Lima belas tahun yang lalu, Kahyangan menyelamatkan Langit dari penculikan. Hal itu membuat Langit tidak dapat melupakan sosok Kahyangan yang sangat pemberani itu hingga dia tumbuh dewasa. Langit tak berdiam diri. Langit mencari Kahyangan dari tahun ke tahun. Sayangnya, Langit tidak juga menemukan Kahyangan. Saat Langit kini sudah berusia 30 tahun dan menggantikan papanya memimpin rumah sakit, dia justru menemukan Kahyangan sebagai petugas kebersihan di sana. Langit sangat bahagia karena gadis yang selama ini dicarinya akhirnya dapat ditemukan. Langit ingin menikahi Kahyangan. Tapi niatnya itu terhalang banyak hal. Di antaranya adalah kemarahan tunangannya dan restu kedua orangtuanya. Akankah pada akhirnya Langit dan Kahyangan bisa bersatu?
Lihat lebih banyak"Kamu berlarilah ke arah sana. Itu jalan yang paling dekat dengan perkampungan. Jangan berhenti sebelum melihat temaram lampu-lampu. Kamu mengerti?"
Remaja laki-laki itu mengangguk. "Aku mengerti. Tapi aku harus tahu apa yang akan kamu lakukan?""Aku akan mengecoh para penculik itu sehingga mereka akan mencarimu ke arah yang berlawanan dengan arah pergimu.""Tapi bagaimana kalau mereka justru menemukanmu?""Aku akan berusaha agar itu tidak terjadi."Remaja laki-laki itu menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak bisa melakukannya. Ini sama saja dengan sengaja aku mencelakakan kamu. Padahal bukan kamu incaran mereka, tapi aku.""Kalau kamu ingin selamat, ikuti perintahku." Remaja perempuan itu melepaskan sebuah gelang berbahan biji palem dari pergelangan tangannya dan menggenggamkannya ke tangan remaja laki-laki tersebut. "Bawa ini bersamamu. Selama kamu masih memegang gelang ini, maka aku baik-baik saja dan tidak terjadi apa pun padaku. Jadi kamu jangan khawatir."Dalam kegelapan malam, Remaja laki-laki itu menatap lekat wajah remaja perempuan di depannya. Dia menandai wajah Remaja perempuan itu dengan seksama agar tidak pernah bisa lupa. "Baiklah. Aku akan menjaga gelang ini dengan baik agar kamu selamat sampai di rumah." Dia lalu membuka jaket yang membalut tubuh bidangnya. "Pakai jaket ini agar kamu tidak kedinginan. Kembalikan jaket ini kepadaku saat kita bertemu lagi nanti."Remaja perempuan itu mengangguk. "Iya." Lalu dia segera memakai jaket remaja laki-laki itu. Dia yang semula merasa dingin, seketika merasakan tubuhnya hangat. Aroma parfum khas anak laki-laki menguar dari jaket yang kini melekat di tubuhnya. Aroma yang menenangkan. "Dalam hitungan ketiga, berlarilah. Para penculik tadi pasti sudah dekat dengan kita. Satu... dua... tiga!"Remaja laki-laki itu pun berlari sekuat tenaga ke arah yang diperintahkan remaja perempuan tadi. Dia tidak menoleh lagi. Dia juga tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan remaja perempuan itu sekarang. Dia hanya berharap remaja perempuan itu selamat. Dan dia berjanji, setelah dirinya selamat juga, dia akan mencari remaja perempuan tadi untuk membalas budi. Entah dengan hadiah atau pernikahan.***Lima belas tahun kemudian di sebuah rumah sakit swasta yang megah."Ya Tuhan, kamu bisa kerja tidak ya?! Lihatlah, lantainya masih licin! Ini membahayakan orang-orang yang menginjak lantai ini! Terutama lansia dan anak kecil! Sebagai seorang petugas kebersihan, yang diperlukan bukanlah wajah yang cantik tapi kerjanya nol! Yang dibutuhkan oleh seorang petugas kebersihan adalah kerja yang benar! Giat! Dan... tidak pamer kecantikan!"Petugas kebersihan yang bernama Kahyangan hanya tertunduk mendengar makian demi makian Mentari, salah satu dokter di rumah sakit ini dan mempunyai jabatan. Dia tidak mengerti kenapa hasil kerjanya selalu salah di mata Mentari. Dia juga tidak paham kenapa Mentari selalu menuduhkan pamer kecantikan. Padahal dia pergi bekerja tanpa memakai kosmetik yang berlebihan. Hanya pelembab, suncreen, lipgloss, dan bedak bayi. Sementara orang lain, jauh lebih tebal. Memakai foundation, bedak