Home / Romansa / Gadis Yang Dicari Direktur / Dalam Gendongan Langit

Share

Dalam Gendongan Langit

Author: Mayangnoura
last update Last Updated: 2024-02-13 10:48:20

Rahang Mentari mengencang saat mendapati Langit justru terdiam usai mendapatkan pertanyaan barusan, seolah mengucapkan kata 'tidak' adalah sesuatu yang berat dan mengingkari hatinya.

"Kenapa kamu diam Langit? Kenapa kamu seperti kesulitan untuk menjawab bahwa kamu tidak menyukainya? Apakah pertemuan tadi sudah memercikan rasa suka?"

Langit menoleh pada Mentari. "Aku tidak ingin membahas ini lagi. Kamu terlalu membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil. Sampai-sampai menginterogasi aku seakan kamu baru saja melihat aku selingkuh. Tolong hentikan pembicaraan ini dan kembalilah bekerja."

Mata Mentari melebar dan mulut membuka begitu mendengar jawaban Langit yang tidak menjawab pertanyaannya tapi justru malah mengusirnya. "Ka-kamu mengusirku? Kita belum selesai bicara."

"Sudah aku bilang aku tidak mau membicarakan ini lagi Tari," sahut Langit. "Sudah aku bilang ini masalah sepele yang tidak perlu jadi panjang. Kalau begini, aku jadi pusing. Aku pusing melihatmu marah-marah begitu. Jadi tolong, hargai aku sebagai direktur rumah sakit ini. Aku minta sekarang kamu... keluar dulu dari ruanganku."

"Ka-kamu...." Mentari tidak terima dengan pengusiran ini. Rasanya harga dirinya baru saja diinjak oleh pria yang dicintainya. Tapi dia tidak berani untuk protes karena khawatir Langit akan marah. Sebab melihat dari wajah Langit saat ini, pria itu terlihat tidak sedang bersahabat.

"Oke. Aku akan pergi." Mentari berbalik, lalu keluar dari ruangan direktur dengan wajah yang menampakkan kemarahan. Langkahnya pun kemudian terlihat cepat seperti sedang mengejar sesuatu.

Bagaimana tidak, obrolannya dengan Langit membuatnya naik darah tadi. Dan... dia menyakini bahwa pertemuan Langit dengan Kahyangan meninggalkan kesan yang mendalam bagi calon suaminya tersebut.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" ucap Mentari lirih sembari terus melangkah. Wajah marahnya seperti hendak makan seseorang.

Sementara itu, tangan Kahyangan gemetaran memegang alat pel setelah peristiwa yang barusan terjadi padanya. Seperti sebuah mimpi meskipun nyatanya bukan. Dia nyaris tak percaya kalau akan bertemu lagi dengan remaja laki-laki yang ditolongnya 15 tahun lalu.

Apakah dirinya harus bahagia dengan pertemuan tak terduga ini? Apakah justru harus sedih karena pertemuan terjadi di saat dirinya dalam kondisi yang kurang baik? Dia yang hanya seorang petugas kebersihan, sedangkan pria itu seorang....

"Direktur baru kita tampan sekali ya?"

"Iya. Sungguh wajah yang nyaris sempurna."

Obrolan dua staf rumah sakit yang baru saja lewat membuat Kahyangan menarik nafas panjang dan berat. Bukan tanpa sebab, dia yakin pria yang telah ditolongnya 15 tahun itu adalah direktur baru rumah sakit ini yang juga merupakan tunangan Mentari.

Inilah yang membuatnya sedih. 15 tahun yang lalu derajatnya dengan pria itu setara. Yaitu sama-sama peserta olimpiade matematika. Tapi kini dia dan pria itu sangat tidak sederajat. Begai langit dan bumi. Pria itu adalah seorang direktur yang juga seorang dokter dan anak dari orangtua kaya raya. Sementara dirinya hanya seorang petugas kebersihan tanpa gelar sarjana yang tidak lagi memiliki orangtua lagi miskin.

Satu hal lagi, pria itu sudah memiliki calon istri yang sederajat. Cantik, seorang dokter, dan anak dari orangtua yang kaya raya.

