu?" "Karena kakakku bersama orang yang sangat mencintainya. Saya yakin dia akan baik-baik saja di sana."Dewa menyeringai. "Bagaimana kamu bisa memastikan kakakmu baik-baik saja kalau kakakmu ada kemungkinan diculik? Hilang tanpa ada pemberitahuan.""Apakah anda ingin mengatakan kalau putra semata wayang anda seorang penculik?"Pertanyaan yang cukup menyudutkan. Dewa pun langsung mengubah dugaan. "Bukan putraku yang seorang penculik. Tapi kakakmu yang seorang man

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Mencari Tahu Keberadaan Langit

    "Ini hanya untuk sementara, Dokter Purnama. Kamu tidak perlu panik. Kakakmu baik-baik saja. Nanti setelah Langit mengganti nomer ponselnya, pasti dia akan menghubungi kita. Dia terpaksa melakukan hal ini karena tidak memiliki pilihan. Keadaan sangat sulit untuk menyatukan cinta mereka. Papanya, Mentari, dan kedua orangtua Mentari, terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Jadi terpaksa dia melarikan diri sementara dengan membawa Kahyangan. Memang Langit sedikit melakukan pemaksaan pada Kahyangan. Tapi jika tidak begitu, kakakmu tidak akan pernah mengutamakan kebahagiaan sendiri. Saya menjamin keselamatan mereka. Jika ada sesuatu pada Kahyangan, saya akan bertanggung jawab. Saya harap, kamu bisa mengerti dan paham dengan situasi ini."Tak langsung menjawab, Purnama termenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk-angguk kecil. "Saya mulai paham, nyonya. Memang Kak Kahyangan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia selalu memikirkan orang lain. Mungkin karena i

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Pesan Dari Langit

    Senja sedang menikmati sarapan bersama Lili ketika ponselnya berdenting tanda sebuah pesan masuk. Senja mengambil benda pipih itu dan melihat layarnya tanpa berpikir yang baru saja masuk adalah sebuah pesan yang penting. Tapi begitu melihat notifikasinya dan mengetahui itu adalah pesan dari Langit, dia pun menaruh garpunya dan memilih untuk memegang ponselnya dengan kedua tangannya. Dengan pandangan yang sangat fokus, dia membaca pesan itu.‘Ma, saat menulis pesan ini, aku tidak lagi berada di kota ini melainkan di luar kota. Aku pergi karena tak sanggup lagi menjalani kerumitan hidupku di kota itu. Jadi, pimpinlah rumah sakit oleh mama.’Senja menelan saliva membaca sepenggal pesan Langit itu. Dia menduga sang putra sudah membuat keputusan yang besar. Senja pun kian fokus membaca pesan dari Langit.‘Tapi aku pergi tidak sendiri. Aku pergi dengan membawa Kahyangan. Lebih tepatnya aku menculik Kahyangan karena aku membawanya secara paksa. Aku melakukan ini karena aku tahu dia mencintai

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Pilihan Atau Ancaman

    Tak ada jawaban apalagi seseorang yang membukakan pintu untuknya. Yang kahyangan dapati hanyalah sebuah keheningan yang sama sebelum dia berteriak minta dibukakan pintu. Kahyangan pun memutuskan untuk kembali balkon. Dia memperhatikan sekitarnya. Sejauh dia memandang, dia hanya melihat hamparan tanaman teh. Dengan keadaannya yang seperti itu, jika dirinya berhasil kabur dari rumah ini, kemana dia harus melangkahkan kaki? Lagian, lantai dua tempatnya sekarang berada cukup tinggi dari tanah. Kalau dia nekad melompat, dipastikan kakinya akan patah. Atau... bisa jadi dia kehilangan nyawa.Kahyangan lemas menyadari hal itu. Dia sangat tidak menyangka kalau Langit, seorang yang berpendidikan dan seorang lulusan universitas luar negeri biasa melakukan perbuatan bodoh seperti ini. Ini adalah sebuah kriminal. Langit bisa dipenjara.Klak.Suara pintu yang terbuat mengejutkan Kahyangan. Wanita itu pun menoleh dan mendapati Langit masuk dengan baki berisi makanan. Tapi belum sempat Kahyangan me

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menculik Kahyangan

    Kahyangan dan Langit sudah berada di dalam mobil. Langit yang mengemudi dan Kahyangan duduk di kursi sebelah kursi pengemudi. Mobil berjalan tanpa arah tujuan. Yang penting bisa berbicara dengan Kahyangan."Jadi apa yang ingin anda bicarakan denganku untuk yang terakhir ini?" tanya Kahyangan karena sedari tadi Langit belum juga berbicara. Padahal mobil sudah meninggalkan rumah sakit sejak 5 menit yang lalu.Langit menghela nafas berat mendengar pertanyaan Kahyangan. "Sebelum aku mengatakan apa yang ingin aku katakan kepadamu, aku mau kamu menjawab dulu pertanyaanku. Tapi tolong jawab dengan jujur. Apakah kamu tidak pernah mencintaiku? Sekali lagi tolong jawab dengan jujur."Kahyangan menggigit bibir bawahnya mendengar pertanyaan itu. Apakah dia harus menjawab jujur pertanyaan itu seperti permintaan Langit?"Aku adalah orang yang tidak memperdulikan perasaanku sejak kedua orangtuaku meninggal. Yang penting amanah ibuku untuk menjadikan Purnama orang yang sukses menjadi kenyataan.""Dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status