Share

130. Metika Sang Bos Bucin

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-06-30 21:45:11

Pintu ruang kerja Rigen terkunci dari dalam. Tak ada yang bisa masuk. Hanya suara samar debur nafas, gesekan kain, dan denting kecil dari sesuatu yang jatuh terdengar bagi siapa pun yang cukup nekat mendekatkan telinga.

Di dalam, Ariella setengah duduk di atas meja kerja Rigen. Rambutnya masih sedikit kusut karena tangan suaminya barusan menjelajahinya tanpa jeda.

"Sayang, tahan sebentar."

Rigen membenarkan letak lipstik di bibir istrinya dengan jemari pelan, lalu mengambil bedak dan kuas dengan ketelitian seorang seniman.

“Sedikit lagi, sayang…” bisiknya sambil merapikan riasan Ariella. “Kamu harus tetap kelihatan seperti tidak habis dilahap suaminya sendiri.”

Ariella mendecak, menahan senyum malu. “Ini gila. Kamu tahu kita masih di kantor, kan?”

“Justru itu. Adrenalin kita jadi naik.”

Rigen tersenyum puas saat akhirnya melihat wajah Ariella yang kembali terlihat ‘rapi’—padahal tadi hanya berjarak lima menit dari gairah yang mendidih. Ia mencium kening istrinya pelan sebelum membant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
onm m
thor kapan ya ariel hamil ,, biar rigen tambah bucin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   198. Jebakan!

    Ariella menatap layar ponsel itu dalam diam.Gambarnya jelas.Wajah Rigen. Senyumnya yang hangat. Elisabeth di sampingnya, mengenakan mantel biru—mantel yang sangat ia kenal, karena itu adalah hadiah dari keluarga Ataraka beberapa bulan lalu. Dan di latar belakang…Langit senja.Restoran rooftop.Tanggal di metadata: dua malam lalu.Tepat di hari Rigen bilang ia ada rapat penting hingga larut malam.Ariella menggigit bibir. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tapi karena amarah dan luka yang menganga tanpa peringatan.“Satu hari saja untuk masa lalu?” ia berbisik.“Kalau kau masih butuh satu hari untuk dia... kenapa kau paksa aku jadi istrimu?”Drake yang sedari tadi berdiri di sampingnya, akhirnya angkat suara.“Riel... kamu yakin masih mau bertahan dalam hubungan ini?”Ariella tidak menjawab.“Kadang luka itu bukan karena kebohongan, tapi karena harapan yang dibunuh perlahan.”Ia menatap ponsel di tangannya lagi.Tapi detik berikutnya… matanya menyipit.Ada yang aneh.Ia memperbe

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   197. Rigen Selingkuh?

    "Kenapa.... "Rigen menatap kosong ke cermin kamar mandi. Bajunya masih basah oleh hujan semalam. Rambutnya kusut, mata merah karena begadang—bukan karena kurang tidur, tapi karena tak ada satu pun kata dari Ariella.Ia telah menelepon. Berkali-kali.Tak dijawab.Pesan-pesan? Centang satu.Ia bahkan sempat menyuruh tim pengawalnya memeriksa seluruh sudut vila, tapi Ariella hanya meninggalkan satu kalimat pendek pada secarik kertas:[“Aku butuh waktu sendiri.”]Dan Rigen benci kalimat itu.Benci karena kalimat itu dingin. Jauh. Seperti tembok tinggi yang tak bisa ia tembus.“Kamu salah paham, Riel… tapi aku yang salah karena tidak menjelaskannya lebih dulu,” bisiknya, mengepalkan tangan. “Aku harus cari cara.”Ia keluar dari kamar. Langsung menuju ruang kerja. Mengabaikan para pengurus rumah yang menunduk gugup.Di atas meja, tergeletak satu benda penting:Cincin kawin Ariella.Rigen menatapnya lama.Ia tahu betul—Ariella tidak pernah melepas cincin itu, kecuali... hatinya benar-benar

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   196. Aku Atau Elisabeth?

