Share

Istilah Kentang

Penulis: EL ZERO
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 13:00:30

Elang memerhatikan kembali perempuan tersebut dan menyadari bahwa dia bukanlah Vivian. Tanpa sadar, dia akhirnya memaki dalam gumaman kecil, "Brengsek! Siapa yang berani menempatkan perempuan ini dalam tendaku?"

Kondisi gelap membuat Elang benar-benar tidak bisa mengenali siapa yang sedang lelap di sampingnya. Untuk menyalakan penerangan, Elang juga merasa enggan. Selain pusing dan mengantuk, Elang justru berpikir sesuatu yang mungkin menguntungkannya.

"Aku bahkan tidak mengingat siapa yang biasa memakai parfum sialan ini, padahal rasanya aku sering mencium baunya. Benar-benar membuat otakku makin sinting!" Pemuda setengah mabuk itu mengeluh dalam dilema.

Bau wangi dari perempuan yang tidur di sampingnya terasa tidak asing, tapi Elang tidak yakin dengan isi kepalanya sekarang. Akhirnya Elang memilih untuk tidak peduli. Dia melakukannya karena dia mulai kesulitan mengendalikan diri dari hasrat yang mulai membakar, dan tentu saja hal itu jauh lebih penting daripada sekedar mengetahui identitas pemilik bau-bauan yang menggelitik hidungnya.

Dengan setengah hati, Elang menyentuh bahu dari tubuh kecil yang ada di sampingnya. "Mbak … please jangan tidur di sini, ini tenda cowok!"

Merasa beberapa kali guncangannya tidak dihiraukan, Elang mempererat pelukannya. Sebenarnya sih bukan tidak dihiraukan, tapi Elang memang tidak serius membangunkan perempuan tersebut, sentuhannya terlalu lembut tanpa membuat guncangan sedikitpun. Tapi, Elang yang sudah kepanasan tidak mau salah apalagi pusing dengan siapa dia tidur malam ini.

"Emang gue pikirin … yang penting anget!" gumam Elang dengan seringai mesum.

Menurut Elang, tidak ada yang salah dengan kelakuannya, dia sudah benar dengan tidak memasuki tenda orang lain secara sembarangan. Elang masih sedikit punya kewarasan untuk mengingat dimana dia harus tidur malam ini. Terbukti tas dan sleeping bagnya ada di dalam tenda tersebut, malahan sedang dipakai sebagai selimut oleh perempuan yang tidurnya sangat lelap, seperti orang mati.

Elang yang sudah on fire, akhirnya memeluk lebih erat dan nekat memasukkan tangannya ke dalam jaket perempuan di sampingnya. Dia ingin menyentuh lebih banyak kulit yang terasa lembut di tangannya. Makin menghimpit dan sedikit menindih perempuan yang seenaknya lelap di dalam tendanya. Elang jelas sedang mencari sesuatu yang lebih dari sekedar kata hangat.

"Bukan salah gue!" serapahnya pada bisikan hati yang melarangnya bertindak lebih jauh. Elang masih sempat berpikir logis tapi jengkel, kenapa masih saja ada kebaikan yang diingatnya lebih dulu sebelum melakukan sesuatu yang seharusnya terlarang?

"Iya … gini udah bener, siapa suruh tidur di tenda orang tanpa permisi!" Elang bermonolog lirih pada bisikan kotor yang memenuhi kepalanya. Membela diri agar tidak merasa bersalah saat melakukan kenakalannya.

Sepertinya wanita di tendanya ini sadar keberadaan dirinya dan berusaha menghindar. Namun, Elang tidak membiarkan hal tersebut terjadi. Salah satu tangannya menelusup dan menahan kepala bagian belakang si perempuan, sehingga bibir mereka tetap menyatu.

Darah muda Elang yang sudah panas sulit dihentikan, mengalir lebih cepat dari perkiraan. Bahkan, tubuhnya kini benar-benar mendekap erat wanita tersebut.

"Arrgghh tolo …!" Suara perempuan itu hanya keluar sebentar karena Elang kembali membungkamnya dengan cepat.

"Sssssstttt …!" bisik Elang singkat di sela-sela ciumannya, tidak memberi kesempatan sedikitpun pada wanita yang membuatnya panas dingin untuk menjawab. 

Saat kesadarannya mulai penuh, perempuan bernama Nindya itu berusaha mengenali orang yang sedang berada di satu tenda bersamanya kini.

