Beranda / Rumah Tangga / Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku / Apakah Surga Harus Sesakit Itu, Bah?

Share

Apakah Surga Harus Sesakit Itu, Bah?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-25 15:24:56

APAKAH SURGA HARUS SESAKIT ITU, BAH?

"Tapi Sifa bukankah kau terlalu..."

"Kenapa? Kau keberatan dengan permintaanku, Mas? Kau tak lupakan tentang perjanjian khulu' itu atau perlu aku bacakan perjanjian itu di depanmu?" tantang Sifa.

Rio hanya terdiam sekarang, percuma saja dia berkata apapun rasanya tak akan memperbaiki keadaan. Dia sadar sang istri begitu karena posisi Sifa saat ini sudah marah dan murka padanya, amarah, benci, sudah menguasai hati nya. Rasanya semua penjelasan yang logis pun terasa tak masuk akal di Sifa sehingga dia memutuskan untuk diam terlebih dahulu.

"Baiklah terserahmu jika begitu," kata Rio.

Rio pun asik menulis di kertas itu. Dia memandang Sifa lagi, lalu bergantian dengan Abah dan Mulki, dia menghela nafasnya panjang. Mau tak mau dia ingin jujur saat ini dari pada harus sembunyi- sembunyi.

"Sifa, kau adalah istriku kan. Daripada aku bersembunyi-sembunyi di belakangmu atau kau tahu dari orang lain, mending aku mengatakan ini padamu langsung. Aku akan jujur sekarang, aku ingin memberikan Gendis sebuah rumah lagi, salah aku ralat bukan sebuah rumah tetapi aku ingin memberikannya sebuah rumah agar aku tak berkewajiban untuk memberinya nafkah setiap bulan," jelas Rio.

"Ini aku lakukan untuk kebaikan kita, sehingga tak ada lagi yang akan menyebabkan atau aku tak memiliki alasan untuk menghubunginya lagi. Aku berharap dengan niatan baikku ini kau bisa terima dan menalarnya sehingga tak akan ada pertengkaran di antara kita lagi. Apalagi hanya gara-gara masalah nafkah untuk Kai, nama anakku dan Gendhis. Aku memang berniat mengatas namakan Kai dalam bentuk ghibah sebagai perwujudan maafku untuknya, dan rumah untuk akan ku atas namakan dia, jadi bukan Gendhis. Bagaimana menurutmu? Apakah itu adil?" tanya Rio mencoba memberikan usul pada istrinya.

"Kenapa kau berpikir memberikan rumah? Hah? Sedangkan aku pun sebagai istrimu saja tak pernah memiliki rumah atas namaku. Begitu cintanya kah kau dengan dirinya?" sindir Sifa.

"Sifa, dengarkan aku. Aku memilih membelikan rumah karena aku berpikir ini yang terbaik dan membatasi aku sendiri untuk berhubungan dengannya. Kau tidak bisa mengontrol emosimu dan akan selalu berpikir buruk tentangku, aku tidak menyalahkanmu karena itu juga salahku. Tapi daripada kau terus berpikiran seperti itu kau, terus berburuk sangka, jadi aku memutuskan untuk memberikan suatu aset saja. Dimana jika aset itu dia kontrakkan per tahun rasanya aku sudah tak berkewajiban tapi memberinya nafkah untuk anak kami juga. Aku akan memberikannya sekali dan itu untuk selamanya. Bagaimana menurutmu?" tanya Rio.

'Tes' air mata Sifa menetes, rasanya sakit sekali hati Sifa mendengar ucapan sang suami. Dia tak rela, tak terima, tapi di satu sisi dia sangat tahu betapa kerasnya hati dan kemauan Rio. Rasanya jika dia melarangnya dan justru membiarkan dia memberikan jatah bulanan untuk Gendis tentu saja itu semakin membuka peluang lebar kesempatan Rio mengulangi kesalahan yang dulu. Pernyataan beliau ini seperti menjebak ibaratnya, maju salah mundur salah ke sampingmu akan kena.

"Bagaimana menurut Abah?" tanya Sifa meminta pertimbangan Abah nya panjang.

