Share

Bab 4

Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Pandanganku berangsur pulih. Kulihat kanan dan kiri, bau obat menyeruak memasuki indera penciumanku. Tampaknya ini bukan kamar Irish yang kuingat. 

Aku pun berdiri dengan berpegangan dengan sisi kasur. Berjalan pelan untuk keluar. Setelah keluar aku ingat ini adalah ruang kesehatan di istana. Ini tidak terlalu jauh dengan gerbang keluar. Syukurlah, karena nampaknya matahari hampir terbenam. Aku harus pulang agar orangtua Irish tidak khawatir.

"Tunggu."

Aku berhenti dan menoleh ke belakang. Dapat kulihat pemuda yang sebelumnya ada di perpustakaan kini tengah berjalan mendekatiku. Apa ia seorang tamu istana? Kenapa ia masih di sini di jam segini?

"Apa maumu?" tanyaku sinis. Pemuda itu tersentak dan menghentikan langkahnya. Tampaknya ia benar-benar anak manja yang tidak pernah ditolak permintaannya.

"Kau, kau baik-baik saja?" tanyanya pelan.

Aku terdiam sejenak tak mengerti sampai ia menunjuk kepalanya sendiri sebagai isyarat. Aku pun ikut memegang kepalaku yang berbalut perban. Ah, kalau tidak salah kepala kami sedikit berbenturan karena aku berusaha menangkapnya.

"Kau tampak sehat. Syukurlah," ucapku dan langsung berbalik.

"Tunggu! Aku belum selesai!"

"Jadi?" tanyaku singkat.

Pemuda itu terdiam sejenak dengan wajah yang seperti terpojok. "Kau tidak tau tata krama kekaisaran, ya? Bagaimana bisa kau bersikap tidak sopan seperti itu padaku?!"

Aku menghela napasku. "Benar. Aku tidak tau sama sekali mengenai tata krama orang-orang tinggi seperti kalian. Aku hanya seorang rakyat jelata yang rendahan yang harus bekerja untuk mendapatkan uang, kami tidak mempunyai waktu untuk belajar seperti kalian."

"Aku, aku tidak bermaksud..." Pemuda itu menundukkan kepalanya.

Kurasa sudah cukup sampai situ saja. Tidak ada untungnya bermasalah dengan bangsawan dan kurasa dia sudah mengerti apa yang coba kukatakan. Aku pun berbalik dan segera pergi dari sana.

Sementara itu pemuda tersebut terdiam sembari menatap bahu kecilku yang perlahan menghilang. 

"Yang Mulia Pangeran, Anda tidak diperbolehkan untuk keluar kamar karena belum sembuh. Saya mohon kembali ke kamar," ujar seorang pelayan yang akhirnya menemukan pemuda tersebut.

"Berisik sekali," ketus pemuda tersebut.

"To-tolong kembali, Yang Mulia."

"Aku mengerti. Berhenti merengek dan tunjukkan jalannya."

"Ba-baik!" ucap pelayan tersebut. Ia berjalan dahulu di samping pemuda tersebut untuk menunjukkan jalan. Tentu saja pemuda tersebut tau arah kamarnya sendiri karena ia adalah anak dari pemilik istana. Namun itu adalah hal wajar untuknya memerintah pelayan.

***

Di sisi lain aku tengah berlari sebelum para penjaga gerbang istana melakukan pergantian shift. Aku melambaikan tanganku pada kedua penjaga yang tampaknya mau berganti shift.

"Paman!"

"Oh, Irish. Tumben sekali melihatmu pulang sore sekali, apa para pelayan mengganggumu lagi?" tanya salah satu dari mereka.

"Tidak, mereka sangat baik. Aku hanya lupa waktu saja."

Persetan dengan itu. Apanya yang baik? Kalau bukan karena para pelayan itu, aku tidak akan berakhir di ruang kesehatan! 