padat, lipstik, eye shadow, maskara, dan lainnya. Tak terkecuali dengan Mentari."Maaf, kalau hasil kerja saya dokter nilai kurang baik. Akan saya perbaiki lagi." Kahyangan hanya bisa mengalah dan tidak berani untuk protes."Kamu selalu menanggapinya begitu! Tapi hasilnya mana?! Mana?! Kerjamu tetap saja tidak benar! Lantai masih terlihat kotor dan terasa licin!" Mentari mengacungkan telunjuk ke wajah Kahyangan yang selalu membuatnya iri karena begitu mulus dan cantik dengan hidung serta bibir yang mungil. "Ingat ya! Aku punya batas kesabaran! Kalau tidak ada perubahan juga, dalam waktu dekat, kamu akan aku pecat!"Kahyangan kian tertunduk. Tak berani menatap mata Mentari yang menyala oleh kemarahan. Walaupun dia tidak tahu salahnya dimana, dia merasa menyesal karena hasil kerjanya tidak pernah mampu memuaskan dokter yang satu ini.Mentari mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu dengan mata melirik sinis pada Kahyangan. Sebenarnya dia tidak pernah puas memarahi dan memaki Kahyangan karena yang diinginkannya adalah tak ada wanita yang lebih cantik darinya di rumah sakit ini. Sedangkan kehadiran Kahyangan membuat kecantikannya tak begitu berpengaruh. Sebagian besar warga rumah sakit mengakui Kahyangan sebagai wanita yang paling cantik di rumah sakit ini meskipun hanya seorang petugas kebersihan.Merasa capek memarahi, Mentari akhirnya memutuskan untuk menyudahi. Lagian, pekerjaannya sendiri pun sudah menunggu. "Ayo kerja lagi! Ingat apa yang aku katakan! Kerja yang benar! Sekali lagi, yang benar! Ingat lagi juga aku tidak segan-segan untuk memecat kamu kalau kamu tidak bisa berubah!"Kahyangan mengangguk. "Baik, dok." Lalu dia kembali bekerja. Kali ini dia berusaha untuk membuat lantai menjadi super bersih seperti baru lagi. Karena mungkin itu yang diinginkan dokter satu ini.Mentari menyeringai melihat Kahyangan sebelum akhirnya berbalik dan melenggang pergi dengan keangkuhan. Dia tidak berniat untuk berkeliling memperhatikan kerja petugas kebersihan yang lain karena sasarannya memang hanya Kahyangan saja.Sementara itu, seorang gadis yang lebih muda dari Kahyangan dan memakai jas dokter, mendekati Kahyangan. "Apalagi sih yang membuat dia memarahi kakak?"Kahyangan menoleh sekilas pada gadis yang bernama Purnama itu, lalu kembali bekerja. "Sudahlah. Bekerja saja sana. Nanti kamu dimarahi Dokter Mentari juga karena mengobrol dengan kakak di jam kerja."Kahyangan dan Purnama memang sama-sama bekerja di rumah sakit ini. Tapi berbeda pekerjaan. Purnama bekerja sebagai dokter di sini, sementara Kahyangan hanya sebagai petugas kebersihan. Biar begitu, Kahyangan tidak pernah merasa iri pada Purnama, karena berkat kerja kerasnya adiknya itu bisa seperti sekarang ini. Kahyangan bahkan rela melepaskan cita-citanya menjadi seorang dokter demi menjadikan Purnama Dokter. Dan Kahyangan lega bisa mewujudkan pesan kedua orangtuanya untuk menjadikan Purnama orang sukses."Aku tidak takut. Kalau dia memarahiku tanpa alasan yang pas, ya aku lawan," jawab Purnama dengan air muka jujur."Mengobrol di jam kerja adalah alasan untuknya memarahimu."Bibir Purnama langsung manyun. "Ah, kakak. Bisa saja membuatku tertohok.""Makanya, kembali kerja sana. Jangan cari perkara. Kita berdua butuh pekerjaan ini kan?"Purnama menipiskan bibir. "Iya iya. Ini aku mau kerja lagi." Tapi bukannya meninggalkan tempat itu, dia justru mendekatkan wajahnya ke telinga Kahyangan. "Kakak sudah dengan kabar terbaru belum?""Belum," jawab Kahyangan tanpa menoleh dan tanpa berhenti bekerja."Katanya Pak Dewa akan diganti dengan anak semata wayangnya.""Oh, yang katanya tunangan Dokte Mentari?""Ya. Tepat.""Terus urusan dengan kita apa?""Kakak akan makin tertindas. Yang memimpin masih jaraknya aja dia memarahi kakak terus apalagi jika yang memimpin calon suaminya?"Kahyangan menghentikan pekerjaannya sebentar. Dia menegakkan punggung. Lalu melirik Purnama. "Jangan menduga apa yang belum terjadi. Saat ini yang harus kita lakukan adalah bekerja dengan baik dan sepenuh hati. Itu saja. Tuhan tidak pernah tidur. Setiap kebaikan dan ketulusan pasti akan mendapatkan balasan yang indah."