Kini ganti Abah Furqon menghela nafas panjang. Jujur saja dia takut salah dalam memberi pendapat, tapi dia juga tak bisa membiarkan Sifa bingung karena sang putri takut lalu  stress dan terkena baby blues. 

"Abah akan membahas dari segi agama tanpa mau menyangkut pautnya dengan masalahmu dan Sifa dulu. Nafkah anak zina itu menjadi tanggungjawab ibu nya, bukan lelaki yang menghamili ibunya. Maraknya kasus perzinahan telah menimbulkan dampak negatif yang luar biasa. Lahirnya anak-anak tanpa seorang ayah, tentunya menjadi beban berat tersendiri kelak bagi si anak tersebut. Sebelum masuk ke inti persoalan yang ditanyakan, maka hal yang harus dipahami adalah mengenai kedudukan status hukum anak zina dalam fiqh.  Mayoritas ulama berpendapat bahwa anak zina tidak dinasabkan kepada ayah biologisnya tetapi dinasabkan kepada ibunya. Di samping itu ayah biologisnya tidak berkewajiban memberi nafkah dan warisan," jelas Abah Furqon meskipun ini kenyataan yang baik tapi apa Furqon sudah berjanji dia akan selalu mengatakan yang benar sebagai kebenaran dan yang salah sebagai suatu kesalahan. Lagi apa Furqon agama itu harus jelas putih harus dikatakan putih hitam harus dikatakan sebagai hitam tak boleh ada abu-abu diantara mereka.

"Namun menurut mayoritas fuqaha, meskipun dianggap tidak memiliki pertalian darah, sang ayah biologis tetap diharamkan untuk menikahinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni.Menurut mayoritas fuqaha, haram bagi lelaki menikahi anak perempuannya yang dihasilkan dari perzinahan, saudara perempuannya, anak perempuan dari anak laki-lakinya, anak perempuan dari anak perempuannya, anak perempuan saudara laki-lakinya, dan saudara perempuannya. Sedang menurut Imam Malik dan Imam Syafii dalam pendapat yang masyhur di kalangan mazhabnya, boleh bagi laki-laki tersebut menikahi anak perempuannya karena ia adalah ajnabiyyah (tidak memiliki hubungan darah), tidak dinasabkan kepadanya secara syar’i, tidak berlaku di antara keduanya hukum kewarisan, dan ia tidak bebas dari laki-laki yang menjadi ayah biologisnya ketika sang yang memilikinya sebagai budak, dan tidak ada keharusan bagi sang ayah untuk member nafkah kepadanya. Karenanya, ia tidak haram bagi ayah biologisnya (untuk menikahinya) sebagaimana perempuan-perempuan lain. Namun menurut sebagian ulama dari kalangan madzhab maliki seorang laki-laki yang berzina dengan seorang perempuan kemudian perempuan hamil dan melahirkan seorang anak perempuan, maka si lelaki tersebut tidak boleh menikahi anak perempuan tersebut. Ketidak bolehan menikahinya adalah karena di antara keduanya dianggap ada pertalian darah (nasab)." sambungnya.

Menurut mayoritas ulama anak zina tidak di nasabkan kepada lelaki pezina (Ibnu Qudamah, al-Mughni, Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1405 H, juz, 7, h. 130) Konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa anak tersebut dianggap tidak memiliki pertalian darah dengan ayah biologisnya, sehingga tanggungjawab sepenuhnya berada dipundak sang ibu, termasuk di dalamnya adalah memberi nafkah. Bahkan menurut Imam Malik, dan Imam Syafii yang masyhur di kalangan mazhabnya, anak tersebut boleh dinikahi ayah biologisnya karena dianggap tidak memiliki pertalian darah dengannya. 

"Memang dalam pandangan sebagai orang awam keterangan yang Abah kemukakan tersebut sungguh tidak adil. Sama-sama melakukan zina tetapi yang harus menanggung semuanya adalah pihak perempuan. Makanya kadang kalau memang di rasa mampu bertanggung jawab ayah terhadap anak. Tapi yang jelas jika memang Rio ingin memberikan tanggung jawabnya sebagai seorang bapak melalui nafkah, Abah rasa jika kamu memang ikhlas maka itu akan menjadi ladang pahala buatmu. Bukankah begitu?" tanya Abah Furqon.