Kalau tahu keadaannya bakal seperti ini, mungkin lebih baik dia tidak berdoa pada Tuhan minta dipertemukan dengan pria yang telah ditolongnya itu sehingga tidak ada perasaan jatuh dan sakit. Mungkin lebih baik cerita di antara mereka hilang perlahan dimamah usia tanpa pernah ada pertemuan yang menyakitkan.

Brak!

Tiba-tiba ada seseorang yang mendorong tubuhnya hingga membentur dinding. Kahyangan meringis kesakitan karena benturan antara tulang lengan dan punggungnya dengan kerasnya dinding yang terbuat dari batu bata dan semen. Dia bahkan belum sempat melihat siapa yang mendorongnya ketika rambut panjang ikat ekor kudanya, ditarik ke bawah dengan kasar sehingga wajahnya otomatis menengadah ke atas. Saat itulah dia tahu siapa yang sedang melakukan kekerasan ini kepadanya.

"Ada apa ini, dok? Kenapa anda melakukan ini padaku? Sakit! Tolong lepaskan!" rintih Kahyangan.

Tapi bukannya melepaskan, Mentari justru mencengkram dagu Kahyangan menggunakan tangan satunya dengan begitu kuat. "Apa kamu tadi bilang? Sakit? Sakit mana dengan hatiku yang kamu curangi? Hah?"

Kahyangan menggeleng. "Aku tidak mengurangi dokter? Kenapa dokter bisa mengatakan itu?"

"Masih saja tidak mengaku padahal aku melihat sendiri kamu memeluk calon suamiku!" Dia menekan dagu Kahyangan membuat gadis itu kian meringis kesakitan.

"Aku melakukannya karena refleks menolong. Tidak ada maksud apapun. Bukankah aku sudah mengatakannya pada dokter?"

Bruk!

Dengan sekuat tenaga, Mentari mendorong Kahyangan ke lantai. Lalu belum sempat Kahyangan bangun, Mentari menendang perut gadis itu tanpa rasa iba sedikit pun. Tak puas sekali, Mentari yang sudah dirasuki emosi, melakukannya lagi.

Tak ada seorang pun yang menolong karena saat ini mereka berada di koridor yang cukup sepi. Koridor yang hanya dilewati oleh staf dan tidak dilewati oleh pasien apalagi oleh keluarga pasien.

Tapi Tuhan tidak tidur. Seseorang datang dan menarik Mentari yang tengah menyiksa Kahyangan menjauhi tubuh yang sudah tak berdaya itu.

"Apa yang kamu lakukan?!" Seseorang itu adalah Langit. Pria itu kini menatap wajah Mentari dengan kemarahan. "Kamu menyiksa dia?!"

"Kalau iya memangnya masalah?!" Mentari balik memarahi Langit. "Orang seperti dia pantas mati aku siksa!"

"Psikopat kamu! Gila!" Langit langsung berbalik, mendekati Kahyangan, dan kemudian menurunkan tubuh. Tangan Langit baru hendak menyentuh tubuh Kahyangan ketika Mentari panik.

"Apa yang akan kamu lakukan padanya?! Jangan bilang kamu hendak membopongnya dan kemudian menolongnya!"

Langit hanya menoleh pada Mentari sebagai respon dari pertanyaan bernada ancaman Mentari barusan. Tapi sedikit pun dia tidak peduli. Tangannya kembali bergerak ke bawah tubuh Kahyangan. Dalam sekian detik, Kahyangan sudah dalam gendongannya. Langit.

Hal itu membuat Mentari kian panik dan marah. "Turunkan gadis itu dari gendonganmu! Aku tidak terima kulitmu bersentuhan dengannya!"

Tapi Langit benar-benar sudah tidak peduli dengan Mentari. Baginya adalah menyelamatkan Kahyangan. Maka, Langit pun melangkah meninggalkan Mentari yang menjerit-jerit seperti orang yang sedang terbakar.

"Tolong turunkan saya...." Meskipun tubuhnya merasakan sakit yang parah, Kahyangan masih dalam keadaan sadar dan tahu kalau dirinya dalam gendongan Langit.

"Aku akan menurunkan kamu jika sudah sampai IGD. Jadi diamlah!" balas Langit sembari berjalan dengan langkah yang cepat. Dia tidak peduli lagi orang-orang melihat dirinya membawa Kahyangan. Dan, dia juga tidak peduli apa yang akan terjadi dengan hari esok setelah hari ini berlalu.

