Share

(Gagal) CERAI?
(Gagal) CERAI?
Penulis: vhiiilut

Semua

Terhitung sudah hampir empat bulan pernikahanku dengan Mas Bayu berjalan. Aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik. Namun, selama beberapa minggu belakangan Mas Bayu tidak pulang ke rumah. Dia bilang urusan pekerjaan sedang rumit. Jadi, Mas Bayu harus tinggal di apartemen untuk menghemat waktu.

Awalnya aku tidak masalah kalau Mas Bayu harus tinggal di apartemen karena urusan pekerjaan. Namun, apakah urusannya terlalu rumit sampai setiap hari dia tidak pulang ke rumah? Mas Bayu hanya pulang ketika weekend, selebihnya Mas Bayu tinggal di apartemen.

Jujur aku kesepian selama ini. Aku memiliki suami, tetapi seperti tidak memiliki suami. Di rumah sendirian tanpa Mas Bayu. Terlebih lagi Mas Bayu tidak mengizinkanku untuk keluar rumah tanpa dirinya.

Kami terjebak di dalam perjodohan orang tua kami. Ayah dan ibuku tewas enam bulan yang lalu akibat kecelakaan. Kemudian, Pak Santoso, yang sekarang menjadi mertuaku memberikan surat wasiat dari ayah. Surat itu tertulis aku harus menikah dengan Mas Bayu agar perusahaan milik ayah dapat dijalankan oleh Mas Bayu.

Akhirnya, kami menikah karena perjodohan, bukan karena cinta.

Namaku Citra Gayatri Pradana. Aku adalah istri dari seorang pemilik perusahaan ternama di Jakarta. Awalnya aku ragu dengan pernikahan ini. Banyak hal buruk yang akan terjadi jika menikah tanpa didasari oleh cinta. Namun, Mas Bayu mengubah itu semua menjadi rumah tangga yang penuh cinta.

Aku langsung buru-buru masak setelah mendapatkan kabar kalau Mas Bayu akan pulang malam ini. Siapa yang tidak senang kalau suaminya akan pulang? Terlebih aku sudah tidak melihat suamiku selama seminggu.

Sekarang aku sudah selesai memasak untuk Mas Bayu makan nanti. Dia pasti sedang berjalan pulang, sudah jam tujuh sekarang. Biasanya dia akan pulang sedikit terlambat, tetapi aku harap malam ini dia tidak terlambat. 

Setelah menata makanan di atas piring, aku langsung duduk di depan pintu sambil menunggu kedatangan Mas Bayu. Hal itu sudah sering aku lakukan sejak dulu. Ketika Mas Bayu membuka pintu, aku akan langsung berdiri dan memeluknya. Romantis, bukan?

Suara mobil Mas Bayu sudah terdengar, kuangkat tubuhku hingga berdiri. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan menampilkan Mas Bayu, suamiku tercinta dengan tubuh tegap. Kemejanya sedikit berantakan, sepertinya dia sangat lelah.

Aku langsung memeluknya. Kemudian dia mencium bibirku. “Mas Bayu!”

Mas Bayu tersenyum ke arahku. “Dalem, Sayang.”

Sungguh, aku masih belum bisa terbiasa ketika Mas Bayu menjawab dengan kata-kata, “dalem, Sayang.” Aku langsung tersipu di hadapan wajahnya. “Aku sudah masak makanan kesukaan, Mas. Nanti mandi dulu baru makan, ya?”

Mas Bayu hanya tersenyum menanggapi. Dia langsung mengecup bibirku dengan lembut. Hal yang aku suka dari Mas Bayu adalah perlakuan lembutnya.

Mas Bayu mencium kedua pelupuk mataku. Kemudian dia menatapku dengan senyum yang mengembang. “Mau mandiin aku?”

Mas Bayu langsung memeluk erat pinggangku. Sekarang tidak ada celah yang memisahkan kami berdua. Aku langsung tersenyum menatapnya. “Mandiin aku juga, ya.”

Mas Bayu langsung mengangkat tubuhku sebatas pinggangnya. Kemudian aku lingkarkan kedua kaki di pinggang Mas Bayu. Satu kecupan lembut aku hadiahkan di bibirnya. “Ayo!”

Kami mulai mengarah ke arah kamar mandi. Dia menjatuhkan bokongku di samping wastafel. Bibir kami mulai berpagut. Aku menjambak rambut belakangnya ketika tangan Mas Bayu mulai bergerak menjelajahi tubuhku.