Sifa menangis mendengar jawaban Abahnya yang memang terasa menyakitkan baginya. Sebagai istri, Sifa yang tersakiti, Sifa juga yang harus legowo.

"APAKAH SURGA HARUS SESAKIT INI, BAH? MAS?BERSAMBUNG

Season 1 Selir Kesayangan Suamiku

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   ANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!

    ANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!"Kenapa? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaan Kakak kandungku? Bukankah selama ini kau yang mengecewakan Kakak kandungku, Mas?" ledek Mulki."Mas Rio, Mas Rio. Kau ini aneh dan lucu sekali, kau itu jangan mencari kambing hitam atas rasa cemburumu. Kenapa? Kau masih tak terima kalah dariku? Dari tadi semua ucapan dan pembicaraanmu itu selalu berputar-putar arah! Pembicara kamu sungguh tak jelas seperti itu, kau di sini yang salah tapi kau tak mau mengakui kesalahan," ujar Mulki lirih. Dia tak enak juga jika mama Gendhis mendengarnya.Rio terdiam, dia hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Tak lama kemudian Bu Ririn datang dari belakang, sudah tak mengenakan mukena lagi. Hanya mengenakan gamis panjang dan jilbabnya. Tak lama Gendhis menyusul di belakang sang Ibu sambil membawa nampan minuman dan meletakkannya di hadapan Rio."Maaf ya lama," kata Mama Gendis."Oh tidak apa apa, Tante. Kebetulan saya juga baru datang," sahut Mu

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?

    KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?Mendengar ucapan Rio itu Gendis terdiam, dia tak mengira Rio akan menilainya seperti itu. Dia cukup kaget meskipun apa yang dikatakan Rio adalah kebenaran. Dia tak mengira serendah itu harga dirinya di hadapan Rio."Apakah sebegitu hina aku di hadapanmu, Mas?" Tanya Gendis dengan mata berkaca-kaca.Rio terdiam diam memandang ke arah wanita yang begitu dia cintai itu, kemudian dia menyadari kesalahannya. Mata cantik itu dulu pasti akan nyalang ketika dia melakukan kesalhan, langsung mendebat tanpa ampun namun sekarang semua sudah berbeda."Dia berubah," batin Rio dalam hati, justru berubahnya Gendhis membuat lelaki itu sedikit ketakutan.Rio meneguk ludahnya dengan kasar dan merutuki kebodohannya sendiri. Ya, karena emosinya tadi dan tak bisa menahannya, sampai dia mengucapkan sesuatu yang mungkin menyakiti hati Gendis. Rio pun melirik Gendhis lagi, wanita itu masih diam. Alih-alih marah justru Gendhis terlihat menyeka air matanya yang mulai

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Sehina Itukah Aku Di Matamu, Mas?

    SEHINA ITUKAH AKU DI HADAPANMU, MAS?"Lalu kenapa kau menikah dengan Mulki?" cerca Rio."Aku tidak menikah dengan Mulki!" tegas Gendhis."Gendhis," panggil Mulki lirih, semua menoleh ke arah Mulki. Dengan cepat Gendhis memberikan kode pada lelaki itu, Mulki paham dan diam. Memang kalau di pikir lagi ucapan Gendhis benar, mereka belum menikah tak ada yang salah. "Halah omong kosong!" bentak Mulki."Demi Allah aku tidak menikah dengannya sekarang," sahut Gendhis dengan cepat"Tapi Mulki kan melamarmu," sanggah Rio. Gendhis menghela nafas panjang, sepersekian detik otaknya harus di paksa berpikir secepat mungkin agar dia bisa berkilah namun tak berbohong hanya dengan penyusunan kosakata."Tadinya memang begitu, tetapi aku telah membatalkannya," jawab Gendhis."Membatalkannya? Benarkah? Kau tak berbohong kan? Mengapa kau membatalkannya?" tanya Rio menatap ke arah Mulki dan Gendhis bergantian."Benar Mulki?" selidik Rio. Mulki diam tak menjawab namun dia menganggukkan kepalanya perl

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Aku Tidak Menikah Dengan Mulki