Perempuan itu hanya mampu berpikir bahwa pria ini adalah tunangannya. Salah satu dosen muda di kampus yang sama tempatnya mengajar. Nindya tadi memang meminta tolong pada Daniel untuk mengantar ke acara makrab mahasiswa baru karena tidak enak jika harus berangkat bersama ketua jurusan dan bagian kemahasiswaan. Selain faktor jarak usia, Nindya juga tidak mau satu mobil dengan dua pria beristri.

Nindya masih berusaha melepaskan diri, mendorong lembut bahu pemuda yang menghimpitnya. "Daniel, stop! Mulutmu bau alkohol, mabuk kamu itu!"

Elang menulikan telinganya. Tidak peduli pada kalimat lirih Nindya. Kewarasan Elang bukan hanya diambil alkohol yang baru beberapa waktu lalu diminumnya, tapi dikuasai oleh birahi yang menggelegak di seluruh nadi. Bayangan tubuh Vivian mendadak mengaburkan semua sudut pandangnya.

Elang yang sedang kesurupan hasratnya semakin menjadi-jadi. Bahkan,  suara memelas Nindya tidak digubris oleh Elang. Dalam pikiran Elang, Vivian tidak mungkin menolaknya. Dia hanya perlu berusaha sedikit lagi untuk mendapatkan semuanya. Pemuda itu mulai berpikir bahwa dia sedang bersama Nindya.

Elang pun bersiap pada proses penyatuan mereka. Dia tidak ingin mundur karena istilah kentang alias kena tanggung, bukanlah bagian dasar dari seorang Elang!

Sementara itu, Nindya mengeluh dalam hati. Daniel jarang sekali mabuk dan berbuat seliar ini padanya. Tapi, jika dia menolak dan membuat keributan, bukan mustahil semua orang akan tahu kelakuan mereka. Nindya tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan juga tunangannya. Maka dari itu, secara perlahan Nindya memasrahkan dirinya pada pria yang bersama dalam tenda bersamanya kini. Toh, tunangannya akan menikahinya, kan?

Hanya saja, mengapa wangi parfum Daniel di indera penciumannya serasa bukan yang biasanya?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
🇳 🇱 🇿
wkwkwk yg kentang itu tak enak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanpa Pengaman

    Dua bulan kemudian ….Elang mendapatkan ucapan selamat dari Pak Ronald, dua dosen penguji dan teman-teman dari teknik kimia yang hadir dalam seminar. Penelitian Elang sukses, membawa proyek kampus pada tahap berikutnya, yaitu menaikkan sumber air tanah yang telah teruji dari dalam goa untuk didistribusikan ke desa dan dijadikan kebutuhan sehari-hari oleh warga sekitar. "Sukses ya, El!" Mayra menjabat tangan Elang paling akhir, tulus mengucapkan doa untuk orang yang dicintainya. "Bisa langsung skripsi itu, jaminan lancar kamu sama Pak Ronald! Aku yakin tiga bulan kelar, bisa wisuda periode semester ini kamu, El!""Thanks, sukses buat kamu juga, May!" Elang bersyukur, Mayra tidak berubah sikap. Tetap baik dan ramah padanya. "Kayaknya kamu bakal lulus lebih dulu … ngomong-ngomong kemana Bu Nindya? Kok cepet banget ilangnya, padahal tadi masih sempat ngasih masukan buat revisi laporan!"Elang mengedikkan bahu, dia memang tidak tau

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Mantan Tunangan

    Bukan pernikahan mewah seperti yang diimpikan oleh semua gadis dan juga orang tuanya. Elang menikahi Nindya di rumah sakit sebagai permintaan maaf, sebagai hadiah untuk keteledorannya dan sebagai penyembuh untuk hati Nindya yang sedang terluka.Elang menebus semua rasa bersalahnya dengan berjanji akan mencintai Nindya selamanya. Hatinya ikut perih, bukan hanya karena kehilangan calon anaknya tapi karena dirinyalah yang telah merusak masa depan Nindya dan tunangannya, meski itu terjadi tanpa disengaja.Elang tidak ingin Nindya tidak bahagia di masa depan karena ulahnya, karena ada bekas yang mungkin akan jadi pemantik dalam kisah rumah tangga dosennya itu bila menikah dengan Daniel. Biarlah Elang yang menanggung semua itu terlepas Nindya mencintainya atau tidak.Sudah seminggu berlalu, Nindya masih di rumah ibunya untuk beristirahat, sementara Elang memulai kesibukannya dengan penelitian dan juga latihan untuk persiapan lomba.Nindya tidak mau dije