Suara cecapan mulut kami terdengar keras. Mas Bayu mulai melepaskan kaus yang aku pakai. Tangannya langsung meremas dadaku. “Aah, Mas.”

Aku tidak pernah bisa menahan desahan ketika Mas Bayu mulai menjalankan tugasnya. Sungguh, aku rindu ini semua. Rasanya sudah lama sekali tidak bermesraan dengan Mas Bayu. terakhir yang aku ingat itu dua minggu yang lalu. “Jangan lama-lama, aku nggak tahan.”

Dia mulai memasukkan miliknya perlahan-lahan. Setelah itu dia gerakkan pinggulnya secara perlahan. Sungguh nikmat rasanya, ditambah bibir kami yang saling berpagutan. Aku begitu menikmati permainan ini. Tanganku mengarahkan wajah Mas Bayu ke dadaku.

Setelah selesai mandi, kami langsung mengganti pakaian kami. Kemudian aku bawa Mas Bayu menuju dapur. Makanan yang tadi sudah mulai dingin, mungkin karena kami bermain terlalu lama.

Aku berjalan ke arah Mas Bayu yang sedang duduk. Tanganku memeluk leher Mas bayu dengan mesra. “Mas, lauknya mulai dingin. Mau aku panasi dulu?”

Mas Bayu meremas salah satu lenganku. Kemudian mengecup pipiku dengan pelan. “Nggak usah, bawa ke sini aja makanannya.”

Aku mulai menyiapkan piring untuk Mas Bayu. Mataku tidak pernah beralih dari wajahnya. Ketika makan saja Mas Bayu bisa membuat jantungku berdegup kencang. Astaga, suamiku semakin tampan dengan kumis tipis yang menghias wajahnya. Aku baru sadar kalau Mas Bayu berkumis tipis sekarang.

“Kamu sibuk banget, ya? Sampai baru pulang ke sini, Mas.”

Mas Bayu menatapku dengan sendu. Kemudian dia tersenyum tipis. “Maaf, ya. Perusahaan lagi repot banget. Terus banyak meeting sore juga. Baru hari ini Mas bisa pulang karena lagi senggang. Maafin aku, ya?”

Aku menggeleng sambil memanyunkan bibirku. “Mas nggak salah. Lagian kamu begitu juga demi keluarga kita. Habis makan langsung tidur aja, ya, Mas? Pasti capek banget.”

Setelah Mas Bayu selesai makan, aku langsung membersihkan piring yang kotor. Mas Bayu masih menungguku di kursi tadi. Ketika aku menengok, dia sedang mengamatiku dari posisinya. Kemudian tersenyum jahil.

Aku menggandeng tangan Mas Bayu ke kamar setelah semua piring sudah bersih. Malam ini rasa rinduku terobati karena Mas Bayu sudah pulang. Jelas saja, dia yang berhasil mengubah hatiku yang benci dengan perjodohan menjadi cinta dengannya. Kalau aku boleh jujur, aku bahkan sudah cinta mati dengan lelaki bernama Bayu Adji Sasongko.

Astaga, aku sampai lupa membuat susu. Kebiasaanku saat malam adalah meminum segelas susu hangat sebelum tidur. Pasti karena terlalu bersemangat untuk tidur di samping Mas Bayu.

Ketika sampai di kamar, aku melepaskan tangan Mas Bayu. “Mas, aku lupa buat susu. Sebentar, ya, aku mau buat dulu."

Tangan Mas Bayu melingkar di pinggangku. Dia tarik hingga tubuhku hingga menindihnya. Aku tersenyum nakal, kemudian memainkan jemariku di dadanya yang bidang. “Kan, tadi udah. Nanti Mas makin capek.”

Mas Bayu menggeleng pelan. Kemudian dia mengecup kedua mataku. “Biar aku aja yang buat. Kamu pasti lelah,” kata Mas Bayu.

Rasa-rasanya jantungku ingin loncat. Dia memang selalu berhasil membuatku tersipu. Padahal hanya sekedar dibuatkan susu. Aku langsung menganggukkan kepala dan menyingkir dari atas tubuhnya. Mas Bayu mengecup bibirku lagi sebelum pergi.

Ketika Mas Bayu pergi, ponselnya terus berdering. Awalnya aku mengabaikan, karena bukan hak aku juga untuk mengangkat panggilan itu. Namun, ponsel itu terus berdering. Aku penasaran sekali, siapa yang menelepon malam-malam?

Aku melihat nama Leon di panggilan itu. Siapa Leon? Apakah dia rekan bisnis Mas Bayu? Baru saja aku ingin mengangkat panggilan itu, Leon sudah memutuskan panggilannya. Tidak mungkin aku telepon balik.

