Share

113. Bom Yang Dilemparkan Jason

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2025-06-24 17:43:20

Suasana pesta kembali ramai—tawa, gelas bersulang, dan denting musik klasik mengalun dari orkestra di panggung utama. Tak ada yang menyadari, bahwa di balik gemerlap malam itu, luka mulai terbuka.

Ariella menggenggam flashdisk kecil yang diberikan Jason seerat mungkin dalam genggamannya. Ucapan Jason terus menggema di kepala—tentang dokumen rahasia, tentang transaksi yang tak tercatat, dan tentang kebenaran di balik kecelakaan Rigen.

Tapi yang lebih mengganggu adalah… kenapa Jason begitu yakin bahwa ia harus tahu?

Rigen berjalan diam di sampingnya, langkahnya berat, tatapannya tajam pada siapa pun yang mendekat. Ia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Tepat saat mereka kembali memasuki ballroom, lampu tiba-tiba meredup.

Semua kepala menoleh.

Di layar besar di tengah panggung, gambar Rigen tiba-tiba muncul. Bukan dalam pose gagah, bukan dalam wawancara politik seperti biasa—melainkan… di sebuah kantor gelap, mengenakan kemeja putih terbuka, tengah berbicara dengan seo
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   122. Cepat Masukkan, Aku tidak Tahan!

    Rigen mencengkeram payudaraku yang lain dengan kuat. Memutar puncak yang bergetar tepat saat aku melengkung ke arahnya."Ah!"Sisi kiri payudaraku terkubur dalam panas mulutnya. Namun sisi kanan, telanjang dan berkilau di udara terbuka, tersentak karena kejutan kenikmatan yang tiba-tiba.Aku terkesiap, kakiku mencengkeram pinggulnya dengan putus asa secara naluriah.“Hn…”Suara serak rendah di tenggorokan Rigen saat pahaku menegang seperti catok. Masih terkubur di dadaku yang empuk, dia mengerang di kulitku. “Kamu… tidak tahu betapa menggodanya dirimu, Riel.”Rigen mengatakan itu, seraya menggigit putingku. “Ahn—! Hck—ah, ah, ini—ini sakit, Rigen…!”"Ini nikmat, Sayang. Bukan sakit," sahut Rigen dengan tenang. Setiap kali dia berbicara, payudaraku mengeluarkan bunyi letupan basah dan cabul. Giginya terbenam ke bagian bawah yang lembut, mengunyahnya perlahan, dengan sengaja, sebelum menutup bibirnya di sekitar puncak dan mengisapnya dengan keras."Uh, ahhh! R-Rigen, ini, ini....!"

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   121. Di Bawah Kendali Rigen

    Aku menggeliat, tapi genggamannya di pergelangan tanganku menguat. “Diam,” perintahnya lembut tapi dalam. “Kau akan menerima semuanya malam ini. Tanpa membalas. Hanya merasakan.” Aku terengah. Panas. Lemas. Tapi juga... menyala. Tubuhku merespons setiap arahannya. Saat ia melepas bajunya, dan aku melihat matanya membara penuh gejolak dan luka, aku tahu—ini bukan sekadar gairah. Ini pembuktian. Bahwa dia mencintaiku dengan cara yang tak pernah bisa setengah-setengah. Dia masukiku dengan kekuatan yang membuat punggungku melengkung dan napasku terputus. Aku berteriak namanya, dan dia mencengkeram pinggangku, menarikku lebih dalam, lebih kuat, seolah aku adalah pusat semestanya yang tak boleh goyah. “Lihat aku,” desisnya tajam, wajahnya hanya beberapa senti dari wajahku. “Jangan tutup mata. Aku ingin kau tahu siapa yang ada di dalam dirimu.” Aku membuka mata, dan melihat—seluruh dunia yang terkumpul dalam satu tatapan: cemburu, cinta, dendam manis, dan obsesi. Gerakannya s