    Rumah Sakit Pusat Ataraka – Ruang Pemulihan Khusus Ariella terbangun dengan pelan. Sinar lampu redup menyapu wajahnya. Detak jantung monitor di sampingnya memetakan denyut kehidupannya yang perlahan stabil. Ia menoleh—dan mendapati kursi di samping tempat tidurnya kosong. "Rigen...?" bisiknya, matanya menyapu sekeliling ruangan. Tak ada siapa-siapa. Ia mencoba duduk, namun tubuhnya masih lemah. Tangannya menyentuh perutnya—masih ada kehidupan di dalam sana. Bayinya selamat. Tapi mengapa hatinya terasa hampa? Beberapa detik kemudian, pintu kamar terbuka. Ariella menoleh cepat—namun yang masuk adalah seorang perawat muda. "Suamiku... Rigen... dia di mana?" tanya Ariella lirih. Perawat itu terlihat ragu sejenak, sebelum menjawab pelan. "Tuan Rigen... pergi terburu-buru beberapa menit lalu. Kami dengar... ada serangan kedua." "Serangan...?" Ariella menegang. "Ke siapa?" Perawat itu terdiam, lalu menjawab tanpa melihat langsung ke mata Ariella. "Kabarnya... ke Nona Elisabeth.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   195. Ariella Hilang!!

    "Ariella hilang dari ruang rawat."Kalimat itu terus menggema di kepala Rigen saat ia menginjak gas mobil sekuat tenaga. Sirine dari kendaraan pengawal di belakangnya meraung, menembus keheningan malam kota.Tangannya menggenggam setir begitu erat hingga buku-bukunya memutih. Wajahnya tegang, matanya fokus lurus ke depan."Jangan sampai terlambat... jangan sampai terlambat..." gumamnya berulang-ulang, seperti doa yang putus asa.Telepon di tangan kirinya masih tersambung. "Katakan lagi, apa yang terjadi di rumah sakit?"Suara dari ujung telepon panik."Kami masuk ke ruang rawatnya lima menit lalu... tapi tempat tidur kosong. CCTV di lorong utama rusak, dan satu-satunya saksi bilang melihat dua orang berseragam perawat mendorong ranjang keluar melalui lift servis!""ID mereka?""Tak terdaftar dalam sistem, Tuan Rigen. Ini... jelas perencanaan matang."Rigen mengumpat pelan, menekan tombol di dasbor mobil."Hubungi kepala keamanan. Tutup seluruh jalan keluar dari rumah sakit sampai pel

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   194. Di Luar Kendali

    "Kamu yang memulai ini..."Suara di laptop itu masih berputar di telinga Elisabeth saat suara ketukan keras menggema dari pintu kamar hotelnya.Duk! Duk! Duk!Ia terkesiap. Refleks, ia menutup layar laptop, meraih pistol kecil dari laci, dan berjalan perlahan menuju pintu."Siapa?" tanyanya tajam.Tak ada jawaban.Ketukan kembali terdengar—lebih keras, lebih mendesak.Dan kemudian..."Buka pintunya, Elisabeth. Sekarang."Suara itu membekukan darahnya.Rigen.Elisabeth berdiri terpaku beberapa detik, sebelum akhirnya membuka pintu dengan napas tersengal. Tubuh tegap Rigen berdiri di ambang, mengenakan jas hitam, rahangnya mengeras, sorot matanya seperti bara api."Masuk," gumamnya, mencoba menjaga suara tetap tenang.Rigen melangkah masuk tanpa bicara, matanya langsung menyapu seluruh ruangan. Ketika ia melihat laptop terbuka dan amplop merah di atas meja, ia memicingkan mata."Apa yang kamu lakukan di sini, Elisabeth?" tanyanya pelan tapi tajam.Elisabeth menutup pintu perlahan. "Kam

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   193 Dijebak Atau Menjebak?

    "Dia pikir aku akan menyerah hanya karena dikurung beberapa bulan?"Suara Elisabeth terdengar seperti gumaman tajam di tengah senyap malam. Ia menatap dirinya di cermin besar kamar hotel mewah lantai tertinggi. Wajahnya tampak tenang, nyaris damai—tapi di balik sorot mata itu, badai strategi terus bergemuruh."Lucu," lanjutnya sambil menyentuh bibirnya dengan ujung jemari. "Lucu sekali, Jason. Bahkan lebih lucu dari ekspresi Rigen saat aku pura-pura menangis di depannya."Ia berdiri dari kursi rias, melangkah perlahan menuju jendela besar yang menampilkan panorama kota yang berkelip di bawah sana. Gaun sutra hitam yang membalut tubuhnya berdesir ringan, mengikuti gerak angin dari celah ventilasi."Ariella..." nama itu meluncur dari bibirnya seperti racun. "Kamu pikir kau sudah menang karena Rigen memilihmu? Karena kamu sedang mengandung anaknya? Sayang... kemenangan bukan tentang siapa yang dicintai." Ia tertawa pelan. "Ini tentang siapa yang paling bertahan sampai akhir."Tiba-tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status