Share

Bab.3 Mengikuti

Seperti yang sering Gea lakukan dimalam hari Gea membantu gelandangan di jalanan memberi mereka makanan dan uang.

Ricard yang mengikutinya melihat bagaimana Gea memberikan bantuan selembar uang dan makanan untuk seorang gelandangan yang tidur di trotoar jalan.

Ricard yang sedang duduk di sofa didalam ruangan kerjanya, tersenyum mengingat bagaimana Gea memberikan perhatian kepada gelandangan tadi.

Tok...tok....pintu di ketuk dari luar.

"Masuk!"kata ricard.

"Selamat siang tuan, ini orang yang akan jadi asisten pribadi tuan.

Ricard melihat ke orang yang di maksud, seorang pria dengan wajah bulat bertubuh gemuk berwajah garang.

"Aku ingin gadis yang kemarin!"kata Ricard dengan ekpsresi wajah datar.

"Aku lebih hebat dari gadis itu tuan, aku akan menjagamu tuan!"kata pria gemuk itu.

Ricard mengelengkan kepala dan berkata"Aku hanya ingin gadis itu jadi asistenku." Ricard menunjuk pintu sebagai isyarat menyuruh keluar, kedua orang itu saling bertatap muka kemudian meninggalkan ruangan Ricard.

******

Gea sedang menungu taxsi, sebuah mobil secara pelan berhenti didepanya, pemilik mobil keluar melepas kaca mata hitamnya lalu menyapa "Mau kemana nona?"Ricard bertanya sambil melepas kaca matanya.

Gea melihat Ricard hanya tersenyum miring, Ricard melihat senyuman itu dan juga sikap acuh tak acuh Gea.

"Apa kau sudah tak ingat siapa aku!"kata Ricard mendekati Gea, yang langsung menyetop sebuah taxsi Gea naik tak menghiraukan sapaan Ricard sedikitpun.

Ricard yang melihat itu mengepalkan tangannya kesal, secepatnya masuk ke mobil dan mengikuti taksi tersebut.

Gea masuk ke ruang di mana adiknya dirawat.

"Ka Gea datang!"senyum adiknya mengembang.

"Sisi bagaimana keadaanya suster?"tanya Gea kepada suster yang tengah memeriksa adiknya.

"Keadaan Sisi sudah membaik, kamu tenang saja, hanya kakinya masih lumpuh, tapi jika rutin terapi dan minum obat dia akan segera sembuh."kata suster menjelaskan.

"Sisi dengar kata suster, jangan telat minum obat!"Gea menasehati adiknya.

Suster keluar meninggalkan ruangan rawat Sisi.

Ricard mendengar semuanya, dia hendak menghampiri Gea, namun tidak jadi takut Gea masih marah dan membuat keributan di rumah sakit.

Telepon Gea berbunyi, Gea keluar ruangan dan menerima telepon.

"Hallo iya Bi, ada apa?"kata Gea bertanya.

Ricard masih berdiri di tempat yang agak jauh dari pintu masuk, melihat Gea tampak serius berbincang di telepon.

"Baiklah aku segera pulang!"Gea mengakhiri panggilan suara, dan berjalan kembali ke ruangan tempat Sisi di rawat.

Ricard segera bersembunyi saat Gea masuk dia tidak ingin Gea mengetahui kalau dia mengikuti sampai rumah sakit.

Gea pulang kerumahnya, sampai di sana Gea melihat ayahnya sedang memainkan pistol plastik di tanganya.

"Gea sudah pulang!"sapa si bibi dari dapur.

"Iya Bi! kenapa Bibi tiba-tiba mau pulang kampung?"gea menjawab sekaligus bertanya.

"Gea bibi minta maaf, ayahmu kambuh lagi, obatnya sudah habis."jawab bibi.

"Aku akan beli obatnya, bi tapi kenapa bibi tiba-tiba ingin pulang, tanpa memberitahuku sebelumnya!"kata gea lemas.

"Tadi ayahmu memukul orang sambil memaki."kata Bibi menceritakan kejadian tadi sore.

"Selain itu tadi anak tertua saya di kampung menelpon menyuruh pulang secepatnya karena adiknya yang bungsu sakit."lanjut Bibi menjelaskan.

"Bi, saat ini aku butuh tenagamu Bi, aku akan bayar dua kali lipat asal Bibi mau bertahan beberapa hari lagi."ucap Gea memohon.

"Maaf non Gea, ini bukan masalah gaji saya, tapi ini menyangkut anak kandung saya."kata Bibi menunduk, pertanda memohon juga.

"Baiklah kapan Bibi akan berangkat?"akhirnya Gea menyerah membujuk bibi.

"Besok pagi Non."jawab Bibi.

***

Gea keluar rumah hendak menghirup udara segar, saat keluar dia melihat kedatangan Frans.

"Hai Gea! mau kemana?"sapa frans sekaligus bertanya.

"Ada apa kamu kemari?"Gea balik bertanya.

"Aku hanya ingin bertemu ayahmu!"jawab Frans.

"Apa kamu tidak tau ayahku sedang kumat, jadi lebih baik batalkan niatmu,"kata Gea memberi tahu Frans.

Frans mendengar suara ayah Gea seperti memarahi seseorang.

"Dia terus melemparkan barang-barang dan mencaci, Bibi sudah tak mampu lagi menghadapi kelakuanya!"butir bening mulai mengalir membasahi pipinya.

"Apa!"seru Frans bercampur kaget.

Ricard yang menguping mendengar pembicaraan Gea dan Frans.

"Aku tak tau harus mencari pengasuh kemana dalam waktu secepat ini! aku harus membeli obat sekarang!"gea menghapus air matanya.

"Kalau begitu aku akan tetap di sini, sampai kamu pulang,"kata Frans.

"Bahkan bila perlu aku akan mengasuh ayahmu sampai kamu menemukan penganti Bibi!"lanjutnya.

"Apa kamu sanggup?"Gea bertanya karena merasa ragu.

"Sebenarnya saya sering datang main kesini saat kamu tidak di rumah, jadi jangan khawatir aku lelaki dan lebih bertenaga dari Bibi, pergilah beli obatnya, aku tunggu di sini!"kata Frans.

****

Gea menjalani profesinya sebagai penyanyi caffe di malam hari, di sana Ricard melihat Gea dari meja tempatnya minum.

Gea menyanyikan lirik lagu mengambarkan suasana hatinya saat itu.

Di meja yang lain Frans bersama Ziko juga sedang minum.

"Bagaimana apakah sudah berhasil tips yang aku berikan?"Ziko melihat ketempat dimana Gea sedang bernyanyi.

Frans mengelengkan kepalanya, Ziko yang tak tau arti gelengan kepala Frans, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, merasa tidak mungkin.

"Apa sebabnya?"ziko bertanya karena penasaran.

"Sudah jangan di bahas lagi."frans tak mau menceritakan kejadian kemarin malam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status