***

Setelah hari yang melelahkan, akhirnya Langit bisa kembali ke rumah. Dia pikir dirinya bisa segera beristirahat, tapi kenyataannya tidak begitu. Dewa ternyata sudah menunggunya di ruang keluarga.

"Duduklah!" Dewa menunjuk single sofa yang ada di sebelah double sofa tempatnya sekarang duduk dengan dagunya.

Langit mengangguk tanpa kata. Dia mengikuti perintahnya Dewa untuk duduk di single sofa tersebut dengan pikiran menduga-duga. Dia yakin Dewa mengajaknya bicara karena ada hubungannya dengan kejadian di rumah sakit tadi. Mentari pasti sudah mengadu kepada kedua orangtuanya dan orangtua Mentari sudah melaporkan apa yang diceritakan putri mereka kepada kedua orangtuanya.

"Jelaskan pada papa apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit tadi?" tanya Dewa bahkan saat Langit belum duduk nyaman di sofanya.

"Oh, itu sebuah kesalahpahaman," jawab Langit singkat.

"Siapa yang salah paham? Mentari? Kamu? Atau petugas kebersihan itu?"

"Menurutku Mentari, pa. Dari awal dia salah paham pada petugas kebersihan itu. Padahal petugas kebersihan itu tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh Mentari."

"Bagaiman kamu bisa tahu kalau petugas kebersihan itu hanya dituduh sedangkan kamu tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi?"

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Obrolan Pasangan Pengantin

    Kahyangan langsung berdiri dari duduknya. "Maaf jika bapak tersinggung dengan percakapan kami. Kami tidak bermaksud_""Tidak masalah," sela Dewa sembari tersenyum. Senyum yang pertama kali dia perlihatkan untuk kakak beradik itu. "Justru aku ingin tahu banyak bagaimana kalian menilaiku. Selama ini, aku memang terlalu egois dan selalu merasa benar. Sampai akhirnya orang-orang terdekatku yang meninggalkan aku menyadarkan aku kalau aku benar-benar sosok orang yang buruk. Dan aku bertekad untuk mengakhirinya. Aku ingin menjadi orang yang baik sekarang."Kahyangan tersenyum samar. "Syukurlah kalau anda punya keinginan seperti itu. Aku turut senang mendengarnya."***Beberapa jam setelah pernikahan yang penuh kesederhanaan dan makan-makan, Dewa dan rombongan berpamitan pulang. Mereka cukup tahu diri tidak ingin mengganggu malam pertama pasangan berbahagia yang baru saja sah menjadi suami istri."Kapan rencananya kalian akan kembali ke kota?" tanya Dewa dengan wajah penuh harap. Dia bukan s

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Tamu Tak Terduga

    "Mama? Purnama? Pa...." Langit baru akan menyebutkan kata 'papa' ketika dia menggantungnya. "Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanyanya meskipun dia tahu bagi papanya tidak akan sulit mencari keberadaannya.Senja memaksakan senyum. "Untuk bertemu kamu dong. Tapi kami datang ke sini dalam keadaan hati yang tenang dan baik.""Oya?" Langit melirik Dewa. "Mama yakin?"Senja mengangguk. "Yakin." Wanita itu lalu menoleh pada Dewa. Dengan kedipan matanya, dia memberi kode. Karena kode itu, Dewa yang semula berdiri tak jauh dari supirnya, melangkah maju mendekati Langit. "Sebelumnya papa minta maaf karena telah mengganggu ketenangan kamu. Tapi papa tidak bisa menahan keinginan untuk segera bertemu kamu. Papa mau meminta maaf atas semua kesalahan papa padamu dan Kahyangan. Papa sudah sadar bahwa tidak seharusnya papa memaksakan kehendak. Kamu bebas menjalani hidup yang kamu inginkan. Dan yang terpenting adalah papa sudah mengakhiri kesepakatan perjodohan kamu dengan Mentari. Kamu bebas mau men