    AKU TIDAK MENIKAH DENGAN MULKI!"Allah itu maha pengampun, mungkin doa istrimu, doa mertuamu, atau doa orang tuamu yang dikabulkan Gusti Allah. Bersyukurlah atas itu, jangan sampai kau memiliki pemikiran POLIGAMI lagi!" bentaknya."Lantas kenapa kau berulah lagi? Kenapa kau datang ke sini marah-marah tak jelas seperti ini?" tanya Gendhis."Tak jelas katamu? Hah? Tak jelas? Hahaha!" teriak Rio dengan menatap nyala ke arah Gendis.Entah setan mana yang sedang menyambetnya, dia tiba-tiba maju dan mencengkram dagu Gendis dengan keras, sampai kuku itu sedikit menusuk ke pipi Gendhis. Wanita itu pun meringis kesakitan."Lepaskan!" perintah Mulki. "Tak usah ikut campur!" bentak Rio tanpa menoleh Gendis.Gendhis memberikan kode kedipan mata, membuat Mulki diam. Meski sangat ketakutan, Gendhis berusaha kuat. Jujur saja sekarang dadanya berdetak sangat kencang sekali, dia tak mengira Rio berani sekasar ini. Rio yang pendiam tiba-tiba berubah menjadi arogant bahkan kasar dan cenderung frontal

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Gagal Jadi Madu, Dia jadi Iparku

    KETIKA KAU GAGAL JADI MADU KAU MEMBALAS INGIN MENJADI IPARKU!"Bagaimanapun juga dia anakku, Gendis! Tapi konyolnya aku tidak tahu! Aku berhak tahu!" sanggah Rio."Kata siapa? HAH?" bentak Gendhis."Apa maksudmu berkata seperti itu, Gendhis. Bagaimana pun juga aku adalah ayah Kai! Kau tahu itu kan? Sekarang kenapa kau berbicara seolah-olah aku orang asing bagimu dan Kai?" sahut Rio.Tangan Gendhis langsung mengepal, sungguh sakit hatinya sekarang. Marah dan tak terima bergolak menjadi satu dalam hatinya. Dia tak terima kepada sikap Rio, datang tak di undang melukai Mulki, dan sekarang mengatakan bahwa dia memiliki hak atas anaknya. Sedangkan dulu lelaki di hadapannya ini tak bisa memutuskan memberikan kejelasan akta pada putranya. Bahkan dia kembali pada Sifa, istrinya."Sepertinya kau lupa, Mas. Baiklah, aku akan jelaskan," kata Gendhis sambil tersenyum kecut, nada suaranya sudah bergetar menahan tangis dan amarah yang berkumpul menjadi satu."A...apa maksudmu?" tanya Rio dengan nad

  • Gagal Jadi Maduku, Dia Jadi Iparku   Dia Anakku Dan Meninggal Aku Tak Tahu!

    DIA ANAKKU! DAN MENINGGAL AKU TAK TAHU!"Semi ustadz?" tanya Rio mengerutkan keningnya."BADJINGAN KAU!" Pekik Rio dalam hatinya.Semakin ke sini dia makin curiga bahwa lelaki itu adalah Mulki. Namun sekali lagi Rio tak ingin tergesa-gesa dulu menyimpulkan. Dia harus mengatur strategi dan taktik agar tak salah jalan. Meskipun dia tak bisa bersama Gendis tetapi jika gadis itu bersama Mulki pun hatinya juga tak rela, menurutnya lebih baik Gendis bersama orang yang tak dia kenal. Dia harus mengumpulkan bukti kuat sebelum mengatakan semua kebenaran ini pada sifa."Mohon maaf Bu Apakah lelaki itu sedikit tinggi mungkin lebih tinggi dari aku dia hobi sekali memakai baju semi Koko begitu kaos tapi bentuknya Koko sedikit putih tetapi tidak terlalu putih juga dan memiliki suara yang sangat kalem sekali benarkah seperti itu tanya Rio mulai menggambarkan ciri-ciri Mulki"Iyo, Mas.""Sik sebentar, Bu. Saya boleh memastikan tidak? Sepertinya yang lelaki itu temanku juga," kata Rio."Ah saya lamat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status