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sangat Mencintai

    Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Elang, akhirnya Nindya dipindahkan ke bangsal perawatan. Elang duduk gelisah di sisi ranjang tempat Nindya istirahat. Sesekali masih tersenyum sembari mengusap jemari Nindya yang terasa dingin."El, aku minta maaf!" Nindya menatap Elang sendu, dengan mata merebak dan penuh penyesalan.Elang mengeratkan genggaman, lalu mencium tangan Nindya dengan kasih sayang. "Sssttt …! No, kamu tidak boleh menangis! Itu salahku, jadi seharusnya aku yang minta maaf." "Aku tidak bermaksud berbohong," ucap Nindya serak."Kamu pasti punya alasan kuat melakukan itu semua, aku menduga ada dua hal yang menyebabkan kamu begitu. Pertama kamu akan menikah dengan Daniel dalam waktu dekat karena aku tidak pantas menjadi seorang suami. Kedua, kamu melakukan ini untuk Mayra." Elang menjeda kalimatnya dengan satu tarikan nafas panjang. "Aku kehilangan satu lembar surat mama!"Elang setiap beberapa hari sekali selalu

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Sakit Dadakan

    Nindya terengah-engah, nafasnya berat dan serasa hampir putus melewati tanjakan cinta. Padahal, dia berjalan setengah ditarik Elang. Melihat pemuda itu masih bisa cengengesan di depannya, Nindya menyadari kalau fisiknya terlalu lembek.Elang mengusap keringat di wajah Nindya, "Capek ya?""Sangat, rasanya aku tidak mungkin kuat berjalan lagi, El! Kakiku gemetar, perutku juga melilit." Nindya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa lelah menghampiri dengan dahsyat, tubuhnya lemas tak bertenaga dan perut bagian bawahnya sakit. Elang mengajak Nindya duduk di pinggir jalan, meluruskan kaki dosennya dan memberikan tasnya untuk bersandar. Wajah Nindya terlalu pucat, keringat dingin juga tidak berhenti memenuhi dahi Nindya. "Kamu sakit? Apa yang kamu rasakan?"Ada orang yang memiliki alergi dingin, ada juga yang mendadak sakit saat beradaptasi dengan cuaca gunung. Elang menemukan kasus serupa di beberapa kegiatan pendakian massal yang

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Tanjakan Cinta

    Setelah mendapat izin dari ibu Nindya, Elang mengemudi ke tempat penyewaan alat-alat petualangan. Mereka akan berangkat langsung dari Semarang, Elang tidak akan sempat kembali ke Yogya mengambil semua kebutuhannya untuk di gunung nanti. Mereka juga mampir ke minimarket untuk membeli kebutuhan makanan.Elang cukup gila memilih jalur ngagrong sebagai pendakian pertama untuk Nindya. Selain lebih ekstrim, jalur tikus tersebut terbilang bukan jalur resmi yang direkomendasikan untuk mendaki Gunung Merbabu. Tidak ada pos pantau untuk mengawasi para pendaki dari jalur yang tidak resmi, sehingga membahayakan bagi pendaki yang tidak berpengalaman, karena tidak ada data yang tercatat di pos utama.Pendaki pemula kebanyakan lebih memilih jalur Selo dengan tingkat kesulitan medium. Elang pribadi kurang menyukai jalur tersebut karena terlalu ramai. Dia suka sepi saat di alam terbuka, agar suara alam terdengar jelas dan dia bisa lebih leluasa menikmati perjalanannya.Ela

  • Gairah Bad Boy Salah Sasaran    Getaran dan Adiksi

    "Kamu bisa pingsan di pelukanku!" Uh, Elang memang selalu penuh rayuan mematikan untuk Nindya yang sering naif dalam sebuah hubungan. "Apa Lala masih melihat kita?""Tidak, dia membuang muka!" Elang terkekeh, dia agak keterlaluan menciptakan suasana romantis bersama Nindya. Bukan hanya Lala yang gerah, tapi pria seumuran ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya spontan memasang wajah dingin. "Siapa pria yang berdiri arah jam sembilan?"Nindya tidak menoleh tapi melihat dengan ekor matanya. "Oh … itu ayahku!""Hm … sepertinya aku dalam masalah!"Nindya terkikik melihat ekspresi Elang yang mendadak serius. "Tidak akan, kami sudah tidak bertegur sapa selama sepuluh tahun.""Apa alasan ibumu tidak mau datang karena situasi ini, karena ada ayahmu?""Mempelai wanita itu sepupuku dari keluarga ayah, jadi ayah pasti hadir, dan ibu menghindari masalah. Istri ayahku masih saja cemburu pada ibuku, dan selalu saja berusaha menying

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status