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Meminta Kesempatan

    Guruh tersentak seketika. Matanya sampai membuka begitu mendengar ucapan Dewa. "Ke-kenapa kamu berkata seperti itu?""Kenapa? Apa perlu aku menjelaskan secara rinci apa yang telah kamu lakukan lima belas tahun yang lalu pada Langit? Aku khawatir kamu jadi tidak bisa tidur malam ini."Guruh menelan saliva. Dia mencubit tangannya berharap ini hanyalah sebuah mimpi. Tapi nyatanya dia merasakan sakit."Aku tidak menyangka sama sekali kalau kamu pernah melakukan itu pada putraku, putra sahabat sendiri. Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu sampai bisa memiliki pemikiran untuk menghabisi Langit? Apa salah Langit yang waktu itu masih berusia lima belas tahun? Atau... kamu melakukannya karena dendam padaku? Katakan! Apa yang membuatmu memiliki dendam itu karena seingatku aku tidak pernah dengan sengaja mau menyakiti kamu?"Guruh membisu. Dia tidak berani untuk menjawab. Dia tidak menyangka kalau Dewa telah mengetahui rahasia ini. Rahasia yang telah disembunyikan selama lebih dari lima belas t

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menarik Kesepakatan

    “Pa, lebih baik kita hentikan pemaksaan ini. Tak akan baik akhirnya. Ya, mungkin sekarang kita bisa mendapatkan Langit seperti keinginan kita. Tapi nantinya tetap akan kehilangan. Mentari akan kembali berusaha untuk bunuh diri ketika Langit meninggalkannya. Mama lebih setuju kalau kita benahi anak kita, Mentari. Menguatkan mentalnya dan memberinya banyak pandangan tentang kehidupan. Mama merasa itulah yang diperlukan Mentari daripada apa yang kita perbuat sekarang ini,” ucap Cahaya dengan penuh kesadaran. Terus menerus memaksa orang telah membuatnya lelah."Mama sudah gila apa punya usul seperti itu?! Dewa sudah setuju untuk memaksa Langit menikah dengan Mentari secepatnya malah ingin digagalkan. Sia-sia saja kalau begitu usiaku selama lima belas tahun ini," balas Guruh."Ini bukan soal masalah ke sia-siaan atau apa. Tapi mengenai masa depan Mentari juga. Kalau pun kita berhasil menikahkan mereka berdua, nantinya bakal cerai mengingat Langit tidak pernah memiliki rasa suka pada Mentar

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menikah Dengan Sukarela

    "Aku belum bicara. Tapi kamu sudah menjawab seperti itu. Kamu tidak punya sopan santun sama sekali," ucap Dewa kemudian. Sedikit marah."Maaf kalau anda menganggap saya tidak sopan. Tapi saya hanya mempercepat menuntaskan keingintahuan anda," balas Purnama lagi. Dewa mendengkus kesal. "Jadi apa yang kamu tahu tentang kakakmu sekarang? Mustahil kakakmu tidak memberitahu keberadaannya.""Anda boleh percaya boleh juga tidak. Tapi inilah kenyataannya. Saya bukan seorang pembohong.""Lalu kenapa kamu tidak panik kehilangan kakakmu?" "Karena kakakku bersama orang yang sangat mencintainya. Saya yakin dia akan baik-baik saja di sana."Dewa menyeringai. "Bagaimana kamu bisa memastikan kakakmu baik-baik saja kalau kakakmu ada kemungkinan diculik? Hilang tanpa ada pemberitahuan.""Apakah anda ingin mengatakan kalau putra semata wayang anda seorang penculik?"Pertanyaan yang cukup menyudutkan. Dewa pun langsung mengubah dugaan. "Bukan putraku yang seorang penculik. Tapi kakakmu yang seorang man

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Mencari Tahu Keberadaan Langit

    "Ini hanya untuk sementara, Dokter Purnama. Kamu tidak perlu panik. Kakakmu baik-baik saja. Nanti setelah Langit mengganti nomer ponselnya, pasti dia akan menghubungi kita. Dia terpaksa melakukan hal ini karena tidak memiliki pilihan. Keadaan sangat sulit untuk menyatukan cinta mereka. Papanya, Mentari, dan kedua orangtua Mentari, terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Jadi terpaksa dia melarikan diri sementara dengan membawa Kahyangan. Memang Langit sedikit melakukan pemaksaan pada Kahyangan. Tapi jika tidak begitu, kakakmu tidak akan pernah mengutamakan kebahagiaan sendiri. Saya menjamin keselamatan mereka. Jika ada sesuatu pada Kahyangan, saya akan bertanggung jawab. Saya harap, kamu bisa mengerti dan paham dengan situasi ini."Tak langsung menjawab, Purnama termenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk-angguk kecil. "Saya mulai paham, nyonya. Memang Kak Kahyangan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia selalu memikirkan orang lain. Mungkin karena i