"Anak ini sungguh pintar. Dia mencari pekerjaan untuk meringankan beban orangtuanya sendiri," ucap kesatria penjaga pada rekannya yang tampaknya belum mengenalku.

"Benarkah? Itu pasti sangat susah untukmu. Kau sudah bekerja keras," ucap rekannya sembari membukakan pintu gerbang yang lebih kecil.

"Terima kasih, Paman semua!" ucapku sembari melambaikan tangan pada keduanya.

Aku senang setidaknya para kesatria tampak menghargaiku walau aku hanya seorang pembantu. Terlebih mereka sangat mudah diajak bicara, jadi aku banyak tau mengenai Irish dari mereka tanpa perlu bertanya.

Aku pun kembali berjalan melewati jalanan yang sering kulewati, hanya saja sekarang mulai sepi karena hari mulai gelap. Aku terus berjalan, terkadang aku menyapa beberapa orang yang mengenal Irish. Tampaknya Irish cukup populer di sini.

Aku menatap lurus ke depan. Hanya ada jalanan dan beberapa orang yang masih beraktivitas. Seketika aku merasakan ada yang aneh. Ada kabut hitam di depanku yang melaju dengan cepat. Kabut hitam itu melewatiku dengan hembusan angin yang begitu kencang.

Aku pun menoleh ke belakang dan melihat seorang anak tengah menyebrang jalan. Tanpa pikir panjang, kaki dan tanganku bergerak dengan sendirinya. Berlari dan memeluk anak itu agar tidak tertabrak.

"Irish, apa yang kau lakukan?" tanya seseorang.

Aku pun membuka mataku perlahan dan melirik ke sekelilingku. Jelas-jelas aku melihat kereta kuda tengah melaju dengan kencang. "Ah, maaf. Kulihat ia mau jatuh, jadi aku berusaha membantu."

"Begitu ya, anak ini memang tidak hati-hati. Terima kasih, Irish."

"Ibu, aku tidak terjatuh!" seru anak itu.

"Sudahlah, ayo cepat masuk ke rumah!"

Aku terdiam di tempatku. Rasanya detak jantungku masih tidak karuan. Sakit, rasa sakit saat tertabrak mobil, perasaan yakin pada diriku bahwa aku akan mati saat itu. Apa aku benar-benar sudah merelakan kematianku sendiri?

Aku memegang dadaku, kuremas pakaian lusuh yang kukenakan. Napasku terasa sesak mengingat kejadian itu. Tiba-tiba saja seseorang menyentuh pundakku dan memberikan energi aneh berwarna emas.

"Tak apa. Bernapas lah dengan pelan," bisiknya di samping telingaku.

Aku mengikuti arahannya. Sekitar 5 menit akhirnya aku dapat tenang. Aku pun membalikkan tubuhku dan melihat seorang pemuda berpakaian serba putih.

"Terima kasih, Tuan."

"Bukan masalah. Aku hanya menjalankan tugasku."

"Tugas?" tanyaku kebingungan. Apa ia semacam organisasi peduli lingkungan atau sejenisnya?

Pemuda itu tersenyum ke arahku yang membuat hatiku berdesir. Dia cukup tampan walau umurnya terlihat masih muda. Aku menatapnya yang menatap ke arah istana. Setelah dilihat-lihat, matanya berwarna emas seperti pemuda yang berada di istana itu.

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi," ucapnya begitu saja.

"Eh, tunggu! Setidaknya, namamu!" teriakku sembari berusaha meraihnya. Sayangnya tubuhnya perlahan hilang menjadi butiran emas. Apa ini sihir?

"Kita akan bertemu lagi, Nona Irish. Gadis dengan takdir."

Aku terdiam tak percaya. Ini pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti sihir atau apapun itu. Walau diriku yang masuk ke tubuh ini sudah tidak wajar jika dibilang hanya kebetulan. Namun semuanya adalah hal baru bagiku. Terlebih pemuda tadi nampaknya mengetahui Irish.

"Ini menyebalkan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status