***"Silahkan masuk, tuan muda."Seorang pria tampan dan berpakaian rapi, melangkah masuk ke dalam mobil mewah yang khusus menjemputnya. Dia duduk di kursi belakang dengan menyilang kaki sebelum akhirnya mobil itu bergerak meninggalkan bandara.Langit nama pria tampan itu. Dia kemudian mengarahkan pandang keluar jendela menatap keramaian ibukota yang tidak pernah ada habisnya. Pemandangan yang akan dia lihat untuk hari-harinya ke depan karena sejak detik ini, dia tidak akan tinggal di luar negeri lagi. Orangtuanya sudah menyiapkan sebuah rumah sakit untuk dia pimpin.Ini adalah hal yang selama ini sudah dia tunggu-tunggu. Tinggal di negeri sendiri tanpa harus kembali lagi ke luar negeri dengan alasan pendidikan. Bukan dia tidak betah di negeri orang. Bukan. Tapi tinggal di luar negeri membuat tujuan penting hidupnya menjadi terabaikan selama kurang lebih 15 tahun. Meskipun dia sudah membayar orang-orang untuk melakukannya, tetap saja dia tidak puas. Dan nyatanya, orang-orang yang dibayarnya itu tidak pernah mampu menemukan gadis yang selama ini dicarinya. Seorang gadis cantik pemberani yang mempunyai jiwa penolong yang sangat mengagumkan.Langit mengalihkan pandang dari keramaian di luar mobil ke pergelangan tangannya. Dia menatap lekat sebuah gelang yang terbuat dari butiran biji tanaman Palem yang terpasang di sana. Hatinya berkata. 'Aku akan mencarimu sendiri kali ini. Aku pasti akan menemukanmu.'Bersambung.Kahyangan langsung berdiri dari duduknya. "Maaf jika bapak tersinggung dengan percakapan kami. Kami tidak bermaksud_""Tidak masalah," sela Dewa sembari tersenyum. Senyum yang pertama kali dia perlihatkan untuk kakak beradik itu. "Justru aku ingin tahu banyak bagaimana kalian menilaiku. Selama ini, aku memang terlalu egois dan selalu merasa benar. Sampai akhirnya orang-orang terdekatku yang meninggalkan aku menyadarkan aku kalau aku benar-benar sosok orang yang buruk. Dan aku bertekad untuk mengakhirinya. Aku ingin menjadi orang yang baik sekarang."Kahyangan tersenyum samar. "Syukurlah kalau anda punya keinginan seperti itu. Aku turut senang mendengarnya."***Beberapa jam setelah pernikahan yang penuh kesederhanaan dan makan-makan, Dewa dan rombongan berpamitan pulang. Mereka cukup tahu diri tidak ingin mengganggu malam pertama pasangan berbahagia yang baru saja sah menjadi suami istri."Kapan rencananya kalian akan kembali ke kota?" tanya Dewa dengan wajah penuh harap. Dia bukan s
"Mama? Purnama? Pa...." Langit baru akan menyebutkan kata 'papa' ketika dia menggantungnya. "Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanyanya meskipun dia tahu bagi papanya tidak akan sulit mencari keberadaannya.Senja memaksakan senyum. "Untuk bertemu kamu dong. Tapi kami datang ke sini dalam keadaan hati yang tenang dan baik.""Oya?" Langit melirik Dewa. "Mama yakin?"Senja mengangguk. "Yakin." Wanita itu lalu menoleh pada Dewa. Dengan kedipan matanya, dia memberi kode. Karena kode itu, Dewa yang semula berdiri tak jauh dari supirnya, melangkah maju mendekati Langit. "Sebelumnya papa minta maaf karena telah mengganggu ketenangan kamu. Tapi papa tidak bisa menahan keinginan untuk segera bertemu kamu. Papa mau meminta maaf atas semua kesalahan papa padamu dan Kahyangan. Papa sudah sadar bahwa tidak seharusnya papa memaksakan kehendak. Kamu bebas menjalani hidup yang kamu inginkan. Dan yang terpenting adalah papa sudah mengakhiri kesepakatan perjodohan kamu dengan Mentari. Kamu bebas mau men