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Pesan Dari Langit

    Senja sedang menikmati sarapan bersama Lili ketika ponselnya berdenting tanda sebuah pesan masuk. Senja mengambil benda pipih itu dan melihat layarnya tanpa berpikir yang baru saja masuk adalah sebuah pesan yang penting. Tapi begitu melihat notifikasinya dan mengetahui itu adalah pesan dari Langit, dia pun menaruh garpunya dan memilih untuk memegang ponselnya dengan kedua tangannya. Dengan pandangan yang sangat fokus, dia membaca pesan itu.‘Ma, saat menulis pesan ini, aku tidak lagi berada di kota ini melainkan di luar kota. Aku pergi karena tak sanggup lagi menjalani kerumitan hidupku di kota itu. Jadi, pimpinlah rumah sakit oleh mama.’Senja menelan saliva membaca sepenggal pesan Langit itu. Dia menduga sang putra sudah membuat keputusan yang besar. Senja pun kian fokus membaca pesan dari Langit.‘Tapi aku pergi tidak sendiri. Aku pergi dengan membawa Kahyangan. Lebih tepatnya aku menculik Kahyangan karena aku membawanya secara paksa. Aku melakukan ini karena aku tahu dia mencintai

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Pilihan Atau Ancaman

    Tak ada jawaban apalagi seseorang yang membukakan pintu untuknya. Yang kahyangan dapati hanyalah sebuah keheningan yang sama sebelum dia berteriak minta dibukakan pintu. Kahyangan pun memutuskan untuk kembali balkon. Dia memperhatikan sekitarnya. Sejauh dia memandang, dia hanya melihat hamparan tanaman teh. Dengan keadaannya yang seperti itu, jika dirinya berhasil kabur dari rumah ini, kemana dia harus melangkahkan kaki? Lagian, lantai dua tempatnya sekarang berada cukup tinggi dari tanah. Kalau dia nekad melompat, dipastikan kakinya akan patah. Atau... bisa jadi dia kehilangan nyawa.Kahyangan lemas menyadari hal itu. Dia sangat tidak menyangka kalau Langit, seorang yang berpendidikan dan seorang lulusan universitas luar negeri biasa melakukan perbuatan bodoh seperti ini. Ini adalah sebuah kriminal. Langit bisa dipenjara.Klak.Suara pintu yang terbuat mengejutkan Kahyangan. Wanita itu pun menoleh dan mendapati Langit masuk dengan baki berisi makanan. Tapi belum sempat Kahyangan me

  • Gadis Yang Dicari Direktur   Menculik Kahyangan

    Kahyangan dan Langit sudah berada di dalam mobil. Langit yang mengemudi dan Kahyangan duduk di kursi sebelah kursi pengemudi. Mobil berjalan tanpa arah tujuan. Yang penting bisa berbicara dengan Kahyangan."Jadi apa yang ingin anda bicarakan denganku untuk yang terakhir ini?" tanya Kahyangan karena sedari tadi Langit belum juga berbicara. Padahal mobil sudah meninggalkan rumah sakit sejak 5 menit yang lalu.Langit menghela nafas berat mendengar pertanyaan Kahyangan. "Sebelum aku mengatakan apa yang ingin aku katakan kepadamu, aku mau kamu menjawab dulu pertanyaanku. Tapi tolong jawab dengan jujur. Apakah kamu tidak pernah mencintaiku? Sekali lagi tolong jawab dengan jujur."Kahyangan menggigit bibir bawahnya mendengar pertanyaan itu. Apakah dia harus menjawab jujur pertanyaan itu seperti permintaan Langit?"Aku adalah orang yang tidak memperdulikan perasaanku sejak kedua orangtuaku meninggal. Yang penting amanah ibuku untuk menjadikan Purnama orang yang sukses menjadi kenyataan.""Dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status