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   120. Api Kecemburuan

    Aku masih dalam pelukan Rigen, merasakan detak jantungnya yang tak beraturan. Tubuhnya panas, napasnya cepat. Seakan seluruh kendali dirinya hampir meledak sejak tadi. Jemarinya menekan pinggangku, bukan menyakitkan, tapi… penuh tuntutan. Dia menunduk, dan kuangkat wajahku secara refleks. Dan dalam detik yang nyaris tak terasa... Dia menciumku. Bukan ciuman pelan. Bukan sentuhan lembut. Melainkan ciuman yang rakus. Buas. Penuh kemarahan—dan cinta yang nyaris menyakitkan. Bibirnya melumat milikku tanpa kompromi. Tangannya mencengkeram pinggangku lebih dalam, menarikku seakan tubuhku harus menyatu dengannya atau dia akan gila. Aku sempat terkejut, sempat ingin bicara—tapi lidahnya sudah menyerbu masuk, mencuri semua napas dan suara yang ingin kuberikan. Aku mengerang kecil saat tubuhku terdorong ke dinding belakang. Dinginnya marmer menyentuh punggungku, tapi panas tubuh Rigen menelan semuanya. "Aku cemburu, Ariella," bisiknya di sela ciuman, napasnya memburu, “Sangat

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   119. Rigen Cemburu

    Sore itu hujan turun pelan, seperti langit ikut kelelahan dengan semua yang terjadi belakangan ini. Aku baru saja selesai membereskan beberapa berkas—aku mulai terlibat aktif di yayasan yang dibentuk Rigen untuk perempuan muda. Setelah siaran itu, hidupku tak lagi sunyi. Tapi justru karena itu... aku merasa lebih sering kesepian. Rigen terlalu sibuk. Dia ada, tapi tak benar-benar hadir. Sementara aku… aku diam-diam mulai merindukan percakapan yang ringan, yang tidak melibatkan strategi politik atau reputasi yang harus dijaga. Lalu, pintu apartemen diketuk. Kupikir Jovian, atau pengawal, atau mungkin bahkan kurir dari kantor yayasan. Tapi saat kubuka— “Drake?” Suaraku nyaris tak keluar. Pria itu berdiri di sana, mengenakan jaket kulit gelap, rambutnya sedikit basah terkena hujan. Senyum yang familiar muncul di wajahnya, senyum yang tak pernah berubah sejak masa-masa dulu—saat aku hanya Ariella Smith yang tinggal di flat kecil dan sering numpang makan di kafe tempatnya

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   118. Konferensi Pers

    Kediaman Ataraka, 24 jam kemudian – Siaran Live Nasional: "WARISAN YANG DIPILIH".Sinar matahari senja menyelinap melalui jendela kaca besar ruang makan keluarga Ataraka—ruangan yang hanya dibuka untuk momen-momen paling penting. Meja kayu jati panjang dibersihkan, dilapisi linen putih tulang, di atasnya hanya satu mikrofon, satu kamera, dan satu kursi di tengah ruangan.Tapi bukan siapa pun dari para penasihat yang duduk di sana.Bukan Jovian.Bukan pengacara.Bukan orang PR.Melainkan Ariella Smith.Duduk tegak, wajahnya bersinar dalam keheningan. Gaun putih sederhana membingkai tubuhnya, dan rambutnya diikat ke belakang—tanpa aksesori, tanpa kosmetik tebal. Hanya dirinya, dan kebenaran yang menunggu untuk didengar.Di balik kamera, berdiri Rigen Ataraka. Diam. Tegak. Tapi tatapannya membakar layar, seolah siap meledakkan benteng siapa pun yang berani menyentuh Ariella lagi.Lampu kamera menyala merah. Siaran dimulai.Ariella menarik napas pelan. “Selamat malam. Nama saya Ariella

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   117. Balasan Selena, Masa Lalu Ariella.

    Konferensi Pers Rahasia, Disiarkan Secara Anonim di Platform ViralStream. Layar gelap. Logo ViralStream muncul disertai dentuman musik mengintimidasi. Lalu muncul wajah Selena Vantine. Gaun merah darah, rambut tergerai seperti sayap gagak, senyum yang tidak lagi sekadar licik—kini ia adalah racun yang dibungkus mutiara. Di sampingnya, berdiri seorang wanita muda dengan wajah hampir mirip Ariella Smith. Tapi dengan aura berbeda. Dingin. Tajam. Tak tersentuh. Wajah itu belum dikenal publik... sampai Selena memperkenalkannya. “Pemirsa sekalian,” ucap Selena, sorot matanya menusuk kamera, “Malam ini aku tidak akan bicara sebagai wanita yang dicampakkan. Tapi sebagai seorang warga negara... yang ingin membuka kedok besar di balik kisah cinta palsu yang menghipnotis publik.” Ia menoleh ke wanita di sampingnya. “Perkenalkan... Megan Smith. Putri sah dari keluarga Smith. Pewaris resmi. Dan... satu-satunya perempuan yang sebenarnya dijodohkan dengan Rigen Ataraka.” Megan m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status