Akhirnya aku memutuskan untuk masa bodoh. Lagi pula kalau memang terlalu genting, tidak mungkin dia putus asa menghubungi Mas Bayu. Pasti nanti akan ada panggilan berikutnya. Tunggu saja sampai Mas Bayu datang dan mengangkatnya.

Ketika aku ingin kembali ke posisi awal, ponsel itu kembali memunculkan pemberitahuan di layarnya. Walaupun tebakanku meleset kalau si Leon akan menghubungi lagi, ternyata dia malah mengirim pesan ke Mas Bayu. Aku dapat membaca isi pesan itu.

Leon:

Kenapa tidak angkat teleponku? Aku sudah di apartemen. Kamu ke mana, Mas?

Apartemen? Apa maksud Leon menanyakan kabar Mas Bayu? Memangnya kalau rekan bisnis harus berbicara di apartemen? Sepertinya tidak mungkin. Pasti mereka akan memilih kantor atau tempat lain daripada apartemen. Kemudian, mengapa dia juga memanggil suamiku dengan sebutan itu?

Aku jadi penasaran. Apakah Mas Bayu memang dipanggil seperti itu di kantor? Sepertinya tidak, waktu aku datang ke kantor, masih banyak yang memanggil dengan sebutan “bapak”.

Jadi, Leon itu siapa? Apartemen mana yang dia maksud? Kalau apartemen yang dia maksud adalah apartemen Mas Bayu, apa itu artinya Leon tinggal di apartemen bersama Mas Bayu? Mengapa Mas Bayu tidak pernah cerita?

Mas Bayu masuk sambil membawa susu di tangannya, beruntung aku sudah di posisi awal. Dia meletakkan susu di nakas sebelahku. Ingin sekali rasanya bertanya tentang Leon. Namun, aku takut kalau Mas Bayu marah.

“Diminum sekarang mumpung masih hangat, Sayang. Nanti langsung tidur kalau udah habis,” kata Mas Bayu. Aku langsung berkedip. Pasti dari tadi aku kelihatan melamun. Mudah-mudahan saja Mas Bayu tidak menyadarinya.

“Makasih, Mas.” Aku langsung menyeruput susu yang Mas Bayu buat perlahan-lahan. Pikiranku masih bertanya-tanya tentang Leon dan Mas Bayu. Habisnya, isi pesan dari Leon tidak seperti rekan yang lain.

Lebih hebatnya, dia bilang sudah di apartemen. Aku saja yang istrinya belum pernah datang ke apartemen, mengapa teman bisnisnya sudah pernah? Benar-benar aneh!

“Mas?” panggilku sedikit berbisik. Sepertinya Mas Bayu sudah tertidur. “Mas?” Aku sedikit mengguncang tubuhnya.

Mas Bayu membuka kelopak matanya. Dia menoleh ke arahku. “Dalem, Sayang.” Mas Bayu mengangkat tubuhnya kemudian duduk di depanku. “Ada apa?”

Tatapan matanya tidak pernah berubah. Selalu tenang dan menenangkan hati. Tanganku beralih mengelus wajahnya. Rasanya seperti lama sekali aku tidak menatapnya dari dekat dan sekarang seperti aku sedang balas dendam. Wajahku tersenyum.

“Aku kangen sama kamu,” sahutku pelan.

Mas bayu menarik gelas yang kupegang, dia meletakkannya di atas nakas. Kemudian tangannya menarik lembut kepalaku agar berbaring di atas dadanya. “Minta maaf, ya? Mas belum bisa jadi suami yang baik buat kamu.”

Aku menoleh menatap wajahnya. Mas Bayu ikut tersenyum, lalu mengecup keningku. “Mas, kenapa aku nggak tinggal di apartemen aja, sih? Aku, kan, pengin ngurusin Mas Bayu di apartemen juga.”

Mas Bayu belum menjawab pertanyaanku. Dia memainkan rambutku yang terurai di dadanya. Sedikit kulihat wajahnya, tidak lagi tersenyum. “Mas Bayu?”

“Ooh.” Mas Bayu tergagap. “Kamu di rumah aja, Dek. Kalau di sana nanti kamu suntuk. Di rumah, kan, bisa ngeliat tanaman, siram tanaman, beda sama di apartemen.”

“Ya, kalau di rumah boleh pergi, sih, aku seneng," protesku. 

Mas Bayu terkikih, dia mencium puncak kepalaku. “Tidur, yuk! Udah malem.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status