Guruh tersentak seketika. Matanya sampai membuka begitu mendengar ucapan Dewa. "Ke-kenapa kamu berkata seperti itu?""Kenapa? Apa perlu aku menjelaskan secara rinci apa yang telah kamu lakukan lima belas tahun yang lalu pada Langit? Aku khawatir kamu jadi tidak bisa tidur malam ini."Guruh menelan saliva. Dia mencubit tangannya berharap ini hanyalah sebuah mimpi. Tapi nyatanya dia merasakan sakit."Aku tidak menyangka sama sekali kalau kamu pernah melakukan itu pada putraku, putra sahabat sendiri. Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu sampai bisa memiliki pemikiran untuk menghabisi Langit? Apa salah Langit yang waktu itu masih berusia lima belas tahun? Atau... kamu melakukannya karena dendam padaku? Katakan! Apa yang membuatmu memiliki dendam itu karena seingatku aku tidak pernah dengan sengaja mau menyakiti kamu?"Guruh membisu. Dia tidak berani untuk menjawab. Dia tidak menyangka kalau Dewa telah mengetahui rahasia ini. Rahasia yang telah disembunyikan selama lebih dari lima belas t
“Pa, lebih baik kita hentikan pemaksaan ini. Tak akan baik akhirnya. Ya, mungkin sekarang kita bisa mendapatkan Langit seperti keinginan kita. Tapi nantinya tetap akan kehilangan. Mentari akan kembali berusaha untuk bunuh diri ketika Langit meninggalkannya. Mama lebih setuju kalau kita benahi anak kita, Mentari. Menguatkan mentalnya dan memberinya banyak pandangan tentang kehidupan. Mama merasa itulah yang diperlukan Mentari daripada apa yang kita perbuat sekarang ini,” ucap Cahaya dengan penuh kesadaran. Terus menerus memaksa orang telah membuatnya lelah."Mama sudah gila apa punya usul seperti itu?! Dewa sudah setuju untuk memaksa Langit menikah dengan Mentari secepatnya malah ingin digagalkan. Sia-sia saja kalau begitu usiaku selama lima belas tahun ini," balas Guruh."Ini bukan soal masalah ke sia-siaan atau apa. Tapi mengenai masa depan Mentari juga. Kalau pun kita berhasil menikahkan mereka berdua, nantinya bakal cerai mengingat Langit tidak pernah memiliki rasa suka pada Mentar
"Aku belum bicara. Tapi kamu sudah menjawab seperti itu. Kamu tidak punya sopan santun sama sekali," ucap Dewa kemudian. Sedikit marah."Maaf kalau anda menganggap saya tidak sopan. Tapi saya hanya mempercepat menuntaskan keingintahuan anda," balas Purnama lagi. Dewa mendengkus kesal. "Jadi apa yang kamu tahu tentang kakakmu sekarang? Mustahil kakakmu tidak memberitahu keberadaannya.""Anda boleh percaya boleh juga tidak. Tapi inilah kenyataannya. Saya bukan seorang pembohong.""Lalu kenapa kamu tidak panik kehilangan kakakmu?" "Karena kakakku bersama orang yang sangat mencintainya. Saya yakin dia akan baik-baik saja di sana."Dewa menyeringai. "Bagaimana kamu bisa memastikan kakakmu baik-baik saja kalau kakakmu ada kemungkinan diculik? Hilang tanpa ada pemberitahuan.""Apakah anda ingin mengatakan kalau putra semata wayang anda seorang penculik?"Pertanyaan yang cukup menyudutkan. Dewa pun langsung mengubah dugaan. "Bukan putraku yang seorang penculik. Tapi kakakmu yang seorang man
"Ini hanya untuk sementara, Dokter Purnama. Kamu tidak perlu panik. Kakakmu baik-baik saja. Nanti setelah Langit mengganti nomer ponselnya, pasti dia akan menghubungi kita. Dia terpaksa melakukan hal ini karena tidak memiliki pilihan. Keadaan sangat sulit untuk menyatukan cinta mereka. Papanya, Mentari, dan kedua orangtua Mentari, terus mendesaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Jadi terpaksa dia melarikan diri sementara dengan membawa Kahyangan. Memang Langit sedikit melakukan pemaksaan pada Kahyangan. Tapi jika tidak begitu, kakakmu tidak akan pernah mengutamakan kebahagiaan sendiri. Saya menjamin keselamatan mereka. Jika ada sesuatu pada Kahyangan, saya akan bertanggung jawab. Saya harap, kamu bisa mengerti dan paham dengan situasi ini."Tak langsung menjawab, Purnama termenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk-angguk kecil. "Saya mulai paham, nyonya. Memang Kak Kahyangan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia selalu memikirkan orang lain. Mungkin karena i
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen